Houses of God [chapter 3]

req-houses-of-god

cover by : ZhyaART @ YooRaART Design

Judul : Houses of God

Author : Choi Yoo Rin

Main Cast : Seo Joohyun / Lee Joohyun, Lee Kyuhyun / Cho Kyuhyun

Other Cast : Shim Changmin, Choi Sooyoung, etc.

Genre : romance, friendship, family, sad.

Type : chapter

Disclaimer : this story IS MINE !!!!! hahahahahah .. dilarang keras MENGCOPAST  ide cerita tanpa ataupun dengan seijin saya. 😛

Happy reading J

Don’t forget to commen, or like J

Walaupun akhirnya hatiku sakit seperti ini

Walaupun akhirnya tanganku gemetar seperti ini

Hanya kau yang ku fikirkan

Orang yang s’lalu ku rindukan hingga aku hampir gila

Suaramu yang ingin ku dengar

Aku mencintaimu

Dimanakah kau berada?

Orang yang kurindukan

Yang menelusup ke relung jiwaku

 

(Seo Joohyun)

Continue reading

Houses of God [chapter 2]

req-houses-of-god

cover by ZhyaART @YooRaART Design

 

Judul : Houses of God

Author : Choi Yoo Rin

Main Cast : Seo Joohyun / Lee Joohyun, Lee Kyuhyun / Cho Kyuhyun

Other Cast : Shim Changmin, Choi Sooyoung, etc.

Genre : romance, friendship, family, sad.

Type : chapter

Disclaimer : this story IS MINE !!!!! hahahahahah .. dilarang keras MENGCOPAST  ide cerita tanpa ataupun dengan seijin saya. 😛

 

Happy reading J

Don’t forget to commen, or like J

 

Jauh di lubuk hatiku

Masih terukir namamu

Jauh di dasar jiwaku

Engkau masih kekasihku

 

 

*****

 

Chapter 2

Mata bulat Seohyun seketika melebar mendengar pengakuan ‘palsu’ namja yang baru saja datang. Namja itu mengaku-ngaku sebagai suaminya. Kenal saja tidak.

“ Ini ku berikan kau cek. Sisanya akan ku lunasi minggu depan. Dan satu lagi, jangan pernah menyentuh gadis ini serta ibunya. Jika sampai aku melihatnya, kau akan menyesali perbuatanmu itu.” Meskipun masih terlihat tenang, namun masih ada raut ketegasan di wajah namja itu.

“Oke, baiklah. Minggu depan aku akan kembali menagih janjimu itu anak muda.”

Sekelompok anak buah rentenir itu kemudian pergi.

“Kau siapa?” tanya Seohyun heran.

“Aku?? Aku… hanya orang yang kebetulan lewat.”

“Tapi apa yang kau lakukan tadi, itu-“

“Ne, maafkan aku telah mengaku sebagai suamimu. Ku pikir dengan begitu mereka tidak akan berani menyakiti kau dan ibumu lagi.” Namja itu menyela.

“Bukan itu maksduku. Tapi kenapa kau membayar hutangku? Kita kan sama sekali tidak kenal. Bagaimana mungkin kau melakukan itu.”

“Sudah sewajarnya kan sesama manusia saling membantu. Lagi pula itu tidak terlalu merepotkanku kan?”

“Terimakasih banyak. Aku janji akan mengganti uangmu. Tapi-“ Seohyun sebenarnya ragu mengucapkan hal itu. Ia sendiri bingung bagaimana cara mengganti uang namja itu. Sedangkan saat ini saja ia tidak mempunyai pekerjaan. Penghasilan dari warung ibunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

“Aku bersedia menjadi pembantu di rumahmu.” Ucap Seohyun kemudian tanpa ragu sedikitpun.

“Nde??Tapi-“

“Aku tau kau mungkin ragu darimana aku bisa dapat uang. Oleh karena itu aku mau menjadi pembantu di rumahmu. Tanpa di bayarpun aku mau.”

“Mwo? Aku tidak sekejam itu juga agassi. Eemmm tapi di rumahku sedang tidak membutuhkan pembantu.”

“Kau pasti punya perusahaan kan? Aku mau jadi OB. Tidak usah di bayar tidak apa-apa.” Namja itu tampak berpikir.

“Baiklah. Tapi bukan di perusahaan ayahku. Kau akan ku pekerjakan di perusahaan kakekku. Setauku di sana sedang membutuhkan ob lagi.”

“Oke, aku mau. Terimakasih banyak sekali lagi-“

“Panggil saja aku Changmin.”

“Ne Changmin-ssi. Terimakasih banyak.”

“Ya, sama-sama. Oya namamu siapa? Sejak tadi kita belum mengenal satu sama lain.”

“Aku Seohyun.”

“Senang berkenalan denganmu Seohyun-ssi.”

“Nado bangapseumnida.”

 

*****

Hari ini Kyuhyun menemani istrinya belanja. Ia hanya ingin lebih dekat dengan sang istri. Bagaimanapun juga Sooyoung adalah istri sah nya. Meskipun namja itu tidak tau kapan ia bisa mencintai yeoja itu. Hingga saat ini ia hanya menganggap Sooyoung adalah adik yeoja yang selalu ingin ia sayang. Namun kadang sikap namja itu yang terkesan cuek membuat Sooyoung sebal.

“Oppa mau makan apa nanti malam?” tanya Sooyoun saat mereka berkeliling di mall bagian sayur mayur.

“Terserah kau saja.” Kyuhyun fokus pada gadget miliknya. Ada beberapa urusan kantor yang harus ia pantau melalui benda canggih itu. Sooyoung menghela nafas melihat kelakuan suaminya. Namun karena sudah terbiasa akan sikap Kyuhyun, ia tidak terlalu mempermasalahkan. Kembali mereka berjalan memilih-milih beberapa sayur, kemudian ke tempat daging. Sooyoung sangat tau suaminya menyukai masakan berbahan daging. Jadi ia membeli cukup banyak daging.

Setelah selesai memilih-milih mereka beranjak ke kasir untuk membayar belanjaan.

“Biar aku saja.” Kyuhyun mencegah Sooyoung yang akan membayar semua belanjaan itu. Kemudian ia mengeluarkan dompetnya, lantas menyerahkan beberapa lembar uang pada petugas kasir.

“Ambil saja kembaliannya.” Ucap Kyuhyun lagi, kemudian membawa dua kantong plastik besar tanpa berkata apapun pada Sooyoung. Namun gadis itu tersenyum melihat tingkah suaminya yang jarang terjadi seperti ini.

“Ku antar kau pulang. Setelahnya aku mau ke suatu tempat, ada urusan mengenai kantor.”

“Baiklah oppa.” Sooyoung hanya menurut. Hari ini adalah hari minggu jadi Kyuhyun tidak pergi ke kantor. Namun ada sesuatu yang harus ia urus. Suaminya itu seorang pekerja keras. Urusan kantor adalah hal nomor satu untuknya.

“Nanti malam aku makan di rumah. Jadi sediakan makanan kesukaanku.” Kyuhyun terus berkata secara ketus pada yeoja yang ada disebelahnya. Ia tetap menatap lurus ke depan, fokus mengemudikan mobilnya.

“Ne oppa. aku akan memasak makanan kesukaanmu.” Sooyoung tersenyum menatap suaminya. Meskipun terdengar ketus, namun sebenarnya ia yakin bahwa Kyuhyun adalah namja yang hangat. Ia hanya heran, apa yang telah membuat suaminya menjadi seperti itu. Namun ia bertekad akan terus berusaha membuat suaminya luluh dan bisa menerima dirinya sebagai istri namja itu seutuhnya. Ia akan terus menunggu. Menunggu Kyuhyun membuka hati untuknya. Entah sampai kapan.

“Kau hobi sekali menatapku seperti itu.” Sooyoung terkesiap dengan ucapan singkat Kyuhyun barusan.

“Memangnya salah menatap suami sendiri?”

“Terserah kau sajalah.”

“Oppa, sampai kapanpun aku akan terus menunggumu. Menunggu hingga kau mau menerimaku.” Kyuhyun tidak langsung menjawab. Ia jengah dengan kalimat itu. Sudah sering telinganya mendengar kalimat itu dari mulut Sooyoung. Kali ini ia sedang malas menanggapi yeoja itu. Meskipun ia sedang berusaha bersikap ‘manis’ pada Sooyoung, namun ia paling tidak suka mendengar kalimat itu.

 

*****

Hari ini Seohyun berangkat ke kota ikut namja yang telah menolongnya, Changmin. Ia sedikit berat meninggalkan ibunya sendiri di Jeju. Sebelumnya ia sangat kerepotan meyakinkan ibunya agar mau ia tinggal. Sang ibu tidak ingin Seohyun pergi kemana-mana, apalagi ke kota. Sebenarnya Seohyun sempat menawari ibunya untuk ikut, tapi ibunya menolak karena ibunya tau biaya hidup di kota sangatlah mahal. Ibunya tidak ingin menambah beban Seohyun, gadis itu sudah harus bekerja keras untuk mengganti hutangnya. Apalagi jika ia ikut, takutnya gaji Seohyun tidak mencukupi. Oleh karenanya, ibu Seohyun menelepon sahabat dekatnya yang tinggal di kota. Ia menyuruh Seohyun untuk tinggal dengan teman ibunya. Ahjumma Jung, yang tak lain teman ibunya itu telah menyetujui Seohyun tinggal bersamanya selama di kota. Selama ini ahjumma Jung hanya tinggal sendiri di kota. Ia berjualan ikan di pasar setiap hari untuk menyambung hidup.

“Sekali lagi terimakasih banyak Changmin-ssi.” Seohyun baru saja tiba di depan rumah ahjumma Jung diantar Changmin. Iya memang belum pernah sama sekali ke kota. Lebih tepatnya ke Seoul. Jadi Ny. Seo menitipkan Seohyun sepenuhnya pada namja jangkung itu.

“Iya, sama-sama. Besok kau bisa datang ke alamat kantor yang ku berikan tadi. Dan ya satu lagi, aku tetap akan memberikan gajimu.”

“Tapi Changmin-ssi,”

“Akan aku potong. Aku tau kau pasti akan menolak jika aku berkata aku ikhlas membantumu tanpa kau ganti.” Keduanya terkekeh.

“Kalau begitu aku permisi dulu ya. Semoga kau betah tinggal di kota.”

“Ne Changmin-ssi. Hati-hati di jalan.” Seohyun masih terus menatap mobil Changmin yang semakin menjauh. Ia bersyukur pada Tuhan karena telah mempertemukannya dengan namja sebaik Changmin. Kemudian ia berbalik, membuka pagar kecil rumah yang merupakan rumah ahjumma Jung. Ia mengetuk pintu. Tak lama, pintu terbuka menampilkan sesosok yeoja paruh baya yang Seohyun yakini adalah ahjumma Jung.

“Seohyun?” tanya ahjumma Jung meyakinkan. Mereka memang belum pernah bertemu satu sama lain.

“Ne ahjumma. Saya Seohyun.” Seohyun membungkuk hormat.

“Kajja-kajja masuklah. Ibumu sudah menceritakan semuanya.” Seohyun mengikuti ahjumma Jung, duduk di ruang tamu yang hanya berukuran 3 x 3 meter itu.

“Ne, ahjumma. Mianhae jika ibu serta aku telah merepotkanmu karena aku akan tinggal disini.”

“Jangan bicara seperti itu Seohyun-ah. Ahjumma senang kau tinggal disini. Ahjumma jadi tidak sendiri lagi. Biasanya ahjumma kesepian.” Seohyun sebelumnya sudah diberitau ibunya jika suami ahjumma Jung telah meninggal dan ahjumma Jung tidak memiliki anak. Seohyun tersenyum.

“Aku janji tidak akan merepotkan ahjumma, dan akan siap membantu ahjumma mengurus rumah.”

“Hhahaha, kau sepertinya gadis yang periang ya. Pantas saja, ibumu begitu menyayangimu. Ah ya, hampir lupa. Ahjumma bikinkan kau minum dulu ya.”

“Tidak perlu ahjumma. Aku bikin sendiri saja. Ahjumma sebaiknya beristirahat.”

“Kau memang anak yang manis. Ya sudah. Tapi ahjumma akan menunjukkan kamarmu dulu. Kajja.” Seohyun kembali mengekor di belakang ahjumma jung. Tiba di depan sebuah pintu berwarna coklat, yang warnanya sudah terlihat kusam. Ahjumma Jung, membuka pintu itu.

“Ini dia kamarmu. Maaf, kamarnya tidak begitu bagus.” Mereka memasuki kamar kecil itu.

“Tidak apa-apa ahjumma. Bisa tinggal disini saja aku sudah sangat senang.”

“Baiklah jika kau suka. Kau beristirahatlah. Kalau lapar, panggil ahjumma. Biar ahjumma siapkan.”

“Ne ahjumma. Kamsahamnida.” Ahjumma Jung tersenyum hangat, kemudian keluar menutup pintu kamar baru Seohyun.

Seohyun melihat kamarnya. Memang hanya ada lemari kecil, yang diatasnya ada sebuah cermin kecil tergantung serta sebuah ranjang kecil. Namun Seohyun sudah sangat bersyukur. Kehidupannya selama ini di Jeju tak jauh beda seperti ini, jadi gadis itu tidak perlu beradaptasi. Ia membuka tas yang berisi baju-bajunya. Lantas memasukkannya ke dalam lemari itu. Sebenarnya ia ingin bersitirahat barang sejenak, namun hari yang sudah beranjak sore ia memutuskan untuk membantu ahjumma Jung di dapur menyiapkan makan malam mereka. Saat  di dapur ia melihat ahjumma Jung memasak.

“Sini ahjumma biar aku saja yang memasak. Ahjumma duduk manis saja. Biarpun masih muda, aku pandai memasak lho ahjumma.”

“Jinjja? Baiklah ahjumma ingin menyicipi masakan mu.” Seohyun mengambil alih pekerjaan ahjumma Jung. Sedangkan ahjumma Jung duduk di kursi tak jauh dari Seohyun. Wanita paruh baya itu mengamati Seohyun. Baru bertemu dengan gadis itu saja, ia merasa sangat menyayanginya. Seohyun gadis yang baik, gadis yang ceria.

“Seohyun-ah.”

“Ne ahjumma.” Seohyun masih fokus pada pekerjaannya.

“Kau kapan mulai bekerja?”

“Besok aku sudah bisa bekerja.”

“Memangnya kau akan bekerja di perusahaan apa?”

“Menurut namja yang memberiku pekerjaan itu adalah Lee corporation.” Jawab Seohyun sambil mengambil mangkuk untuk meletakkan masakannya.

“Mwo? Lee corp.?”

“Ne, ahjumma tau?”

“Tentu tau Seohyun-ah. Perusahaan itu adalah perusahaan yang sangat besar saat ini di Korea Selatan. Kalau tidak salah, perusahaan itu sedang membangun proyek resort baru di Jeju.”

“Pantas saja namja yang memberiku pekerjaan itu berada di Jeju.”

“Jangan-jangan, namja itu adalah keluarga dari pemilik Lee corp. Seohyun-ah. Kalau bukan orang penting di perusahaan itu, mana mungkin namja itu bisa begitu saja memasukkanmu di perusahaan sebesar itu.”

“Molla ahjumma. Aku tidak ingin memikirkan yang macam-macam dulu. Aku ingin fokus bekerja, agar hutangku pada namja itu cepat lunas.” Seohyun meletakkan masakannya di meja dekat ahjumma Jung duduk.

“Kau memang anak yang berbakti pada orang tua. Oya, ahjumma ada sepeda yang sudah tidak ahjumma pakai lagi. Kau bisa menggunakannya untuk pergi bekerja. Daripada naik angkutan umum, akan boros.”

“Jinjja ahjumma? Terimakasih banyak ahjumma.” Seohyun memeluk ahjumma Jung dari samping.

*****

 

Kyuhyun memasuki sebuah restoran dengan sedikit tergesa. Seseorang telah menunggunya. Setelah menemukan letak duduk orang itu, ia segera menghampirinya.

“Mianhae Tuan Kim saya terlambat.”

“Oh Kyu kau sudah datang, tak masalah. Aku juga baru saja tiba kok. Tadi sempat mampir ke toko boneka.”

“Nde? Toko boneka?”

“Ne, putriku sedang berulang tahun hari ini. Ia sangat menyukai boneka lumba-lumba, jadi aku membelikannya boneka ini.” Pria yang lebih tua dari Kyuhyun itu menunjukkan sebuah boneka lumba-lumba yang cukup besar pada Kyuhyun.

“Anda memang ayah yang baik.”

“Haha, ya begitulah. Namanya anak Kyu. O ya, kau mau pesan apa?”

“Terserah anda saja Tuan.” Kyuhyun, teringat akan masa kecilnya. Masa kecilnya dulu saat masih di panti asuhan. Bersama seorang gadis. Dulu, ia pernah memberikan sebuah boneka lumba-lumba pada gadis itu. Alasannya karena sang gadis begitu menyukai mamalia laut tersebut. Ah, betapa ia sangat merindukan gadis itu. 17 tahun sudah mereka berpisah.

Flashback On

“Oppa jangan sedih.. kita tetap bisa bertemu kok.” Gadis kecil itu mencoba menghibur seorang namja yang lebih tua setahun darinya yang tak lain adalah Kyuhyun. Mereka sedang duduk di teras panti.

“Tapi Joo-“

“Harusnya oppa bahagia karena sudah menemukan keluarga oppa. Yang mengadopsi oppa bukan orang lain, tapi keluarga oppa sendiri. Pokoknya aku tidak mau melihat oppa lagi jika oppa masih saja cemberut.” Gadis itu menyedekapkan tangan mungilnya di depan dada. Mempoutkan bibirnya, pura-pura marah pada sang namja.

“Baiklah, baiklah. Aku janji akan terus tersenyum. Aku akan bahagia ikut mereka, demi kau Joo.” Sang gadis yang di panggil Joo, kemudian tersenyum pada namja itu.

“Joo, aku mau kau bersabar menungguku.”

“Menunggu untuk apa oppa?”

“Setelah tinggal dengan kakek tua itu,” Kyuhyun melirik ke arah seorang pria yang tengah berbicara dengan ibu panti mereka sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku akan membujuknya untuk mau mengadopsimu juga.”

“Tapi oppa,”

“Tidak ada tapi-tapian. Kali ini kau yang harus menuruti permintaanku. Aku tidak sanggup berpisah denganmu Joo. Aku menyayangimu.” Mendengar ucapan Kyuhyun, gadis itu tersenyum. Jantungnya berdebar saat mendengar pernyataan namja itu.

“Aku juga sayang oppa. Aku janji akan menunggu oppa. Sampai kapanpun.”

“Yaksok?”

“Ne yaksok.” Mereka saling menautkan jari kelingking mereka.

Flashback Off

 

“Kyuhyun-ssi.”

“Nde? Ah, mian tuan.”

“Gwaenchana. Sepertinya anda sedang banyak masalah. Hingga melamun seperti tadi.”

“Hanya teringat seseorang. Ah, sebaiknya kita mulai saja pada pembicaraan inti.”

Ya, Kyuhyun menemui Tuan Kim karena akan membuat proyek baru. Dan Tuan Kim itulah salah satu investor ‘incarannya.’

“Haha, baiklah jika kau tak ingin membicarakan masalahmu. Oke, aku sekarang ingin mendengar garis besarnya saja mengenai proyek yang kau rencanakan.” Kyuhyun tersenyum. Sepertinya Tuan Kim akan menjadi investor barunya.

 

*****

Seohyun memeluk sebuah boneka lumba-lumba berwarna biru. Boneka kesayangannya sejak dulu. Kemanapun ia pergi, ia akan selalu membawa boneka tersebut. Seperti saat ini, setiap tidur selalu memeluk erat boneka pemberian dari seseorang di masa lalunya itu. Ia mencoba memejamkan kedua matanya, namun beberapa saat setelah menutup mata, buliran air mata mengalir di pipinya.

“Oppa aku merindukanmu.” Gumamnya masih dengan mata terpejam serta memeluk boneka itu semakin erat. Aliran air mata di pipinya semakin deras keluar dari pelupuk matanya. Ia tak pernah bisa melupakan ‘oppanya’ itu meski sudah bertahun-tahun mereka berpisah. Terlalu banyak kenangan mereka yang membuat Seohyun sulit melupakannya. Ia juga telah berjanji akan selalu menunggu sang namja datang padanya. Karena namja itu sendiri yang telah berjanji akan menemuinya setelah ‘perpisahan terpaksa’ mereka.

 

Changmin POV

Setibanya di Seoul, aku langsung pulang ke rumah. Ibuku meneleponku untuk segera menemuinya. Biasanya aku tinggal bersama kakek dan saudara sepupuku. Namun untuk beberap hari ini ibu menyuruhku untuk tinggal di rumah.

“Eomma dimana bi?” tanyaku pada bibi Han.

“Nyonya sedang duduk di gazebo belakang, tuan muda.” Aku segera menuju halaman belakang rumah, dimana terdapat sebuah gazebo. Gazebo itu memang tempat favorit eomma di rumah ini.

“Eomma..” panggilku. Eomma yang tengah membaca majalah, mendongak menatapku kemudian terseyum.

“Changmin-ah, kau sudah datang.” Aku duduk di sebelah eomma.

“Ne eomma. Eomma katanya ada yang ingin di bicarakan denganku. Tentang apa eomma?” eomma meletakkan majalahnya. Kemudian menatapku lekat.

“Sudah saatnya eomma memberitahumu tentang ini.” Eomma memalingkan wajahnya. Menatap kolam renang yang ada di hadapan kami.

“Kyuhyun, bukanlah cucu kandung kakekmu.”

“Nde???????”

 

TBC

 

Wehehehehehehe…… sepertinya jalan cerintanya sudah bisa ketebak… ya sudah tunggu di next chap ne readers… J

 

 

Black Soshi 6정 – Disc and Twins

HaeSica 6

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
6정 – Disc and Twins

Author :
Cho Hyeyoung

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Minho
– Do Kyungsoo
– Kim Jonghyun
– Choi Sooyoung
– Kim Taeyeon
– Choi Seunghyun
– Park Jungsoo
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, Romance, dll~

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung

Disclaimer :
Plot is My and the Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY FANFICTION!!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

Sedikit Curcol,
Maaf banget buat reader-deul karna kelamaan nge-post, Author punya banyak tugas akhir-akhir ini 😥 Hueeeee ><

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya. But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6

Baca lebih lanjut

Black Soshi 5정 – Surprisingly

Surprisingly Cover

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
5정 – Surprisingly (Shot!?)

Author :
Cho Hyeyoung

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Minho
– Kim Heechul
– Do Kyungsoo
– Kim Jonghyun
– Choi Sooyoung
– Kim Taeyeon
– Im Yoona
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, Action, Romance

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung

Disclaimer :
Plot is My and the Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY FANFICTION!!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

Di Chapter ini, author akan membawa kalian berjalan-jalan ke USA~! Karna setiap setting scene, tak luput dari jajaran kota di USA *Plakjeduar
Dan mungkin FF ini akan END dalam 2 atau 3 Chapter lagi 😦

Oh ya, di Chapter ini juga bang Heechul menampakkan dirinya! Akankah couple utama FF ini menjadi HeeSica? Atau tetap HaeSica? Langsung aja Cekidot!!

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya. But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5

08.30 pm KST – Saturday, September 22nd 2012
Lee’s Old Mansion, Anyang

Beberapa box pizza terbuka dengan lebarnya serta botol-botol cola yang masing-masing tersisa setengah, setia menemani member Black Soshi–minus Jessica. Home Theater on Saturday Night usulan Yoona berhasil membuat rasa suntuk hilang dalam seketika. Hening. Film bergenre Sad-Romance dipadu Action yang sedang diputar sukses membuat mereka semua terpaku, sampai-sampai mereka terdiam, hanya fokus terhadap layar 49 inch, pizza serta cola dihadapan mereka.

Akhirnya, film berdurasi kurang lebih 2 jam itu selesai berbarengan dengan ludes(?)nya pizza dan cola mereka. Dan kini, mereka sedang menonton acara reality show mingguan favorite mereka sembari mengobrol satu sama lain.
Ditengah-tengah obrolan mereka, Seohyun melirik jam lalu bertanya pada member Black Sohi lain, “Eonnie, apa mereka sudah sampai?”

“Wakaranai… (Tidak tau)”

“Wae?” Seohyun menggeleng dan berkata “Ani, geunyang, Minho bilang setelah samapai nanti, ia akan mengabari”.

Mendengar itu, Tiffany mulai merasakan feeling buruk dihatinya, ikut berucap “Lebih baik kau hubungi Minho. I’m afraid something happened” Seohyun pun beranjak dan mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang.

“Yoboseo, MinsPector”

“Ya Seo Joo Hyun! Mengapa kau menelpon disaat seperti ini?! Aiissshh!” Seohyun mengerutkan keningnya mendengar raut suara khawatir dan sedikit panik yang dilontarkan Minho disebrang sana.

“Apa maksudmu? Dimana kau sekarang Choi Minho?”

Newark International Airport, New York

Di area pintu keluar bandara, seorang yeoja dengan rambut blonde memegangi lengan kirinya yang sepertinya terluka–terlihat dengan bercak darah di jaketnya–diikuti seorang namja dengan garis wajah yang tegas namun menampakkan raut khawatir, menyeret 2 koper medium size dan sebuah tas dibelakangnya.

Kriiingg..! Krriiiinngg!

Ponsel namja itu berbunyi. Dengan segera, ia menekan tombol hijau di ponselnya. Tak beberapa lama, terdengar suara dari sebrang sana “Yoboseo, MinsPector”. Mendengar itu, Minho memekik “Ya Seo Joo Hyun! Mengapa kau menelpon disaat seperti ini?! Aiissshh!” dibalik pekikan itu, tersirat raut khawatir yang bisa ditebak siapapun yang mendengarnya.

“Apa maksudmu? Dimana kau sekarang Choi Minho?”

“Aku… Aissh! Jessica tertembak! Aku dibandara! Sudahlah!” Minho menutup sambungannya. Entah mengapa ia sangat khawatir akan keadaan yeoja didepannya sekarang ini. Dan entah mengapa juga, hal itu mempengaruhi rasa emosionalnya
Keduanya tampak berjalan tergesa sampai mereka berhenti tepat di depan sebuah mobil tipe sedan mewah keluaran BMW yang tak lain tak bukan adalah mobil kepunyaan yeoja itu, Jessica.

“Give me the key (Berikan aku kuncinya)”

“In my bag pouch (Dikantung tasku)” Minho merogoh kantung depan tas putih berbordir JJ yang ia pegang sedari tadi. Setelah Minho menemukan kunci mobil Jessica, mereka langsung masuk kedalam mobil itu.

Segera, Jessica mengikat rambutnya, membuka jaket hijau tuanya, menyisakan baju rajutan cream yang lengannya digulung sampai pundak, serta mengeluarkan kotak P3K dari tasnya dan mulai mengobati luka tembak dilengannya. Sementara Minho, ia bersiap menjalankan mobil Jessica keluar dari area bandara, dan bertanya-tanya arah untuk mencapai Kantor cabang Black Eyes didaerah Downtown, New York City. “Jessica-ya, jalan mana yang harus ku ambil?”

Jessica melirik Minho sejenak, “Kau bisa lihat GPS nya” lalu kembali kepada kegiatannya. Ia sudah menyuntikkan obat bius ke lengan kirinya, tangan kanannya pun sudah memegang pinset untuk mengambil peluru berdiameter 5,8 mm yang masih bersarang dilengan kirinya.

“Akh!” Jessica meringis pelan, oprasi kecilnya berhasil. Peluru itu berhasil keluar ditemani bercak darah disekelilingnya. Minho yang melihatnya mulai menyetir tidak tenang. Bagaimana bisa Jessica terkena tembakan? Pikirnya.
Minho memutar kejadian beberapa menit yang lalu.

Orang yang mencurigakan diarah pukul tujuh. Tak beberapa lama, Minho mendengar Jessica memekik di walkie-talkie nya. Dan setelah itu, orang tersebut menghilang. Minho pun menoleh ke arah lorong tempat toilet berada, matanya menangkap Jessica kembali masuk toilet wanita, bertepatan dengan keluarnya Donghae dari pintu toilet pria. Ia yakin sekali kalau Donghae menjadi incaran orang itu. Yang menjadi pertanyaannya adalah; Mengapa Jessica yang tertembak? Dan bagaimana bisa orang tersebut meluncurkan peluru terpaut jarak 50 meter lebih dari tempatnya dengan hanya mengandalkan handgun?

‘Pasti penembak jitu. Aku yakin itu’

Jessica berkata sesuatu yang membuat gambaran Minho akan kejadian sebelumnya buyar “Choi Minho, I think that… Luka tembak ini harus di jahit” Jessica menunjukkan lengan kirinya yang berbalut perban putih, namun tetap mengeluarkan banyak darah “See?”

“Dimana rumah sakit terdekat?”

“Aniya, kita kerumah temanku. Cukup keluar tol Lincoln Hwy, berbelok di Marin Blvd., dan Montogomey St., lanjut di Greene St. Atau jika bingung, check GPS dan search dengan keyword Hee’s Apartment” Minho yang mendengarnya hanya mangut-mangut mengerti. Jika boleh jujur, Minho akan mengaku bahwa ia tidak terlalu tau jalan didaerah Jersey, tempat mereka berada sekarang ini.

“Menyetirlah dengan baik Minho, aku mau tidur”

08.45 am UTC (NY)
Greene St., Jersey

Sudah lebih dari 30 menit yang lalu mereka sampai ditempat tujuan. Tapi mereka belum kunjung turun dari mobil yang mereka tumpangi, lantaran Jessica yang masih tertidur pulas di jok belakang dan Minho yang enggan membangunkan Jessica. Bahkan entah mengapa mata Minho tidak lepas dari wajah Jessica yang terlihat innocent saat tidur.

Mata Minho melirik lengan kiri Jessica. Warna perban yang semula putih itu telah bergantikan merah darah. Seketika, Minho bertekad untuk membangunkan Jessica. Bagaimanapun juga, luka tembak itu harus segera dijahit, tidak mungkin dibiarkan bergitu saja karna akan membuat Jessica kehilangan sebagian darahnya. Dan Minho tidak mau hal itu terjadi.

“Jessica-ya, ireona” Minho mengguncang pelan tubuh Jessica. Dan itu membuat sang empunya tubuh menggeliat pelan dan terbangun dari tidurnya. “Apa kita sudah sampai?”

“Sejak 30 menit lalu, Nona”

“Aish! Mengapa kau tidak membangunkanku?!” Jessica menggerutu kesal, ia segera memakai jaket tebalnya dan turun dari mobilnya. Dan sebelum ia mebutup pintunya, ia berkata sesuatu. “Parkirkan mobilku dibasement. Aku tidak mau mobilku ditilang. Kutunggu kau di lobby”

Minho hanya menurutinya. Setelah selesai Minho segera menuju lobby. Dan Minho mematung sejenak, melihat Jessica tersenyum senang bersama dengan namja yang tak dikenalnya. Momen langka bagi Minho karna biasanya ia hanya melihat ekspresi datar Jessica. She more beauty with that smile, batinnya.

“Minho-ya! Yeogi!” Minho tersadar saat Jessica memanggilnya. Minho pun menghampiri Jessica dan namja yang tak dikenal Minho itu.

Jessica mulai mengenalkan kedua namja yang tidak saling mengenal itu “Minho-ya ini temanku, Kim Heechul. Divisi 1 Medical in Black Eyes America. Dan Heechul oppa, ini Choi Minho. Chief Inspector Black Eyes Korea” Baik Minho maupun Heechul, saling berjabat tangan. Dan setelahnya Heechul berpaling pada Jessica “Mari kita ke apartmentku, kajja!” Heechul merangkul pundak Jessica, dan itu membuat Jessica meringis kesakitan. “Neo gwenchanna?”

“Eobseo. Lengan kirinya tertembak. Maka dari itu kami kesini karna luka tembaknya harus segera dijahit” ucap Minho. Sebagai respon, Heechul hanya memangutkan kepalanya, dan segera mengajak Jessica serta Minho naik ke apartmentnya guna menjahit luka tembak Jessica.

***

“Tahan, sedikit lagi selesai” Heechul mencoba menenagkan Jessica yang merintih kesakitan. Ini aneh, walalupun lengan kiri Jessica sudah dibius, namun tetap saja Jessica masih merasakan sakit saat proses penjahitan.

“Cha, sudah selesai. Tapi sebaiknya kau minum obat penambah darah. Darahmu banyak yang terbuang sepertinya” Heechul memberikan botol kecil yang didalamnya terdapat banyak capsul merah. Jessica hanya mengiyakan perkataan Heechul tanpa berkomentar apapun. Aku benci obat, pikirnya.

“Oppa, apa kau punya makanan? Aku lapar”

“Aku punya lasagna, aku baru selesai memasaknya sebelum kalian datang” ucap Heechul seraya berjalan ke arah ruang makan diikuti Jessica dan Minho. Dan mereka akhirnya makan bersama disana. Ditemani suara dentingan sendok dan piring yang beradu.

Selesai makan, Jessica menawarkan diri untuk mencuci piring. Awalnya, baik Heechul maupun Minho tidak mengizinkannya lantaran lengan kiri Jessica yang terluka itu. Tapi pada akhirnya 2 namja itu mengalah atas keras kepalanya Jessica. “Aish, sudahlah oppa, mengobrol saja diruang tamu ne?” Jessica melemparkan senyumanya pada Heechul, dan Minho yang melihatnya hanya terheran-heran.

“Apa dia selalu tersenyum didepanmu?” ucap Minho saat ia dan Heechul duduk di ruang tamu. “Aniya, tidak hanya denganku, dengan orang-orang yang menurutnya bisa membuatnya nyaman dan terlindungi. Walaupun hanya sesekali”

“Maksudmu?”

“Dia hanya terseyum untuk orang yang bisa membuatnya nyaman dan terlindungi” ulang Heechul. “Dibalik kesan dingin yang selalu diperlihatkannya, Jessica sebenarnya bisa diibaratkan bagai barbie kaca yang rapuh. Bahkan aku pernah memergokinya menangis saat tengah malam. Ia punya masa lalu kelam yang aku tidak tau itu apa, yang membuatnya selama ini jarang mengukir senyuman indah. Maka dari itu jika aku melihatnya tersenyum, aku akan sangat bersyukur didalam hati” Minho tercenggang, Sebegitu besarnya dampak akan masa lalu yang dialami Jessica? Dan lagi, apa hubungan Heechul dan Jessica?

Downtown, New York

Limousine hitam produksi Mercedes Benz terlihat berjalan diantara mobil-mobil lain yang memadati jalanan Downtown. Didalamnya, terdapat 3 orang namja belasan dan seorang namja dengan setelan jaz yang sedang membolak-balikkan sebuah buku catatan.

“Pukul 10.30 ; meeting bersama beberapa pemegang saham serta kontraktor. Tolong pelajari ini” Donghae menerima beberapa kumpulan kertas semacam makalah, dan mulai membacanya. “Hanya ini?”

“Ne tuan muda, dan setelah itu anda akan survei lahan perumahan baru yang dibahas dalam meeting”

“Eodie?” ucap Donghae dengan mata yang masih fokus pada makalah ditangannya.

“Los Angeles”

***

Donghae, Kyungsoo dan Jonghyun sudah sampai ditempat yang akan mereka jadikan tempat bermalam selama di Amerika. Kyungsoo sedang merapikan barang bawaannya, Donghae sedang duduk sembari mempelajari bahan untuk meetingnya. Sementara Jonghyun, ia berada di balkon dengan ponsel ditelinganya.

“LA? Mengapa bisa?”

“Asisten sementaranya bilang kalau ada survei lahan untuk perumahan disana”

“Kalian ikut dengannya?” Jonghyun diam, berfikir keras. Ada beberapa detik kosong sebelum ia bersua lagi “Entah. Menurutku sih ikut”

“Jjong seriuslah!”

“Hei aku benar-benar tidak tau! Lagipula–”

“Lagipula apa? Kau mau kejadian beberapa jam lalu terulang?! Lalu misi kita gagal?! Kita tidak bisa begitu saja mengandalkan bodyguard, walaupun mereka ada banyak, mereka hanya tau kejadian yang ada didepan mata! Tidak tau menau tentang apa yang terjadi. Jika dibiarkan, nantinya malah pertumpahan darah yang terjadi! Aish, kau ini! Berfikirlah sedikit lebih matang Kim Jonghyun” Jonghyun diam, benar ucapan lawan bicaranya bahwa mereka tidak dapat mengandalkan bodyguard semata. “Lalu bagaimana Minho-ya?”

“Calm down a bit, Jjong. Seunghyun-nim sudah mengambil langkah setelah mendengar insiden di Newark. Yoona, Taeyeon, Hyoyeon serta Sooyoung sedang dalam perjalanan. Dan setelah ini aku akan memberitahukan bahwa mereka harus memutar haluan ke LA”

“Tapi–”

“Tidak ada tapi-tapian! Ikuti saja anak itu, dan lindungi dia!” Minho memutuskan sambungan telponnya sebelum Jonghyun menyelesaikan kalimatnya. Sebenarnya ia hanya ingin menanyakan mengapa tidak ada orang dari divisi medis yang dikirimkan?
‘Drrt drrrt’ – ponsel Jonghyun bergetar tanda sms masuk. Segera ia membacanya, dan berdecak malas.

From : Minho
Don’t forget to make sure the boy wear a bullet-proof suit that I give you, before you go. (Jangan lupa pastikan anak itu memakai setelan jas anti peluru yang aku berikan padamu, sebelum kalian pergi)

“Jonghyun-ah! Eodiga?! Cepat siap-siap! Kau mau ikut tidak? Kita akan berangkat 15 menit lagi!” sebuah teriakan membuat Jonghyun kembali berdecak.

Ia pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap dan tak beberapa lama Jonghyun keluar dengan penampilan yang berbeda dari semula. Rambut acak, kaus tanpa lengan, celana jeans serta sneakers telah tergentikan dengan kemeja merah maroon dengan 2 kancing teratas dibuka dilapisi setelan jas hitam, celana senada dan sepatu kulit, bahkan rambut coklat pekatnya sudah tidak acak-acakan lagi. Tak lupa ia membawa setelan jas hitam untuk diberikan kepada Donghae.

“Oi Tuan muda Lee! Pakai yang ini saja. Ini lebih bagus dengan kemeja kotak-kotak putihmu” Jonghyun menyodorkan Donghae apa yang ada ditangannya. Sejenak Donghae menimang 2 setelan jas dihadapannya. Donghae meraba jas yang ia pilih sebelumnya “Cream, halus, hangat, glow” dan berpaling pada jas yang dibawa Jonghyun “Hitam, lebih halus dan hangat, cool and glow”

“I choose this” Donghae akhirnya memakai jas yang dibawa Jonghyun. Tak beberapa lama, Kyungsoo keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sama. Bertepatan dengan itu, Asisten sementara Donghae datang dengan beberapa bodyguard dibelakangnya. Dan merekapun pergi meninggalkan Hotel yang didirikan atas nama Lee’s Group itu.

11.00 am UTC (NY)
Downtown, New York

Minho melirik 2 manusia dihadapannya dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat diartikan. Bosan? Malas? Risih? Atau mungkin Cemburu? Enyahlah itu jika cemburu. Yang pasti ekspresinya tidak dapat diartikan.

Jessica dan Heechul. Sejak awal mereka berangkat dari rumah Heechul, kedua manusia itu tak henti-hentinya berbincang, walau kemudi mobil sedang dipegang Heechul.
“Seberapa jauh lagi?” tanya Minho yang mulai jengah. “Dua blok lagi dari sini” jawab Heechul.

“Oh ya, bagaimana bisa mobilmu ada di Newark?” Heechul mulai membuka pembicaraan–lagi–dengan Jessica. Dan entah itu karna reflex, ataupun apa, Jessica menjawabnya disertai senyuman mengembang yang membuat Minho makin merasa aneh.

Bebeapa saat kemudian, sampailah mereka disebuah gedung perkantoran yang tinggi menjulang dengan belasan lantai. Orang-orang berpakaian rapi–rata-rata berjas–sibuk hilir mudik disana. Minho, Heechul dan Jessica pun masuk kedalamnya.

“Minho-ya, Heechul oppa, kalian tunggu saja disini, aku tak akan lama” Jessica pergi meninggalkan 2 namja itu dan bergegas naik ke lantai 10, dimana ruangannya berada. Sementara Jessica pergi, Minho mulai membuka pembicaraan dengan Heechul. “Tidak terlalu berbeda dengan di Seoul. Apa penyamaran yang dilakukan disini?”

“Sama dengan kantor pusat tempatmu, Trading Company” jawab Heechul. Kemudian mereka terdiam, tidak ada yang meneruskan pembicaraan itu lagi. Sampai Jessica datang menghampiri mereka dengan sebuah tas kertas berisi banyak CD-Rom dan Disket. Dan merekapun pergi meninggalkan gedung perkantoran itu, dengan kemudi yang dikuasai oleh Jessica.

Sekitar hampir dua jam perjalanan, mobil BMW itu kembali sampai di Newark International Airport. Mengetahui itu, Minho mengeluarkan protesnya lantaran heran karna beberapa jam lalu, “Apa kau tidak salah? Mengapa kita kemari lagi?”

“Los Angeles is my destiny for now”

Beberapa jam kemudian…
Pemakaman, LA

Sinar oranye dari matahari senja seakan menyinari seorang gadis yang berjalan memasuki area pemakaman dipinggiran kota Los Angeles. Dengan membawa 3 bucket lili putih ditangannya, gadis itu menuju 3 makam yang berdekatan.

“Mom, Dad, Soojung-ah, I’m coming”. Gadis itu berlutut dan menaruh bunga lili yang ia bawa didepan masing-masing nisan sembari tersenyum getir, “Soojungie, eonnie membawakan bunga favoritemu”. Gadis itu menambahkan “Maaf aku baru dapat berkunjung kesini. Kalian baik-baik saja bukan di surga sana?”

Matanya mulai berkaca-kaca, bulir-bulir bening pun sudah mengalir disana. Gadis itu menangis. Namun ia tetap beucap disela-sela tangisnya “Sudah 10 tahun aku hidup tanpa kalian. Aku sangat merindukan kalian. Tapi aku tau kalian selalu mengawasiku diatas sana bukan?”

Gadis itu menambahkan “Akhir-akhir ini, aku sedang menangani sesuatu yang jalannya mirip dengan kejadian 10 tahun lalu. Dan… aku berharap akulah incarannya, bukan dia”. Buliran bening dari mata gadis itu makin deras keluar. “Aku yakin akan itu. Entah mengapa. Karna itu… tolong siapkan tempat untukku disurga sana”

Gadis itu mengusap-usap ketiga nisan itu secara bergantian, dan melanjutkan kembali kalimatnya dengan pelan seperti bisikan “Andai saja saat itu aku tidak sembunyi…”. Gadis itu berdiri, mengusap air matanya “Eomma, Appa, Soojungie, maaf aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku harus pergi sekrang. Aku pasti akan berkunjung lagi. Annyeong, I love you”

Gadis itu mulai melangkah pergi dengan merunduk menelusuri jalan setapak untuk keluar dari area pemakaman. Beberapa langkah lagi sebelum melewati pintu gerbang seorang namja berdiri tepat dihadapannya yang membuat gadis itu berhenti, tanpa mendongak ia berkata “Excuse me”
Namja itu terlihat kaget melihat gadis dihadapannya. “Apa yang kau lakukan disini… Jessica?”

Bagai tersambar petir gadis itu terkaget. Perlahan ia menatap namja dihadapannya. Tak berucap satu kata pun. “Aku hanya menunjungi makam kerabatku”. Berbohong. Hanya itu yang dapat gadis itu–Jessica–lontarkan agar identitas aslinya tak terbongkar.

“Kalau begitu… Bisa kau temani aku melakukan hal yang sama denganku?”
Namja itu–Donghae–menarik tangan Jessica. Dan Jessica lagi-lagi tersentak. Donghae membawanya kembali.

“Annyeong haseo eommanim, abeonim dan Soojung-ah. Bagaimana kabar kalian disana? Maaf aku baru sempat kemari–”

Jessica berdiri mematung. Hanya diam melihat Donghae yang seakan mengajak bicara ketiga jasad yang terpendam didalam tanah sana. Melihat pula sorot mata Donghae yang terlihat sedih namun tetap menampakkan senyum diwajahnya.

Sekitar 15 menit, Donghae akhirnya berpamitan. “Eommanim, Abeonim, Soojung-ah, sudah waktunya aku dan temanku ini pamit. Lain kali aku akan kemari bersama appa. Annyeong”
Jessica berjalan keluar area pemakaman diikuti Donghae dibelakangnya. Beberapa langkah lagi sebelum mereka keluar dari area pemakaman, Donghae berhenti, menatap punggung Jessica yang berjalan didepannya. Walaupun dari punggung saja, Donghae sudah bisa tau bahwa gadis dihadapannya itu sangat sedih tanpa alasan yang ia ketahui.

Donghae mengedarkan pandangannya, ia melihat bangku panjang seperti bangku taman. Sebuah ide terlintas begitu saja dibenaknya.

“Mau menenangkan diri?” Jessica menghentikan jalannya, berbalik menatap Donghae dengan tatapan bingungnya. Donghae menampakkan senyumannya, dan mengajak Jessica duduk di bangku panjang.

Mereka berdua hanya diam. Mengamati pemandangan di hadapan mereka. Area Pemakaman di perbukitan ini tak disangka dapat menyuguhkan pemandangan indah. Hamparan kota Los Angeles yang dikelilingi perbukitan, burung-burung yang berterbangan, tulisan Hollywood yang terpampang menjadi ciri khas kota ini, ditambah langit senja oranye yang menyinari semua itu. Menambah kesan indah yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.

“Aku baru menyadari LA bisa seindah ini” ucap Donghae. Jessica tidak mengubrisnya, ia hanya terpaku dengan pemandangan dihadapannya sembari memejamkan mata, mendengarkan kicauan burung disekitarnya. Namun pendengarannya menangkap sesuatu yang tak beres. Spontan saja Jessica merundukkan kepalanya dan Donghae secara bersamaan sambil berteriak “Merunduk!!”

Keduanya menyembunyikan kepala dibalik sandaran bangku yang mereka duduki. Dan selang beberapa detik, sebuah peluru melesat dengan sangat cepat diatas kepala mereka. Jessica yang menyadarinya, mengeluarkan handgun yang selalu ada dikantung dalam jaket tebalnya. Mulai menembaki kearah peluru tadi berasal.
Donghae mencoba mendongak, berusaha melihat dan mengetahui apa yang terjadi. Namun tangan Jessica menahannya. “Tetaplah merunduk bodoh!” bentak Jessica sembari terus menembak.

Jessica berhenti, sedikit mendongak mengedarkan pandangannya dan mengecek keadaan, kemudian kembali merunduk saat medengar letupan shotgun dari arah baratnya. “Dengar aku, saat penembak itu tidak menembak lagi, kita harus bergerak ke mobilmu. Kita hanya punya satu kali kesempatan. Saat peluru shotgunnya habis”. Jessica kembali menembak dan merunduk, mengisi 6 pelurunya yang sudah kosong “Ini sudah peluru kesebelas, sekali lagi…”

Jessica kembali menembak, memancing ‘penembak’ itu untuk menembak peluru terakhirnya. Dan sesuai dugaan, peluru itu kembali melesat hampir mengenai kepala Jessica.

“Sekarang!” Jessica menarik Donghae, berlari. Akan tetapi terdengar sebuah tembakan lagi yang membuat mereka terhenti dan berlindung dibalik batu besar terdekat. Saat Jessica melirik ke arah suara tembakan itu, terdapat Hyoyeon, Yoona dan Taeyeon yang sedang adu tembak dengan ‘penembak’ itu.

Walkie-talkie berbentuk pin yang tertempel di baju Jessica berkedip, menandakan ada panggilan, dan tak beberapa lama terdengar suara disana. “Jessica, bawa Donghae pergi dari sini, Sooyoung sudah menunggu di mobil! Kami akan mengalihkan perhatian!”

***

“Micheo! Percobaan pembunuhan ini benar-benar aneh!”

Sooyoung. Begitu ia disapa. Sedang menggerutu tak jelas sembari mengendarai mobil sewaannya menuju kawasan pinggiran kota Los Angles. Bersama 2 orang lainnya, sebut saja Jessica dan Donghae.

“Percobaan pembunuhan? Apa maksudmu?” Donghae memapilkan wajah bingungnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Percobaan pembunuhan apa? Siapa yang akan dibunuh?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berseliweran diotaknya tanpa ada satupun yang terjawab.

“Apapun itu yang jelas bukan urusanmu” ucap Jessica dingin, disusul dengan anggukan setuju dari Sooyoung. Karena baik Sooyoung, Jessica ataupun yang lain sependapat bahwa Donghae tidak boleh tau apa yang terjadi sebelum semuanya terselesaikan.

“Kita mau kemana?”

“Gas station”

“Untuk?”

“Heissh anak ini! Sudah diam saja!!” Sooyoung memekik, ia mulai frustasi dengan pertanyaan yang menurutnya tidak perlu dijawab itu.

‘Trililiit triliiliiit

Ponsel Sooyoung berbunyi, panggilan masuk. Sooyoung menekan tombol kecil di bluetooth stereo headset yang sudah berada ditelinganya sejak tadi. “Yoboseo”

“Yoboseo Sooyoung-ah, dimana kau?”

“Dalam perjalanan menuju pom bensin terdekat, Yoon. Bagaimana dengan pemenbak itu?” jawab Sooyoung dengan masih tetap fokus mengendarai mobilnya.

“Ia menghilang setelah mendapat 2 tembakan di kaki kanannya. Ada sebuah mobil yang menjemputnya. Aku rasa ini hanya semacam April Fool. And… You know huh? Aku dan Hyoyeon menemukan sebuah transmitter di bawah mobil Donghae, juga Jessica”

“Transmitter? Tato-eba? (Seperti apa?)” Sooyung mulai menyetir tak tenang lantaran mendengar berita yang ia dengar itu

“Taeyeon eonnie bilang semacam alat pelacak”

“Hontoni? (Benarkah?)” Sooyoung membelalakkan matanya. Bagaimana bisa alat pelacak berada disana? Pikirnya.

Sooyoung beralih pada Jessica dan Donghae yang duduk dibelakang. “Dimana kalian menyewa mobil tadi?”

“Dua blok dari Los Angeles Airport” Jessica dan Donghae berucap bersamaan, dan jelas saja entah mengapa Sooyoung mual mendengarnya. Namun Sooyoung menghiraukan itu, dan beralih pada Yoona. “Sekarang kalian dimana?”

“Baru keluar dari area pemakaman. Kami memakai mobil yang dibawa Donghae dan Jessica, tenang saja Transmitternya sudah kami lenyapkan. Dan sekarang kami harus menuju kemana?”

Sooyoung sedikit berfikir, ia tidak tau banyak tentang tempat aman di LA. Sooyoung lagi-agi beralih pada Jessica. “Jessica, sebaiknya kita kemana setelah ini?”

“Jangan dipikirkan, lebih baik kau menyetir sampai pom bensin dan setelah itu aku yang akan mengambil alih kemudi. Dan beritahu Yoona agar ia bergegas pula ke pom bensin”

Donghae baru keluar dari sebuah ruangan. Toilet. Dan ia menuju sebuah mobil yang terparkir manis tak jauh dari posisinya.

Belum sesampainya, Donghae terhenti lantaran sebuah tangan kecil menarik ujung bajunya. Reflex, Donghae menoleh dan ia mendapati seorang anak perempuan dibelakangnya.

“Excuse me, do you see a grandma wearing brown dress? (Permisi, apa anda melihat seorang nenek yang memakai dress coklat?”

“I’m afraid I don’t, why? (Sepertinya tidak, mengapa?)” Donghae sedikit merunduk, mensejajarkan tingginya dengan anak itu. “Are you lost?” tanya Donghae dan dibalas anggukan kecil dari anak itu.

“Where is your house? I’ll take you home (Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang)” ucap Donghae pada anak itu. Anak itu langsung memberitaukan dimana alamatnya. Dan mereka pun pergi mendatangi sebuah mobil yang didalamnya sudah ada Taeyeon, Sooyoung dan Jessica. Dan terlihat pula 3 mobil lain dibelakangnya.

“Who is she?” tanya Jessica, langsung mengintrogasi Donghae yang membawa anak kecil tak dikenal itu.

“Dia tersesat. Bisakah kita mengantarnya? Aku kasihan padanya” Jessica hanya menghembuskan nafasnya. Mengangguk pasrah menerima permintaan Donghae. Tak ada salahnya bukan menolong anak yang tersesat?

Mobil yang dikemudikan Jessica berhenti tepat disebuah bangunan tua dengan komponen kayu yang kokoh yang terletak didaerah pinggiran LA. Berdasarkan alamat yang diperoleh dari gadis kecil itu, alamat ini memang mengarah ke bangunan itu.

Beberapa detik berselang, 3 mobil yang masing-masing di kemudikan Kyungsoo, Hyoyeon dan Yoona sudah terparkir manis didepan bangunan tua itu. Mereka pun juga sudah keluar dari mobil masing-masing. Namun dalam sekejap, pandangan mereka tertuju pada seorang wanita paruh baya membuka pintu bangunan tua itu dengan raut wajah yang terlihat khawatir.

“Caroline! Where have you been sweetheart?” wanita paruh baya itu merengkuh tubuh gadis kecil yang bersama Donghae sebelumnya.

“So, the girl already meet her grandma. Can we go now? (Jadi, anak itu sudah bertemu neneknya. Bisakah kita pergi sekarang?)” ucap Jessica.

“Why so hurry? I must thank to you. So, come in and have a tea! (Mengapa terburu? Aku harus bertrima kasih padamu. Jadi, masuklah dan minum teh!)”
Donghae dan yang lain mengangguk setuju dan masuk kedalam bangunan tua itu mengikuti gadis kecil dan neneknya tersebut. Sementara Jessica ia hanya pasrah, mendesah pelan dan mengikuti yang lainnya. Ini akan lama, pikirnya.

Donghae dan yang lainnya membelalakkan mata begitu mereka masuk. Anak-anak kisaran 2 – 9 tahun berada disekeliling mereka. Raut wajah mereka–anak-anak–terlihat khawatir, namun setelah melihat sosok gadis kecil yang di temukan Donghae sebelumnya, wajah polos khas anak-anak itu berubah. Ekspresi senanglah yang ada terlukis disetiap anak. Senang akibat teman mereka yang beberapa jam lalu menghilang ditemukan.

“Exactly, what place is this? (Sebenarnya, tempat apa ini?)” tanya Kyungsoo yang kebingungan atas banyaknya anak-anak disekelilingnya. “It looks like a orphange. I and my friend caring some child here. The child who discarded and have no place to stay (Seperti panti asuhan. Aku dan temanku merawat beberapa anak disini. Anak yang dibuang dan tidak punya tempat untuk tinggal)”

***

Jessica duduk di sofa dipojok ruangan. Melihat kearah teman-temannya yang asik bercengkrama dengan anak-anak disekelilingnya. Donghae dan Kyungsoo menirukan aksi super hero ala Amerika pada sebagian anak. Hyoyeon, Yoona dan Sooyoung, pertunjukan boneka kaus kaki. Jonghyun, bernyanyi. Dan Taeyeon, mendongeng. Semua itu dilakukan untuk menyenangi anak-anak kurang beruntung tersebut. Namun Jessica tidak berbuat apa-apa, ia hanya menampakkan senyum tipisnya, ia bingung harus berbuat apa untuk anak-anak itu.

“Mengapa kau tidak bergabung dengan yang lain?” sebuah suara mengagetkan Jessica. Teman dari wanita paruh baya itu duduk disampingnya. Seorang wanita Korea yang menghabiskan semasa hidupnya di negara bagian barat ini. Tak heran kalau ia bisa berbahasa Korea dengan lancar.

“Aku tidak tau harus berbuat apa”

“Hmm… Kalau begitu, siapa namamu?”

“Jessica” Jessica menjawab dengan singkat, dan entah mengapa itu membuat wanita paruh baya tersebut tersenyum. Wanita itu pun pergi sejenak, kembali membawa sebuah album foto usang dan menyodorkannya pada Jessica.
Jessica pun membuka lembaran demi lembarannya dengan perlahan. Jessica terhenti, menatap sebuah halaman yang menampilkan sebuah foto yang–sepertinya–pernah dilihatnya entah dimana. Foto 2 orang anak laki-laki kembar yang tersenyum.

“Mereka Jonathan dan Jacob. 2 anak yang kutemukan di pinggiran jalan. Saat aku menemukanya mereka baru berumur 2 atau 3 hari. Kasihan sekali”
Wanita tua itu menatap Jessica sejenak, “Kau mengingatkanku pada mereka. Mata dan hidungmu sangat mirip dengan mereka”

“Jacob sangat pintar dalam perhitungan. Tapi Jonathan sangat pintar dalam teknologi, aku ingat saat itu Jonathan berumur 7 tahun, ia bisa membetulkan mesin ketikku dengan sempruna” ucap wanita itu sembari terkekeh pelan. “Hah, tapi Jacob lebih dulu meninggalkan kami. Ia diadopsi oleh sepasang suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Sementara Jonathan diadopsi oleh seorang duda selang 2 tahun setelah Jacob” tambahnya.

Jessica hanya mengangguk pelan sembari membolak balik halaman album foto usang itu. Sampai sebuah pertanyaan membuatnya terhenti.

“Jessica, apa kau anak dari Jonathan atau Jacob?”

To Be Contiuned

Haduh, kayaknya disini ngga ada nyelip momen TaeTeuk ato KyuYoung ya? Sama kebanyakan bahasa inggris sepertinya… ._. Jweseonghamnida *bow
Dan lagi, panjang banget pula >< Ketauan author amatiran -_-b

Buat yang minta adegan berantem di Chapter sebelumnya, Author usahain lebih banyak di Chapter selanjutnya ne? Jweseongieyo *deepbow

Tapi gimana? Bagus? Amburadul? Typo? Berikan komentar kalian! *maksa._.v
Sekalian minta kritik plus sarannya please… Karna kayaknya makin kesini makin sedikit yang comment 😦

Oh ya, yang mau ngobrol sama author langsung check ini aja @YoungKkuma *promosi._.v
Udah deh, Annyeong! See ya on the next chapter of Black Soshi! ^^

Black Soshi 4정 – Complicated?

Complicated

Title :
Baclk Soshi

Sub-Title :
4정 – Complicated?

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Seunghyun
– Choi Minho
– Do Kyungsoo
– Kim Jonghyun
– Cho Kyuhyun
– Park Jungsoo
– Choi Sooyoung
– Kim Taeyeon
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, School Life,

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Disclaimer :
Plot is My, Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam FanFiction ini *deepbow

Sedikit Curcol ._.v , jujur aja Sub-Title chapter ini ngga nyambung banget sama alur -_-. Awalnya bingung mau ngasih judul apaan, dan jadilah ‘Complicated’ karna otak yang udah complicated ._.v

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya, Semua POV diambil alih Author ._.v . But pokoknya,

*Note :
UTC = Zona Waktu Daerah Bagian Amerika.

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4

Black Eyes Main Office, Seoul

“Sepertinya tekniknya sama, hanya penyampaianya saja yang berbeda. Dugaanku untuk sementara, mungkin kasus yang kutangani sekarang ini ada hubungannya dengan salah satu kasus yang ditangani B.E 10 tahun lalu” Minho memberikan berkas-berkas yang berhubungan dengan kasus yang ia bicarakan kepada Seunghyun yang duduk didepannya.
Seunghyun membaca dengan teliti berkas-berkas yang diberi Minho. Dengan sesekali menampakkan wajah keterkejutannya dan sedikit bergumam “Ini…”

“10 tahun lalu, diperkirakan kelompok ataupun individu membantai habis sebuah keluarga yang beralamat di California. Tubuh sepasang suami-istri dan seorang anak perempuan ditemukan tak bernyawa di awal musim gugur 2002. Awalnya keluarga itu diperkirakan hanya 3 orang yang terbunuh tersebut, namun tim B.E amerika menemukan beberapa berkas yang menyatakan bahwa keluarga itu terdiri dari 4 orang. Dan, setelahnya tim B.E amerika menduga kalau salah satu anak keluarga itu dibunuh ditempat lain, atau di asingkan dengan tujuan tertentu. Jalur buntu adalah kendala kasus ini selama 10 tahun terakhir. Berdsasarkan informasi, kaus ini akan kadaluarsa 5 tahun lagi di kepolisian” jelas Minho panjang lebar mengenai kaus 10 tahun lalu yang ia pelajari semalaman.

“Lalu apa kesimpulanmu tentang 2 kasus ini?” tanya Seunghyun dengan mata yang masih terpaku dengan berkas-berkas kasus ini. Ia sudah tau mengenai semua itu lantaran saat kasus terjadi, Seunghyun lah salah satu orang yang menanganinya. Namun Seunghyun masih belum sepenuhnya mengerti tentang hubungan antara 2 kasus tersebut.

“Bangkai. Bisa dilihat, item bangkai kelinci dalam kotak yang ditemukan beberapa minggu lalu sama persis dengan 10 tahun lalu. Aku khawatir jika beberapa hari lagi klien kita akan menjadi korban” Minho menjelaskan lagi dengan fasihnya dan setelah itu ia menanyakan “Hmm… Seunghyun-nim, weekend ini Donghae akan menggantikan ayahnya pada sebuah meeting di Amerika. Jonghyun dan Kyungsoo akan ikut serta. Dan–”
“Jessica too, right? Aku tau itu. Jangan khawatir, dia bisa jaga diri” ucap Seunghyun memotong perkataan Minho.

“Tapi, bolehkah aku ikut untuk mengawasinya?”

Thursday, September 20th – 2012
Lee’s Old Mansion, Anyang

Jessica baru keluar dari kamarnya. Ia pagi ini bangun lebih cepat 15 menit dari biasanya lantaran takut terkena dekrit yang dibuat oleh para penghuni mansion ini. 2 orang yang terakhir bangun di pagi hari (lewat dari pukul 5.30) harus membersihkan dapur, ruang rekreasi dan kamar seluruh mansion ini ditambah memasakkan makan malam dan mencuci mobil sebagai denda, kurang lebih isinya seperti itu.

Baru Jessica memijak sebuah anak tangga, Taeyeon sudah meneriakinya dari lantai bawah “Ya Jessica Jung! Kau didenda!”. Hening. Tak ada jawaban dari Jessica atas teriakan Taeyeon itu. Jessica pun kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap pergi sekolah sebagai reaksinya. Sementara penghuni mansion lain terkekeh geli melihat Jessica yang seperti itu. Walaupun sudah bangun lebih awal dari biasanya namun Jessica tetap saja terlambat, pikir mereka.

Tak lama berselang, Donghae pun baru keluar kamarnya. Kini giliran Jonghyun yang berteriak “Ya Tuan Muda Lee! Kau didenda!”. Gelak tawa pun kembali terdengar saat melihat ekspresi Donghae yang kelewat lucu karna kaget itu.

Anyang High School, –Canteen–

Sooyoung berjalan masuk ke area kantin. Dan ia langsung mengantri di antrian untuk mengambil jatah makan siang yang disediakan sekolah. Saat hendak mengambil susu kotak, sebuah tangan meraih susu kotak–yang kebetulan terakhir–berbarengan dengan tangannya. “Kau bisa ambil” ucap mereka bersamaan. Hening. Tidak ada yang berkata di antara mereka, sampai namja itu menaruh susu kotak di nampan milik Sooyoung “Lebih baik kau yang mengambilnya”

Beberapa menit kemudian dengan tanpa sadar, mereka sudah duduk di meja kantin yang sama. Dan namja itu mulai membuka pembicaraan “Kau Choi Sooyoung bukan? Ingat aku?”.
Sooyoung terdiam, sedikit memperhatikan wajah namja yang duduk tepat didepannya. Kemudian ia mengangguk dan sedikit terkekeh “Cho Kyuhyun, kelas XI-B. Yang tempo hari aku tabrak bukan?”

“Kau mengingatnya. Daya ingatmu bagus juga” ucap Kyuhyun entah itu dengan tujuan memuji ataupun mengejek.

“Geurom, kau anak baru ya?” tanya Sooyoung sembari memakan makanannya. “Begitulah” jawab Kyuhyun santai. Mendegar itu, Sooyoung kembali mengajukan pertanyaannya “Kau berasal darimana?”

“Yang pasti dari belahan dunia ini” Kyuhyun menunjukkan smirknya. Sooyoung sedikit sebal “Kau ini, aku kan bertanya serius”

Tapi selanjutnya, mereka saling berbincang dan tertawa bersama seakan mereka adalah kenalan lama. Sampai bel berakhirnya waktu istirahat menyudahi perbincangan mereka berdua.

Anyang High School, –XI-D Class–

“Taeyeon-ah, pulang sekolah nanti tolong ajari aku tentang momentum. Aku belum mengerti dengan itu”

Untuk kesekian kalinya, semenjak Park Jungsoo meminta Taeyeon untuk menjadi partner bimbingnya dalam pelajaran fisika, Jungsoo selalu meminta Taeyeon mengajarinya tentang hal-hal yang ia tidak mengerti tentang fisika, sedikitnya 2 hari sekali.

Dan sebagai respon, Taeyeon hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju tanpa berpaling dari novel tebal ditanganya. Melihat itu, Jungsoo menambah perkataannya “Tapi, bisakah kita belajar dirumahmu?”. Pertanyaan Jungsoo sukses membuat Taeyeon berpaling dari novelnya ke wajah Jungsoo dengan tatapan bingungnya.

“Terlalu ramai jika kita belajar dirumahku karna keluarga besarku sedang berada dirumahku” ucap Jungsoo yang mengerti tatapan bingung Taeyeon. Taeyeon memutar otaknya, berfikir. Bagaimana mungkin Taeyeon mengajak Jungsoo ke tempat tinggalnya?

“Dirumahku juga tidak bisa” ucap Taeyeon pada akhirnya. Kini giliran Jungsoo yang memutar otaknya mendengar ucapan Taeyeon. Dimana tempat yang cocok untuk belajar nanti, pikirnya. Sampai sebuah bayangan terlintas dibenaknya.

“Aku tau tempat yang nyaman untuk belajar”

03.00 pm KST
Lee’s Old Mansion

Terlihat Donghae tengah mencuci mobil para penghuni mansion sebagai denda atas keterlambatan bangun paginya. Sementara Jessica, sudah mulai mencuci piring dalam rangka (?) yang sama dengan Donghae. Mereka berdua merasa hal yang mereka jalani ini tidak adil memang, namun mereka tidak bisa menolaknya lantaran para penghuni mansion lainnya selalu mewanti-wanti mereka agar mereka menjalani tugas mereka.

Perkerjaan cuci-mencuci itu pun selesai, dan keduanya bertemu diruang rekreasi dengan peralatan kebersihan seperti vacuum cleaner, lap, ember berisi air ditangan mereka.

Keduanya melakukan perkerjaannya dalam diam. Jessica yang menyumpal telinga dengan headsetnya, tidak berniat berkata apa-apa. Berbeda dengan Donghae, dari wajahnya pun terlihat jelas bahwa ia ingin mengajak Jessica untuk sekedar mengobrol. Dan sayangnya, Donghae tidak dapat mewujudkan itu.

Setelah beberapa lama, mereka selesai dengan ruang rekreasi. Mereka pun memutuskan untuk membersihkan kamar demi kamar para penghuni mansion ini. Dan kamar Jessica adalah kamar yang menjadi tujuan pertama mereka untuk dibersihkan.

“Kamarku tidak perlu dibersihkan” ucap Jessica dingin saat mereka masuk ke kamar nya.

“Ah, I see. Tap– Eh? Koper? Kau mau pergi?” respon Donghae melihat sebuah koper berukuran sedang tergeletak diatas ranjang Jessica. Sementara Jessica hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Donghae.

“Eodie?” tanya Donghae lagi. Dan Jessica mendesah pelan. Anak ini terlalu banyak bertanya, pikirnya.

“Kau tidak perlu tau”

Kembali ke pukul 03.00 pm KST

Sebuah mobil hitam terlihat melintasi jalanan yang lengang menuju kawasan diluar kota Anyang. Sudah sekitar 30 menit kiranya mobil itu melaju, namun sepertinya tempat tujuan mobil itu masih belum terlihat. Dan itu membuat penumpangnya sedikit khawatir.

“Jungsoo-ya, sebenarnya kita mau kemana? Jika lurus terus, bukankah sudah memasuki jalan tol menuju Seoul?” tanya Taeyeon dengan raut khawatirnya. Sementara Jungsoo yang sedang fokus menyetir mobilnya, hanya tersenyum misterius menanggapi pertanyaan Taeyeon.

“Diamlah, nantinya kau akan terpesona melihat tempat itu. Cha! Kita akan belok sekarang” lampu sen kiri itu sudah berkedip, laju mobil pun sudah mulai melambat dan setelahnya, mobil itu berbelok ke jalan yang agak tertupi rerumputan kuning tinggi yang sepertinya jarang dilewati. Sampai mobil itu tepat berhenti 10 meter didepan sebuah pohon maple tua di tengah-tengah padang rumput luas yang baru saja mobil itu lewati.

Jungsoo keluar dan sedikit berlari kecil memutari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Taeyeon sambil berkata “Turunlah”. Taeyeon hanya diam, terlalu terpaku dan terkejut dengan tempat dimana ia berada sekarang.

Taeyeon turun dengan perlahan dari mobil Jungsoo, ekspresinya masih terbelalak tidak percaya dengan tempat ini. Sebuah rumah pohon yang terlihat masih kokoh bertengger pohon maple tua dengan daun lebat walaupun sedang musim gugur. Tapi bukan itu yang menjadi objek keterkejutan Taeyeon.

Pikiran Taeyeon mulai berkecamuk dengan sekelibat gambaran masa lalu. Seorang anak laki-laki dan anak perempuan bermain dengan riangnya di rumah pohon itu. Hanya berdua. Bermain dengan senyuman yang selalu mengembang di wajah keduanya. Canda tawa pun selalu mengiringi permainan yang dimainkan keduanya. Hari demi hari mereka habiskan hanya untuk bermain di pohon itu. Bermain seperti anak lainnya yang tidak pernah mengenal batasan waktu.

“Taeyeon-ah! Naiklah!” teriakan Jungsoo membuyarkan lamunan Taeyeon. Ternyata Jungsoo sudah menunggu Taeyeon diatas rumah pohon itu. Segera, dalam diam dengan langkah gemetarnya, Taeyeon mulai menaiki tangga tali yang akan membawanya ke rumah pohon itu. Taeyeon pun sampai dan ia makin terkejut dengan apa yang matanya lihat. Mainan-mainan tertata rapi di sebuah rak kayu, sebuah rumah-rumahan yang disusun dari balok kayu dan sebuah kotak seperti harta karun yang berisi mainan. Semua masih sama seperti dulu, pikir Taeyeon.

Dengan tidak sadar, Taeyeon berjalan mengelilingi satu-satunya ruangan di rumah pohon itu. Sampai matanya yang mulai berkaca-kaca menangkap beberapa foto usang yang tertempel di dinding. “Ini…” tangan Taeyeon yang sejak tadi gemetar, menyentuh sebuah foto usang tersebut. Seorang anak laki-laki dan anak perempuan tersenyum bahagia di foto itu. Seketika lutut Taeyeon lemas, ia terduduk begitu saja. Air matapun hampir jatuh jika ia tidak menahannya.

Jungsoo yang melihatnya menampakkan ekspresi bingungnya dan bertanya “Gwenchannayo?”. Dan sebagai respon, Taeyeon hanya mengeleng pelan sambil mencoba berdiri tegap menghadap Jungsoo.

“Kau… Leeteukie?”

07.45 pm KST
Lee’s Old Mansion

Semua penghuni mansion–minus Jessica dan Donghae–duduk di hadapan meja makan panjang di ruang makan. Sambil menunggu makanan yang belum kujung ada di meja makan.

“Hya, mana 2 manusia itu? Beli makanan saja lamanya satu abad” protes Jonghyun yang sudah kelaparan karna belum makan dari siang tadi -_-.

“Jika kau protes terus seperti itu, kau tidak akan dapat jatah” ucap Jessica yang baru datang bersama Donghae dibelakangnya dengan berkantung-kantung makanan ditangan mereka.

“Kalian membeli apa?” tanya Yoona antusias. “Kimbap, Salad, French Fries, Tteokbokki, Kimchi, Odeng dan Ayam. Aku pastikan kalian semua akan kenyang” Donghae menaruh makanan-makanan yang mereka beli di atas meja makan. Mereka pun mulai makan bersama.

Anak remaja umumnya kalau sedang makan tetap saja mengobrol walaupun ada petuah yang menentang berbicara saat makan, sama halnya seperti para penghuni mansion ini yang tengah berbincang satu sama lain sembari memakan makanannya.

“Hmm, modu-reul, week end ini aku ingin menggantikan appa ku meeting di Amerika. Jadi appa ku ingin 2 orang dari kalian menemaiku. Siapa yang tidak mempunyai Schedule di Weekend ini?” ucap Donghae yang membuat yang lainnya berfikir tentang schedule masing-masing.

Beberapa terlihat menggelengkan kepalanya. Terkecuali Kyungsoo dan Jonghyun, mereka berdua mengangkat tangan dan berkata “Uri duri, seukhejuleun eobseosseo (Kami berdua tidak punya schedule)”

“Jadi, Kyungsoo dan Jonghyun akan menemani Donghae ke Amerika?” tanya Minho memastikan. Sebagai jawabannya, Jonghyun dan Kyungsoo hanya mengangguk mengiyakan.
Acara makan malam bersama pun itu berlanjut. Semuanya berbincang-bincang, terkecuali Taeyeon. Ia bahkan tidak menyentuh makanan yang terhidang di atas meja. Pikirannya terlalu kacau untuk saat ini. Sampai-sampai Tiffany menegurnya “Taeyeon-ah, wae an meoggoeyo? (Taeyeon, mengapa tidak makan?)”

Taeyeon tidak merespon perkataan Tiffany, ia malah mendorong kursinya ke belakang, kemudian berdiri dan berkata “Aku selesai” dan pergi ke kamarnya. Semua penghuni mansion pun heran melihat tingkah Taeyeon yang mendadak aneh itu. Berbagai pertanyaan dengan inti yang sama pun siap untuk dilontarkan penghuni mansion lain.

Bagaimana tidak? Sejak satu jam lalu Taeyeon pulang ke mansion dengan mata sembab tanpa berkata apapun. Sunny, Tiffany, Seohyun sempat menanyakan apa yang terjadi namun Taeyeon hanya menjawab Suatu hal membuatku sangat berduka hari ini.

Sementara itu, seseorang yang notabene nya Shikshin juga berlaku sama, tidak nafsu makan. Sejak beberapa jam yang lalu ia pulang ke mansion ini, Sooyoung yang dikenal salah satu mood maker itu mendadak diam seribu bahasa. Ekspresi wajahnya pun tidak dapat di artikan, antara kesal, bingung, kecewa. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

“Tumben tidak makan?” teguran Yoona menyentakkan Sooyoung dari keterdiamannya. Sooyoung tidak menjawabnya, ia malah memikirkan perkataan oppa nya beberapa jam lalu…

Kembali ke pukul 03.45 pm KST

“Aish, lama sekali” Sooyoung berdecak, sesekali ia melirik jam tangannya. Kesal. Itu pasti, sudah hampir 2 jam ia menunggu seseorang, namun orang yang ia tunggu belum kunjung datang.

Sebuah mobil sport berhenti tepat didepan Sooyoung. Pintu mobil itu terbuka dan seseorang memunculkan kepalanya disana. “Naiklah, aku akan mengantarmu pulang”

“Cho Kyuhyun?”

Namja itu tersenyum mendengar Sooyoung mengucapkan namanya. Dan Sooyoung pun mengangguk kecil tanda setuju. Saat Sooyoung hendak masuk ke mobil itu, suara berat menghentikan langkahnya “Ya Choi Sooyoung! Mau kemana kau?”

“O..oppa”

Namja berperawakan tegap dan tampan dengan baju kasual yang melekat ditubuhnya, dan topi yang sedikit menutupi wajahnya, namun itu tidak menutupi kharisma dan ketampanan yang dimilikinya, ia datang menghampiri adiknya. Melihat itu, Kyuhyun langsung turun dari mobilnya dan ikut menghampiri Sooyoung.

“Ah, jweseonghamnida, aku hanya ingin mengantarnya pulang. Karna–”

“Sooyoung-ah, mari kita pulang” namja itu memotong kalimat Kyuhyun yang belum selesai. Lalu namja itu menunjuk telunjuknya tepat diwajah Kyuhyun dan menambahkan “Dan kau! Jauhi adikku”. Kyuhyun diam ditempat. Kaget. Shock. Bingung. Speechless. Begitupun Sooyoung, ia tampak tidak terima dengan perlakuan oppa nya. Ingin saja Sooyoung protes, akan tetapi oppanya terlebih dulu menarik tubuhnya masuk kedalam mobil oppanya yang tepat berada dibelakang mobil Kyuhyun.

***

“Ya! Seunghyun oppa! Apa hakmu melarang Kyuhyun seperti itu?!” Sooyoung sedari tadi hanya mengomel tak jelas kepada oppanya, Seunghyun. Dan itu membuat Seunghyun agak jengkel. Mulut adik satu-satunya itu harus disumpal sesuatu.

“Diamlah! Aku punya hak seperti itu karna aku kakakmu! Jangan pernah dekat dengan namja itu!”

“Bahkan kalau kau orang tuaku atau bukan kakakku sekalipun, kau tidak akan punya hak seperti itu! Karna kita tidak tinggal di negara komunis!” Sooyoung merasa air matanya hampir keluar, bahkan ia meninggikan suaranya. Entah mengapa ia sangat marah dan kesal ketika Seunghyun melarangnya dekat dengan Kyuhyun. Padahal, ia baru beberapa hari mengenal Kyuhyun.

“Kau! Akh! Namja itu berbahaya!”

“Berbahaya apanya?! Bahakan kau tidak mengenalnya oppa!” Sooyoung makin bersikeras melawan. Ia makin tidak terima dengan perkataan Seunghyun.

“Karna aku tau siapa dia, makanya aku melarangmu untuk dekat de–”

“Tapi kau keterlaluan! Memang–”

“Diamlah!” Seunghyun membentak, dan itu membuat Sooyoung tersentak. Ini kali pertama Seunghyun membentaknya. “Oppa…” lirih Sooyoung dengan matanya yang sudah berkaca-kaca
“Oppa mohon, jangan dekati namja itu, Sooyoung-ah. Ia berbahaya. Jika kau mau tau alasannya, jauhi namja itu dan tekuni misimu. Dengan begitu, kau tau siapa dia sebenarnya. Hah…”

Seunghyun menghela nafas, ia tau Sooyoung sedari tadi menahan air matanya. Tapi ia hanya ingin melindungi adiknya. Cukup dengan melibatkan adiknya kedalam kasus yang berbahaya, dan bukan berarti Sooyoung harus ikut berada dalam bahaya besar.

Akan tetapi, Sooyoung masih bingung maksud dari perkataan oppanya. Sooyoung tidak berkata apa-apa lagi. Sungguh saat ini ia kecewa dengan Seunghyun.

“Lebih baik aku mengantarmu ke mansion. Suasana hatimu tidak memungkinkan saat ini” Seunghyun memutar arah mobilnya kembali ke Anyang. Awalnya Seunghyun ingin mengajak Sooyoung ke Seoul karna suatu hal. Namun karna sudah seperti ini, Seunghyun membatalkan niatnya. Mungkin lain kali, pikirnya.

01.30 pm KST – Friday, September 21st 2012
Anyang High School –XI-B Class–

Bel pergantian pelajaran dibunyikan. Dan dengan sigap, Jessica keluar kelas dengan membawa tasnya, diikuti Donghae tanpa sepengetahuannya. Sampai Jessica menyadari itu dan berbalik. Donghae pun terkejut dan berhenti tepat selangkah di hadapan Jessica. “Mengapa kau mengikutiku?” tanya Jessica

“Aniya. Untuk apa aku mengikutimu? Aku ingin pergi ke ruang guru kok” mendengar jawaban Donghae, Jessica hanya mendesah pelan dan melanjutkan jalannya kembali tanpa berkata apapun. Ia tau apa tujuan Donghae ke ruang guru. Karna Jessica pun sama, ia ingin ke ruang guru untuk meminta izin tidak mengikuti pelajaran terakhir.

Sesampainya ditempat tujuan, Jessica langsung menemui wali kelasnya untuk meminta persetujuan. Sedangkan Donghae, ia masih bingung lantaran melihat Jessica melakukan hal yang sama dengan yang ingin ia lakukan. Saat Donghae masih terpaku didepan pintu ruang guru, tanpa sadar Jessica yang hendak keluar ruangan menepuk pelan pundak Donghae “Kau sudah di izinkan keluar. Cepat ganti pakaianmu dan bergegaslah ke Incheon, pesawatmu akan take off 3 jam lagi”

Jessica pergi meninggalkan Donghae dengan kebingungan yang melanda Donghae. Dan pada akhirnya dengan perlahan, Donghae berjalan ke toilet untuk mengganti pakaiannya, mengikuti apa yang Jessica katakan. Bersiap untuk perjalanan yang akan di lakukannya 3 jam lagi.

***

Jessica keluar dari gerbang sekolah. Seragam tidak lagi melekat ditubuhnya yang tergantikan oleh flat shoes, baju rajutan cream dilapisi jaket hijau tua tebal, jeans abu-abu. Dengan santainya, ia berjalan ke arah sebuah taksi yang terlihat menunggunya dan masuk kedalam taksi tersebut.

“Eotte? Koperku sudah bukan?” tanya Jessica saat baru menduduki jok penumpang. “Eung, sudah ada di bagasi” jawab seseorang yang duduk disamping Jessica. Jessica hanya menganggukkan kepalanya dan kembali bertanya “Omong-omong, kenapa kau mendadak ingin ikut Minho-ya?”

“Hanya ingin tau bagaimana kantor cabang di amerika”

Mendengar jawaban Minho, Jessica hanya ber-Oh ria. Setelahnya, ia tak berbicara lagi. Terlalu malas untuk berkata macam-macam. Lebih baik diam, pikirnya.

Beberapa jam kemudian…
Incheon Airport

Donghae, Kyungsoo, Jonghyun baru saja memasuki lobby salah satu bandara internasional Korea. Mereka langsung menuju terminal keberangkatan Amerika. Ani, lebih tepatnya New York. Setelah masuk dan check in, mereka duduk di ruang tunggu sebelum take off 40 menit lagi.

“Hya, sampai Newark nanti siapa yang akan menjemput kita?” tanya Jonghyun yang sedikit khawatir tentang hal itu. Donghae yang hanya memainkan iPhone nya memalingkan wajahnya sejenak menatap Jonghyun lalu kembali terpaku iPhone miliknya “Kkokjonghajima*, akan ada yang menunggu kita besok di Newark” (*Jangan Khawatir)

“Nugunde?”

“Molla. Appa bilang pastinya seseorang yang kukenal” Kyungsoo dan Jonghyun sedikit lega. Dan mereka bertiga akhirnya tenggelam pada kesibukan masing-masing. Jonghyun dengan percakapan telponnya. Donghae dengan iPhone nya. Kyungsoo dengan novel barunya.

“Lee Donghae?” Donghae menoleh ke asal suara saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mendapati Kyuhyun yang sedang melambai ke arahnya. Dan tak beberapa lama, Kyuhyun sudah berdiri didepannya.

“Hya Cho Kyuhyun, apa yang kau lakukan disini?” Donghae heran dengan keberadaan Kyuhyun di depannya, padahal tadi ia absen disekolah. “Nenekku sakit, dan aku di minta oleh eommaku untuk menjenguknya” Nenek? Donghae kembali heran. Sejak kapan Kyuhyun mempunyai Nenek di New York? Entahlah, author saja tidak tau, jadi anggap saja seperti itu. -_-

“Nenekmu di New York?”

“Ye, semua keluargaku tinggal di New York. Hanya aku yang di Korea” Donghae, Jonghyun, Kyungsoo mengangguk bersamaan, mereka punya sebuah pemikiran yang sama di benak masing-masing tentang Kyuhyun. Dan mereka berempat pun mengobrol dengan akrabnya.

“Kepada calon penumpang terhormat…”

Suara yang menyeruak dari speaker dipenjuru ruang tunggu menghentikan obrolan 4 namja itu. Salah satu diantara mereka memutuskan untuk berpisah. Dan 3 sisanya; Kyungsoo, Jonghyun dan Donghae berjalan menuju pesawat bersamaan.

07.10 am UTC – Saturday, September 22nd 2012
Newark International Airport, New York

16 jam duduk dipesawat di barengi dengan tidur di sela-selanya tak membuat Jessica jenuh ataupun lelah. Tentu saja Jessica excited dengan kepulangannya ke New York. Hampir dua bulan Jessica tidak berada ditempatnya dibesarkan hanya karna tuntutan pekerjaan yang entah kapan selesai. Oleh karna itu, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. 1 hari penuh dihitung dari sekarang, Jessica akan melakukan hal-hal yang sudah ia catat dengan titel ‘What To Do in USA’-nya.

Jessica dan Minho sudah mengambil barang bawaan mereka. Dan mereka memutuskan untuk mengisi lambung kelaparan mereka sebelum meninggalkan bandara. Walaupun mereka sudah makan di pesawat, namun itu belum mampu membuat cacing di perut mereka meronta.

“Minho-ya, aku titip koperku” Jessica sedikit tergesa berjalan menuju toilet terdekat. Sementara Minho memegangi 2 koper ditangannya, sembari melihat sekelilingnya dengan teliti. Matanya menangkap orang mencurigakan dengan pakaian serba hitam-coklat berdiri terpaut 15 meter dengannya di arah jam 7. Sesaat Minho teringat akan kliennya yang berada di tempat yang sama dengannya, segera menghubungi rekannya dengan walkie-talkie yang mirip bluetooth earphone ditelinganya. “This is MinsPector. LA-Lady, ThatJjong, Kyungs, kode 12! Waspada akan seseorang di arah jam 7!” Minho melirik sekilas kebelakang, “Ia bersenjata!”

Entah orang sepintar dan licik apa yang bisa memasukkan senjata api ke dalam area bandara. Senjata api sejenis Handgun tercetak pada kantung hoodie coklat yang dikenakannya. Walaupun tidak begitu jelas, namun Minho yakin itu adalah salah satu jenis senjata api. Lagi, Minho terpikirkan kliennya, lantaran ia tidak melihat Donghae dipenjuru lobby “ThatJjong, Kyungs, dimana anak itu?”

“Toilet”

Mata tajam Minho melirik lorong yang terdapat toilet. Sepi. Hanya ada segelintir orang yang berlalu-lalang. Kemudian ia menghubungi Jessica “LA Lady, Where are you now?”

“Toilet”

Minho mendapatkan jawaban yang sama. Dan kini otaknya berfikir keras untuk mengamankan kliennya. Entah kepercayaan darimana menurut Minho, lelaki diarah jam 7 itu akan mengakibatkan suatu hal yang berdampak buruk bagi orang-orang disekitar Minho. “Kyungs, pergi ke toilet, amankan kli–”

“Akh!”

Pekikan Jessica memotong perkataan Minho. Dengan segera mata Minho kembali menoleh ke arah pukul 7. Dan sebuah kejanggalan membuat ia merutuki diri sendiri.

‘Sial! Dia menghilang!’

To Be Contiuned

Jeng jeng jjeeeng~! Chapter 4 nih..!
Gimana-gimana? Penasaran sama chapter selanjutnya? Minta Saran + Kritiknya ne? Diwajibkan. Jangan jadi Siders!
Author bingung mau bilang apa lagi… But, thanks for waiting this Fan Fiction all…

Dan ini bonus poster! TaeTeuk Special! ^^

BS TaeTeuk Special

Black Soshi 3정 – Recover

Black Soshi Recover

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
3정 – Recover

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Cast :
– SNSD Member –Known as Black Soshi–
– Super Junior Member
– Choi Minho –Known as Inspektur Choi–
– Do Kyungsoo
– Park Jungsoo-
– Mr. Lee –Known as Donghae’s Father–
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense *←Maybe*, Friendship, School Life, Little Thriller (?)

Rating :
T

Poster :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Disclaimer :
Plot is My, Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

#Warning : Mungkin FF ini akan bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya, Semua POV diambil alih Author ._.v . But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3

Read!

Black Soshi 1정 – Mission?

브라크 소시

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
1정 – Mission?

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Cast :
– SNSD Member –Known as Black Soshi–
– SJ Member
– Choi Seung Hyun –Known as Choi-nim or Seunghyun-nim–
– Choi Minho
– Kim Jong Hyun
– Do Kyung Soo
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU (Alternative Universal)

Genre :
Suspense, Friends, Action (?), etc…

Rating :
T (Teenager)

Disclaimer :

Plot is My, Character are belong to God

And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

#P.S : Mungkin FF ini akan bertemakan Serius, tapi nanti juga ada-banyak-sisi Romance nya kok! ^^. Dan di Chap ini, akan ada -lumayan banyak- dialog bahasa asing, tapi tenang, ada translate nya

Prologue | Chapter 1

Happy Reading! ^^

Read More

Family [OneShoot]

sss_副本

FAMILY

FF ini diangkat dari kisah nyata yg sedikit ditambah-tambahin. Author bikin ini waktu lagi galau dan lagi nangis terisak-isak. Jadi kalu ada Typo atau apalah yg kurang memuaskan author hanya bisa mengatakan “jeongmal mianhae”

Baca lebih lanjut

[Drabble] Happiness

5 songs

Author            : andinarima

Title                : 5 Songs Challenge with Super Generation

Genre             : Romance

Main Cast      :           – Girls’ Generation

                                    – Super Junior

Rating             : PG-17

Length            : 5 Drabbles

Author Note   : hallo yang nungguin FF First Meeting SM Project harus sabar nunggu yaa J. Oh iya FF ini juga sebagai FF terakhirku sebelum HIATUS L Happy reading guys. DON’T BE PLAGIAT!!!

                        FF ini udah pernah di posting di http://andinarima.wordpress.com

Jangan lupa RCL ya kawan J

Baca lebih lanjut