Houses of God chapter 5

req-houses-of-god

 

Judul : Houses of God

Author : Choi Yoo Rin

Cast : temukan sendiri

Genre : romance, friendship, family, sad.

Type : chapter

 

Happy reading J jangan lupa komen ya

oya, ff ini juga aku posting di Starmuseum SMFamily

 

*****

 

 

Changmin dan ibunya, Ny. Jaeshin telah sampai di depan sebuah rumah. Rumah yang alamatnya di beri oleh ahjussi yang kemarin Changmin temui di tempat ia mencari panti asuhan yang dulu. Tempat baru panti asuhan ini memang sudah masuk kawasan kota Seoul namun masih berada di pinggiran kota Seoul. Saat baru turun dari mobil, kedua orang itu Changmin dan ibunya telah disuguhkan pemandangan menarik. Beberapa anak terlihat tengah bermain-main di halaman rumah tersebut. Ada juga yang hanya duduk-duduk di teras. Sebuah papan nama yang tidak terlalu besar terpasang di dekat kawat pembatas rumah itu. papan nama dengan tulisan “Panti Asuhan”. Changmin menoleh ke ibunya.

“Changminie, lihatlah. Betapa polosnya wajah anak-anak itu.” Ny. Jaeshin terus tersenyum melihat anak-anak panti yang bermain.

“Ne.. tapi akan lebih baik jika kita masuk terlebih dahulu eomma. Tujuan kita kesini bukan untuk mengamati anak-anak itu bermain.” Ny. Jaeshin menatap sebal ke arah anak semata wayangnya itu. Changmin terkekeh melihat tampang ibunya. Baru kali ini ia berhasil mengerjai ibunya hingga menampilkan wajah seperti itu.

“Haha, sudahlah eomma. Kajja kita masuk.” Mereka lantas masuk ke rumah itu.

“Permisi..” Changmin mengetuk pintu yang sudah terbuka lebar itu, ya terbuka karena ada anak-anak yang tengah bermain di luar. Seorang yeoja yang usianya sebaya dengan Ny. Jaeshin keluar dari dalam rumah menghampiri mereka berdua.

“Ne, ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu ramah.

“Kami ingin bertemu dengan Choi Min Ah.” Wanita itu terdiam sejenak, memandang seksama Changmin dan ibunya bergantian.

“Ah kajja silahkan masuk.” Changmin dan Ny. Jaeshin menurut dan mengikuti wanita tadi untuk duduk di kursi yang berada di ruang tamu panti itu.

“Tunggulah sebentar, saya akan buatkan minuman.” Ny. Jaeshin tersenyum mengangguk. Mata wanita paruh baya itu lantas menatap sekelilingnya saat ini. Foto-foto terpajang di lemari-lemari kecil yang ada disana. Juga ada beberapa yang tergantung di dinding. Ny. Jaeshin berdiri. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah foto yang ada di atas lemari setengah badannya. Sebuah foto yang menampilkan dua anak, yeoja dan namja dan di tengahnya seorang wanita paruh baya. Namun bukan wanita tadi yang menyambut kedatangannya. Ibu jarinya mengusap foto itu. Ternyata anak kecil namja yang ada di foto itu adalah keponakannya, Kyuhyun. Wanita paruh baya tadi datang membawa nampan berisi dua cangkir teh. Jaeshin meletakkan foto tadi ke tempat semula lantas kembali duduk.

“Silahkan diminum.”

“Ne, kamsahamnida.” Ucap Changmin. Ia lantas meminum teh itu. berbeda dengan ibunya yang masih diam.

“Oh ya, yang kalian maksud Choi Min Ah dia adalah ibuku. Sebentar lagi akan kemari. Masih di belakang. Mohon ditunggu.”

“Ne..” tak lama seorang wanita tua namun masih terlihat cantik menghampiri mereka. Wanita itu duduk di sebelah wanita tadi -yang tak lain adalah anaknya-.

“Saya permisi dulu.” Wanita tadi pamit ke belakang setelah ibunya datang.

“Mianhae membuat anda sekalian menunggu. Saya Choi Min Ah. Ada yang bisa saya bantu?”

“Sebelumnya perkenalkan, saya Shim Changmin dan ini ibu saya Shim Jaeshin.” Ny. Jaeshin tersenyum menatap wanita itu. begitupun wanita itu balas tersenyum padanya.

“Ada yang ingin saya tanyakan pada anda.. ini mengenai saudara saya. 17 tahun yang lalu apakah anda masih ingat seorang kakek mengadopsi anak namja di panti asuhan ini? Ah, mian. Maksud saya sebelum panti asuhan ini pindah kesini.”

“Apakah maksud anda saat panti masih di Busan?” Changmin mengangguk. Wanita itu menatap Changmin dan ibunya bergantian lantas memulai menjawab.

 

 

*****

 

Tuan Lee menatap geram cucunya. Siapa lagi kalau bukan Kyuhyun. Setelah mengatakan akan menceraikan Sooyoung semalam, cucunya itu memilih untuk tidur di kamar tamu. Kyuhyun yang pagi ini akan ke kantor memilih sarapan diluar karena malas mendengar ocehan kakeknya itu. ia sangat tau betul pasti Sooyoung telah mengadu pada kakeknya.

“Kyuhyun..” panggilan kakeknya sempat membuat namja tampan itu berhenti, tanpa berbalik. Namun tak lama ia kembali melangkah keluar menuju mobilnya.

“Kyuhyun!!” nada panggilan kakeknya semakin meninggi namun tak membuat Kyuhyun menghentikan aktivitasnya. Namja itu membuka mobil hyundai putihnya.

“Lee Kyuhyun!!!” kembali kakeknya berteriak penuh penekanan dan ketegasan memanggilnya. Bukan Kyuhyun jika berhenti dan dengan senang hati menerima omelan kakeknya itu. Namja itu melajukan mobilnya menuju kantor.

Terdengar helaan nafas berat dari pria tua itu. wajahnya kini terlihat sendu.

“Memang pantas cucuku bersikap seperti itu padaku. Aku berhak menerima hukuman darinya karena perbuatanku dulu.” Gumamnya.

“Haraboeji..” panggil seorang gadis yang Tn. Lee sudah hafal siapa gadis itu.

Pria tua itu berbalik, tersenyum hangat menatap cucu menantunya.

“Haraboeji, mianhaeyo.. ini semua karena aku yang tak bisa menjadi istri yang baik untuk Kyuhyun oppa.” Tn. Lee mendekat ke arah cucu menantunya, merangkul pundak yeoja itu.

“Aniya, ini bukan salahmu. Sudahlah jangan berpikir yang macam-macam. Haraboeji janji, nanti malam Kyuhyun akan tidur di kamar kalian lagi.”

“Haraboeji..” Sooyoung memeluk namja tua di sampingnya. Rasa sayangnya untuk kakek Lee memang tulus adanya. Begitupun untuk suaminya, Kyuhyun. Meskipun ia tau cintanya hanya bertepuk sebelah tangan namun ia kukuh mempertahankan rumah tangganya karena sampai saat ini pun Kyuhyun tak pernah menunjukkan jika namja itu mencintai yeoja lain.

“Aku akan membuatkan makan siang untuk Kyuhyun oppa nanti haraboeji. Aku tak akan menyerah.”

“Begitu seharusnya Sooyoungie.. haraboeji akan selalu mendukungmu. Fighting!!”

 

 

*****

 

Seohyun mengerjap-ngerjapkan matanya saat memasuki gedung tempatnya bekerja. Sepi. Itu yang ia lihat. Ia tak salah hari kan?? Gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 7 pagi. Apa masih terlalu pagi untuk datang ke kantor?

“Tak apa. Aku bisa membereskan ruangan-ruangan karyawan lebih nyaman jika belum ada yang datang.” Gumamnya. Gadis itu menuju lokernya di dekat pantry. Setelah mengganti bajunya dengan seragam ob, yeoja itu menuju tangga untuk ke lantai dua berniat membersihkan ruangan pimpinan kantor ini lebih dulu.

Karena masih sepi, dan ia pikir sang direktur belum datang, Seohyun langsung membuka pintu ruangan yang cukup luas dan mewah itu. Seohyun terdiam. Berdiri mematung menatap seseorang yang tertidur di sofa ruangan itu. wajah itu menyiratkan kelelahan. Seohyun berniat akan membangunkan namja itu. Namun ia ragu. Ia merasa kasihan jika harus mengganggu tidur dari pemimpin perusahaan tempatnya bekerja ini. Seohyun mengurungkan niatnya. Gadis itu hanya membereskan meja kerja sang bos, dan membuatkan secangkir kopi. Setelah meletakkan kopi di meja kerja atasannya, Seohyun berniat meninggalkan ruangan itu.

“Tunggu!!” Seohyun membelalakkan matanya kaget.

“M..mianhae sajangnim. Saya hanya ingin-“

“Gwaenchana.” Namja itu yang tak lain adalah Cho Kyuhyun bangun dari tidurnya lantas berdiri, berjalan menuju kursi kebanggaannya sebagai pemimpin perusahaan ini.

“Apa tidak terlalu pagi kau datang ke kantor?”

“Nde?”

“O iya kau kan ob. Harus datang lebih pagi.” Seohyun merengut sebal dengan ucapan bosnya barusan. Memang dia hanya ob. Tapi kenapa nada bicara bosnya itu seakan mengejek. Huh. Memang semua orang kaya itu sombong. Kembali pemikiran seperti itu datang.

“Kau sudah makan?” Seohyun mengerjap, ia bingung. Heran, dengan sikap bosnya yang mudah berubah-ubah itu. Labil.

“Tolong belikan makan untukku. Ini uangnya. Dua porsi ya.”

“Ne sajangnim.” Seohyun lantas melaksanakan perintah namja itu.

Seohyun menuju restoran depan kantor. Karena bosnya tidak menyebut makanan apa, gadis itu sedikit bingung harus membelikan apa untuk atasannya itu.

“Permisi, agassi… ee.. biasanya makanan yang biasa dimakan oleh bos-bos itu makanan apa ya?” tanya Seohyun pada pelayan restoran itu. sang pelayan tampak berpikir sejenak. Pertanyaan Seohyun memang aneh. Memangnya makanan bos dengan orang biasa itu berbeda ya?

“Ah, agassi bisa memberikan makanan yang pantas lah untuk dimakan seorang pemimpin perusahaan.” Ucap Seohyun karena sang pelayan restoran tak kunjung menjawab pertanyaannya.

“Ne baiklah.” Seohyun duduk di restoran yang masih sepi itu sembari menunggu pelayan tadi membawakan pesanannya.

“Nona ini pesanan anda.”

“Ah ne. Ini uangnya. Kamsahamnida.” Seohyun membungkuk sejenak lantas menyeberang untuk kembali ke kantor. Gadis itu menatap dua bungkus makanan yang ia beli barusan. Entah apa isi bungkusan itu. yang penting adalah makanan untuk bosnya yang labil.

“Sajangnim, bukanlah evil oppaku. Ya, dia bukan orang yang ku tunggu.” Gumamnya saat menaiki tangga menuju ruangan Kyuhyun. Seohyun menghembuskan nafas perlahan sebelum mengetuk pintu ruangan bosnya itu. tiba-tiba perasaannya menjadi tak menentu. Tok tok tok.

“Masuklah.” Seohyun mengumpulkan segala keberanian yang ia miliki sebelum memutar knop pintu. Entahlah, saat ini ia begitu takut jika bertemu atasannya. Bukan takut apa-apa, tapi takut jika pemikiran-pemikiran itu kembali datang. Sebisa mungkin yeoja itu terus menepis bahwa Lee Kyuhyun bukanlah orang yang 17 tahun ia tunggu.

Ceklek. Seohyun membuka perlahan pintu itu. Tampaklah Kyuhyun yang kini sudah sibuk dengan kertas-kertas di meja kerjanya.

“Sajangnim, ini makanan yang anda pesan.”

“Ne, letakkan saja di meja itu.” jawab Kyuhyun tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas itu.

“Kau boleh keluar.”

“Ne sajangnim. Permisi.” Seohyun membungkuk sejenak. Yeoja itu mengelus dadanya setelah keluar dari ruangan Kyuhyun. Ia lega karena tak bertatapan langsung dengan Kyuhyun.

“Seohyun-ah..” panggil seseorang.

“Taeyeon eonni..” ucapnya setelah melihat Taeyeon baru saja meletakkan tasnya di atas meja kerjanya yang berada di depan ruangan Kyuhyun.

“Sudah lama kau datang?”

“Ne eonni. Eonni mau ku bawakan sesuatu?” tawar Seohyun.

“Aniya… nanti saja.”

“Baiklah kalau begitu. Saya permisi dulu eonni.”

“Ne, fighting Seohyun.” Seohyun tersenyum melihat yeoja mungil itu menyemangatinya. Kembali ia bersyukur pada Tuhan telah memberinya teman seperti Taeyeon.

 

 

 

*****

 

 

 

Jaeshin memandang kolam renang yang ada di depan gazebo –tempat favoritnya- dengan tatapan kosong. Wanita paruh baya itu tengah memikirkan ucapan-ucapan sahabat dari Yoon Mi, kakak iparnya. Ucapan saat ia berkunjung ke rumah wanita itu. Hana.

Flashback On

“Hana-ssi, ku mohon jangan membuatku semakin bingung. Jebal…katakanlah siapa nama anak dari Yoon Mi eonni dan Jaebum oppa?” wanita itu, Hana menghembuskan nafas pelan sebelum melanjutkan penjelasannya.

“Nama putri dari Jaebum dan Yoon Mi sebenarnya adalah Kim Joohyun.” Hana tersenyum mengejek dengan ucapannya sendiri barusan. Kim? Haruskah ia juga mengingkari marga sebenarnya putri sahabatnya itu?!

“Joohyun. Jadi namanya Joohyun.” Ulang Jaeshin.

“Yoon Mi memang awalnya menolak untuk pergi meninggalkan Seoul. Namun akhirnya ia sudah benar-benar tak tahan dengan gertakan-gertakan dari ayah anda agar segera pergi sejauh mungkin. Dan disaat usia putrinya menginjak empat tahun, Yoon Mi meninggalkan Seoul dengan membawa Joohyun. Ia pergi ke Busan. Yoon Mi juga menolak menerima uang pemberian dari Tuan Lee karena ia telah bersedia meninggalkan kota ini.” Jaeshin masih menunggu wanita di hadapannya itu melanjutkan bicara. Jaeshin tidak ingin mengulur penjelasannya. Ia ingin cepat menemukan keponakan yang sebenarnya.

“Beberapa hari setelahnya, aku mendapat berita bahwa Yoon Mi meninggal karena tertabrak mobil.”

“Mwo? Lantas bagaimana dengan putrinya?” kali ini Jaeshin sudah tidak sanggup untuk tidak menyela. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib keponakannya itu setelah kakak iparnya pergi untuk selama-lamanya.

“Joohyun tinggal di sebuah panti asuhan di Busan. Sebelum pergi, Yoon Mi menitipkan putrinya di sana.”

“Jadi semua ini karena kesalah pahaman. Andaikan Yoon Mi eonni tidak berbohong pada aboeji, mungkin saat ini Joohyun sudah berada di tengah-tengah keluarga kami.”

“Maafkan aku juga. Andai waktu itu aku bisa memaksa Joohyun untuk mau ikut bersamaku, mungkin saat ini Joohyun hidupnya tak terlunta-lunta.”

“Maksudmu, kau sempat menemui Joohyun di Busan?”

“Ne, setelah menghadiri pemakaman Yoon Mi aku menemui Joohyun di panti asuhan itu. dia, menjadi sangat pendiam. Tidak mau bicara dengan siapapun. Apalagi ikut denganku. Saat itu benar-benar saat-saat tersulitnya yang masih dapat aku saksikan.” Hana menunduk. Wanita itu mengusap air mata di sudut matanya.

“Mianhae, karena ayahku kalian menjadi menderita. Terlebih Yoon Mi eonni serta Joohyun.”

“Aniya.. tidak ada yang salah. Semuanya sudah menjadi takdir yang harus dijalani. Kini aku hanya berharap, Joohyun baik-baik saja dimanapun ia berada.”

“Kau tenang saja. Aku saat ini tengah berusaha untuk menemukannya. Aku janji akan segera menemukan putri Jaebum oppa dan Yoon Mi eonni.”

Flashback Off

 

“Bagaimana aku bisa menemukan Joohyun, oppa?? bantu aku Jaebum oppa..” gumam Jaeshin.. ia bingung harus kemana lagi mencari putri kakaknya itu. setelah bersama-sama Changmin mengunjungi panti asuhan yang telah pindah di pinggiran Seoul kemarin, kembali kenyataan pahit mendatanginya. Menurut ibu panti dulu yang merawat Joohyun, Yoon Mi tidak pernah memberitahukan nama yang sebenarnya putrinya itu. Yoon Mi hanya pernah memanggil putrinya dengan panggilan Joo sehingga orang-orang panti memanggilnya demikian. Saat usia Joohyun menginjak 7 tahun, gadis kecil itu telah diadopsi oleh sepasang suami istri bermarga Seo. Mereka meninggalkan alamat yang ada di Mokpo.

Jaeshin mengusap air mata yang sedari tadi mengalir di pipinya. Mokpo. Masih ada satu alamat yang harus ia datangi. Mungkin saja, keluarga yang mengadopsi Joohyun masih tinggal disana. Semoga saja.

 

 

*****

 

 

Sooyoung keluar dari taksi yang ia tumpangi untuk ke kantor tempat suaminya bekerja. Gadis bertubuh tinggi itu memang sengaja naik taksi agar nanti Kyuhyun mau mengantarnya pulang. Sooyoung tak henti-hentinya tersenyum menatap bekal yang ia bawa untuk suaminya, Kyuhyun. Ia berharap setelah ini akan kembali berbaikan dengan Kyuhyun.

“Sooyoung-ah.” Sooyoung menolehkan kepalanya menatap orang yang telah memanggilnya.

“Changmin oppa..” Sooyoung tersenyum hangat setelah melihat siapa yang telah memanggilnya.

“Bekal untuk Kyuhyun lagi? Hah, betapa beruntungnya namja satu itu memiliki istri sepertimu..” gurau Changmin. Namun sebenarnya namja itu -Changmin- mengatakan yang sebenarnya. Tak ada yang tau bahwa sebenarnya ia sudah lama menyimpan perasaan pada istri sepupunya ini.

“Oppa, bisa saja. Ngomong-ngomong kapan oppa akan menginap di rumah aboeji lagi?”

“Kau merindukanku ya?? Haha, molla Sooyoung-ah.. eomma masih ingin aku tinggal di rumah.”

“Emmmhh begitu ya.. gwaenchana.. oppa temani saja ahjumma.. kurasa ahjumma kesepian karena sering oppa tinggal.”

“Kau benar. Apa lebih baik aku menyuruhnya untuk sering mengunjungimu saja ya? Sesama wanita akan lebih baik bukan?!”

“Ide yang bagus oppa.. aku juga kadang merasa kesepian.”

“Oke, aku akan mengusulkannya pada eomma.. kau akan langsung ke ruangan Kyuhyun kan?”

“Ne, aku keruangannya dulu oppa.”

“Ya sudah. Kalau Kyuhyun tak mau memakannya, aku siap menerima.”

“Isshh oppa..” Sooyoung memukul pelan lengan Changmin. Sudah sering namja itu mengatakan hal-hal seperti itu padanya, namun Sooyoung selalu menganggapnya hanya gurauan belaka. Namun tanpa ia tau, sejujurnya Changmin memang tulus mengatakan semua itu. dan memang benar seperti itu nyatanya.

Changmin masih memandangi punggung Sooyoung yang mulai menjauh. Namja itu kasihan terhadap yeoja yang sudah lama ia sayang itu. Changmin tau bagaimana selama ini Kyuhyun memperlakukan Sooyoung.

“Andai aku yang di jodohkan denganmu Sooyoung-ah.. akan ku pastikan kau selalu bahagia bersamaku.” Gumamnya.

 

 

*****

 

 

Seohyun menarik nafas panjang sebelum memasuki ruangan yang sebenarnya sangat dihindarinya. Tapi bagaimanapun juga ini adalah kantornya, jadi mau tidak mau juga Seohyun harus rela untuk berinteraksi dengan bosnya itu. Kebetulan Taeyeon, sekretaris Kyuhyun sedang tidak ada di mejanya jadi Seohyun tidak bisa meminta bantuan yeoja mungil itu untuk memberikan minuman pesanan Kyuhyun padanya. Seohyun mengetuk pelan pintu yang ada di hadapannya saat ini.

“Masuk.” Suara bass itu terdengar oleh Seohyun. Dengan berhati-hati menjaga nampan berisi minuman, Seohyun memutar knop pintu itu. Ceklek.

Seohyun berjalan mendekat ke arah meja bosanya yang tak lain adalah Kyuhyun. Dengan masih menunduk.

“Ini cappucino pesanan anda, Tuan.” Kyuhyun tak juga menjawab. Seohyun bingung harus tetap meletakkan pesanan itu di meja sang bos atau membawanya keluar kembali. Mungkin bosnya yang labil ini sudah tidak berminat untuk meminum cappucino yang telah dibawanya.

“Tu-tuan…” seru Seohyun.

“Letakkan saja di situ.” Kyuhyun mengarahkan dagunya ke mejanya. Dengan hati-hati, Seohyun meletakkan cappucino pesanan bosnya itu di mejanya.

“Saya permisi tuan.” Seohyun membungkuk sebelum berbalik akan meninggalkan ruangan itu. Yeoja itu benar-benar ingin segera menghindar dari namja ini. Entahlah, jika bersama Kyuhyun dirinya merasa ada yang aneh. Detak di jantungnya menjadi tak karuan dan itu yang membuat Seohyun takut.

Seohyun tergelak kaget saat sebuah tangan menarik pergelangan tangannya sehingga membuat dirinya berbalik dan menatap orang yang telah menariknya itu.

“Nuguya?” Seohyun mengeryit mendengar pertanyaan bosnya yang kini tengah menggenggam pergelangan tangan kanannya. “Nuguya?” kembali dengan pertanyaan yang sama, Kyuhyun lontarkan.

“Ma-maksud tuan si-siapa?”

Tanpa menjawab pertanyaan Seohyun, Kyuhyun dengan beraninya mengangkat tangannya yang masih terbebas untuk membelai pipi kiri yeoja itu. Dengan pelan di usapnya pipi chubby itu.

“Tu-tuan..” Seohyun membelalakkan kedua matanya kaget dengan kelakuan bos nya ini. Dia tidak mau dianggap murahan karena menggoda bosnya yang jelas-jelas telah memiliki seorang istri.

Ceklek. Brraakkk..

Baik Seohyun maupun Kyuhyun sama-sama kaget dengan suara gebrakan pintu. Kedua mata Seohyun semakin melebar melihat siapa yang telah masuk dan menggebrak pintu ruangan bosnya itu. Seohyun menatap Kyuhyun yang masih belum melepas genggamannya pada tangannya. Akhirnya Seohyun yang memilih untuk menarik tangannya dari genggaman Kyuhyun.

“Soo-Sooyoung sajangnim, ini-ini.. tidak seperti-” Seohyun tidak melanjutkan kalimatnya. Ia memejamkan kedua matanya rapat-rapat saat Sooyoung menghampirinya dan akan menamparnya. Namun beberapa detik berlalu, Seohyun tidak merasakan apapun di pipinya. Dia mencoba membuka kembali kedua matanya.

Pemandangan yang kini di lihatnya adalah bosnya yang memandang datar sang istri dengan tangan kanan bosnya itu yang menahan tangan istrinya yang hendak menampar Seohyun. Seohyun dapat melihat kemarahan Sooyoung yang begitu kuat, kilatan kemarahan begitu terlihat dimata Sooyoung yang kini menatap Kyuhyun.

“Aku tidak suka memiliki istri yang ringan tangan sepertimu.” Ucap Kyuhyun. Sooyoung menarik tangannya dari Kyuhyun.

“Bagaimana aku tidak marah saat melihat suamiku sendiri tengah bermesraan dengan gadis lain.” Sooyoung ganti menatap Seohyun.

“Tapi ini tidak seperti yang anda lihat sajangnim. Tadi-, tadi itu-“

“Diam kau!! Ku peringatkan kau ya. Kau itu hanya office girl. Kau tidak pantas sekalipun bersaing denganku. Dan jangan coba-coba kau berani menggoda Kyuhyun agar berpaling dariku.”

“Sooyoung-ah!!” tegur Kyuhyun.

“Kau harus tau diri. Tau posisimu. Apa kata dunia jika seorang Lee Kyuhyun dikabarkan berselingkuh dengan office girl.” Sooyoung menekan kata selingkuh. Seohyun mulai berkaca-kaca. Kalimat-kalimat Sooyung barusan sangat menyakitinya.

“SOOYOUNG DIAM!!” Bentak Kyuhyun.

“Kau keluarlah!” Seohyun menuruti perintah Kyuhyun barusan. Dia memang lebih ingin pergi sekarang. Dia tidak ingin ketahuan jika telah menangis.

 

 

 

 

 

TBC

 

 

3 pemikiran pada “Houses of God chapter 5

We wait for your comment^^