Baby’s Feeling [YeYul]

YY1 (2)

 

Author : Dian Senja

Genre : Family

Cast    : Yesung SJ, Yuri SNSD

 

Happy birthday Yuri eonni^^ sukses dan sehat selalu.

mumpung lagi ultahnya Yuri eonni, aku posting epep yeyul 2 sekaligus.hihi.

maaf untuk typo dan alur yang berantakan dan foto covernya yang aneh..haha jangan lupa komennya dan no bash 🙂

selamat menikmati

Yuri cemas, pasalnya hingga jam 2 malam suaminya belum juga pulang. Ny Kim itu mondar-mandir di ruang tamu rumah mereka. Sedangkan anak-anaknya sudah terlelap sejak jam 9 tadi. Jongwoon janji pada istrinya ia akan pulang jam 11 tapi ini sudah dini hari dan Jongwoon belum juga terlihat mobilnya. Lamunan Yuri buyar ketika si bungsu menangis, bayinya yang berusia sepuluh bulan itu menangis keras di dalam kamarnya.

Yuri menghampiri dan berusaha menenangkan bayinya. Namun tetap saja si bungsu menangis hingga membangunkan ke empat kakak-kakaknya.

“Eomma, kenapa Yuna menangis?” Tanya Mina putri keduanya yang sekarang berusia 12 tahun.

“Eomma juga tidak tahu sayang. biasanya kalau eomma beri ASI pasti akan tidur lagi tapi kenapa ia masih menangis.”

“Sini eomma biar aku gendong saja.” Tawar putra sulungnya yang berusia 14 tahun.

Yuri pun memberikan Yuna pada Shiyoon tapi Yuna tidak mau lepas dari lengan Yuri itu tandanya Yuna masih ingin digendong Yuri.

“Aku ambil kain gendongannya saja ya eomma? Biar eomma tidak pegal.” Usul putri keempatnya. Wanita yang hampir menginjak usia 40 tahun itu tersenyum mendengar usulan Bona. Gadis kecil yang berusia 8 tahun itu segera berlari ke kamar eommanya untuk mengambil gendongan kain.

“Gomawo sayang, sebaiknya kalian tidur besok sekolah. Eomma tidak mau kalian terlambat karena bangun kesiangan.”

“Aniyo, kita ingin menemani eomma sampai appa pulang. Apalagi Yuna menangis terus.” Kata Shiwoon, putranya yang lahir 2 tahun kemudian setelah Minah. Yuri menatap putra-putrinya sambil menepuk-nepuk pantat Bona yang sudah tiduran di gendongannya yang sudah mulai mereda tangisannya.

“Sayang, dengarkan eomma. Appa sebentar lagi pulang kalau kalian tidak tidur nanti appa akan marah. Tidurlah, eomma tidak apa-apa.”

“Eomma yakin?” Tanya Shiyoon.

“Yakin. Justru kalau kalian tidak tidur eomma akan semakin banyak pikiran.”

“Hmm oppa bagaimana kalau kita tidur di ruang tengah saja sambil menemani eomma menunggu appa?” Minah membuat kakak dan adik-adiknya tersenyum.

“Cerdas sekali adik oppa ini.” Shiyoon mengacak-acak rambut Minah. Lalu mereka semua kembali ke kamar mereka dan kembali ke ruang tengan membawa selimut tebal dan bantal mereka masing-masing tanpa persetujuan Yuri. Untung saja karpet ruang tengah itu tebal dan luas. Sehingga mereka tidak akan kedinginan ditambah setelan piyama mereka yang hangat karena ini sudah masuk musim dingin.

“Yak.. yak kalian apa-apaan ini? Eomma belum bilang setuju.”

“Eomma jangan marah-marah nanti Yuna bangun. Kami ingin menemani eomma. Kami tidur ya eomma. Jadi kalau ada apa-apa eomma bisa langsung bangunkan kami. Ok?” Kata sang putra tertua dan keempat anaknya itu langsung memejamkan mata mereka.

Yuri hanya bisa tersenyum, kelima anaknya selalu ada dan menghibur saat Jongwoon tidak ada. Jongwoon yang bekerja sebagai pengacara terkenal itu memang sering pulang malam demi menyelesaikan tugas-tugasnya apalagi Jongwoon memiliki kantor pengacara sendiri. Kalau Yuri memintanya untuk bersantai atau libur sementara pasti Jongwoon akan menjawab.

‘Aku bekerja demi membahagiakan kalian, tenang saja kalau anak-anak libur sekolah aku pasti akan mengusahakan liburan bersama mereka.’

Yuri hanya khawatir dengan pekerjaan suaminya yang selalu menumpuk itu, usia Jongwoon tidaklah muda lagi tentunya Yuri berpikir itu akan berdampak buruk bagi kesehatan suaminya. Untung saja Jongwoon tidak minum alkohol dan merokok. Yuri pun selalu membuatkan bekal untuk makan siang Jongwoon dan keempat anak-anaknya.

Selain itu pekerjaan Jongwoon sebagai pengacara pastinya kadang menuai kontroversi apalagi jika kasus yang ditangani itu kasus yang melibatkan para pejabat. Prinsip Jongwoon adalah membela yang benar dan tidak salah jika mahkamah agung memberinya penghargaan sebagai pengacara terbaik. Yuri dan anak-anaknya tidak sekali dua kali menerima ancaman teror dari orang-orang yang merasa dirugikan oleh Jongwoon karena Jongwoon berani mengatakan kesalahan orang-orang itu.

Yuri merasa tangisan putri bungsunya itu mengisyaratkan sebuah tanda. Wanita itu segera menelepon adik iparnya sambil tak melepas gendongan Yuna karena Yuna bisa saja menangis lagi jika ia taruh di kasur. Sedangkan keempat anaknya sudah terlelap. Ia menempelkan smarthponenya di telinganya dan beranjak ke dapur agar anak-anaknya tidak mendengar percakapan itu.

“Yoboseyo. Jongjin oppa mianhaeyo mengganggu malam-malam. Apa Oppa tadi pulang bersama Jongwoon oppa?”

“……………”

“Ah begitu, Jongwoon oppa belum pulang. Ia bilang akan pulang jam 11 tapi sampai sekarang belum juga pulang.” Yuri melirik jam dinding dan hampir menunjukan pukul 3 pagi.

“…………..”

“Sudah oppa, aku sudah meneleponnya hingga berkali-kali sedangkan ponselnya tidak aktif. Aku tanya ke sekretarisnya, Jongwoon oppa sudah keluar kantor jam 11 sedangkan jarak kantor ke rumah kan hanya 20 menit tapi ia tetap belum sampai.”

“………….”

“Ne oppa gomawo.” Yuri sedikit merasa lega, biasanya jika Jongwoon akan pulang telat selalu menghubunginya atau sekedar mengirim pesan. Kalau masih ada tambahan lembur ia pasti juga akan menghubungi Yuri lagi. Jongwoon memang tidak mau membawa pekerjaannya ke rumah karena bagi Jongwoon rumah itu untuk bersantai dan beristirahat.

Walaupun ia sudah ditenangkan oleh Jongjin tetap saja ia tidak bisa tidur, ia duduk di sofa dengan tetap Yuna dipangkuannya dan anak-anaknya di hadapannya di karpet yang ada di depan sofa besar itu.

Jongjin memang sering mengunjungi hyungnya saat pulang kantor karena kantor mereka bersebelahan. Jongjin sibuk dengan berbagai bisnisnya mulai dari aksesoris hingga coffe shop tapi kali ini Jongjin pulang terlebih dulu karena istrinya sedang sakit. Jongjin akan mencari tahu keberadaan Jongwoon.

“Yul, bangunlah.” Badan Yuri terasa pegal, ia baru sadar ternyata posisi tidurnya tetap duduk di sofa itu sambil memangku putrinya yang masih berada di kain gendongan.

“Oppa…”

“Ssstt Yul, kau bisa membangunkan anak-anak.” Yuri melihat jam dinding di ruangan itu, sudah pukul 4 pagi.

“Oppa, kau membuatku khawatir ah tidak bahkan anak-anak juga mengkhawatirkanmu.” Lirih Yuri sambil menepuk-nepuk pelan paha Yuna agar tidak terbangun. Karena setelah mendengar suara Yuri dan Jongwoon ia bergerak gelisah. Yuri pun berdiri sambil sedikit menggoyang-goyangkan badannya ke kanan-kiri seolah mengayunkan Yuna dalam gendongannya.

“Mianhae Yul.” Jongwoon tetap duduk di sofa sedangkan Yuri masih berdiri di hadapannya sambil mengayunkan Yuna.

“Ada apa? Kau tau anak-anak tidur di sini karena menunggumu pulang dan Yuna tadi menangis keras. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi padamu.” Yuri menatap suaminya dengan lembut.

“Aku diteror. Pulang kerja tadi aku dikejar beberapa orang yang aku tidak kenal hingga aku sampai dipinggiran kota Seoul. Untung saja aku segera mengirim pesan ke Youngwoon hyung. Kau ingat kan Youngwoon hyung yang bekerja di kepolisian Seoul?” Yuri mengangguk.

“Ia dan anak buahnya melacak keberadaanku dan berhasil meringkus orang-orang itu yang ternyata adalah suruhan dari pejabat yang kena kasus korupsi di Kementerian Ekonomi. Dia adalah salah satu orang yang aku jebloskan ke penjara karena membuat negara rugi.”

Yuri bernafas lega setelah nafasnya tertahan mendengar cerita Jongwoon tadi. Ia lihat seluruh tubuh suaminya dan untungnya tidak satu pun yang terluka. Ia berterima kasih pada Tuhan dan pihak manapun yang membuat pemimpin keluarganya itu selamat. Yuri tersenyum.

“Maaf sayang, aku membuat kalian khawatir. Ponselku mati dan aku dalam keadaan panik tadi aku sempat mampir ke apartemen Jongjin dulu. Karena ia paling banyak mengirim pesan.”

“Aku bersyukur oppa selamat, aku tidak mau menjadi janda dengan lima anak yang masih belia.” Canda Yuri, berharap Jongwoon bisa tersenyum dan tenang.

Jongwoon merengkuh Yuri dalam pelukannya tapi tidak bisa erat karena ada Yuna di sana. Jongwoon mengecup kening dan bibir Yuri lalu mengecup kening Yuna.

“Apa kau mau kubuatkan sesuatu?”

“Tidak usah, biar aku saja.”

“Tapi oppa?”

“Sayang ini, hampir jam setengah 6 sebaiknya kau bangunkan anak-anak. Aku yang akan membuat sarapan untuk kalian. Tenang saja, hanya pancake dan cokelat panas. Ku rasa itu mudah.” Memang waktu tidak terasa saat mereka berbincang-bincang tadi. Yuri tahu kemampuan suaminya di dapur ya walaupun Jongwoon tidak bisa memasak makanan utama tapi setidaknya suaminya itu tidak buta dengan hal-hal yang ada di dapur. Kalau senggang, Jongwoon suka belajar dari Jongjin.

“Aku ambil cuti hari ini. Aku akan menemanimu tidur karena semalaman kau pasti tidak tidur.” Bisik Jongwoon sambil menunjukan smirknya, seolah menggoda Yuri. Yuri kelabakan, ia mengalihkan pandangannya dari Jongwoon, pipinya terasa panas kalau pria itu sudah menggodanya padahal mereka bukan remaja lagi. Ia segera membangunkan anak-anaknya. Tetap Yuna dalam gendongannya yang masih terlelap.

Jongwoon melepas jas dan dasinya. Ia menggulung lengan kemeja hitamnya hingga sebatas siku dan membuka dua kancing atasnya. Ia cuci tangan lalu menyiapkan semua keperluan untuk membuat pancake dan cokelat panas dengan porsi banyak mengingat ia dan Yuri punya 5 anak. Yuna sudah bisa memakan pancake itu walaupun ia tetap minum ASI.

Setelah membaringkan Yuna di box bayinya, Yuri segera membantu anak-anaknya untuk keperluan sekolahnya.

“Bona jangan lupa tempat pensilmu!”

“Mina kaos kakimu ada di lemari!”

“Shiyoon jangan pergi sebelum sarapan!”

“Shiwoon cepat mandinya!” Suara Yuri terdengar sampai ke seluruh penjuru kamar anak-anaknya. Yuri pun juga membersihkan diri karena walaupun ia di rumah ia tetap sudah rapi di pagi hari.

Saat Yuri selesai mandi dan berhias diri, ia sudah melihat anak-anaknya siap dan langsung menyuruh mereka ke ruang makan.

“Apppaaaaa!!!” teriak mereka bersamaan melihat sosok Jongwoon berdiri di dekat meja makan. Kedua tangan Jongwoon direntangkan siap menerima pelukan keempat anaknya.

“Kenapa appa pulang terlambat?”

“Kenapa appa tidak menelepon eomma?”

“Appa aku kangen.”

“Kenapa appa baru terlihat sekarang?” Jongwoon memeluk erat keempat anaknya dalam satu rengkuhan tanpa menjawab rentetan pertanyaan buah hatinya itu.

“Sebaiknya kalian sarapan.” Kata sang eomma, yang sudah berdiri di belakang mereka dengan dress selutut dan sweater besar berwarna hitam bercorak putih di bagian leher dan dada tak lupa rambutnya digelung ke atas dengan menyisakan sedikit di kanan-kirinya dan make up tipis.

“Eomma kok beda hari ini?” Yuri diam tapi matanya mengisyaratkan agar anak-anaknya menuruti perintahnya tadi. Semuanya menuruti perintah Yuri sambil berpikir dengan keadaan barusan. Yuri memang sengaja tampil berbeda hari ini, walaupun tidak berlebihan tapi tetap berbeda dari hari yang lain.

“Appa ada kerjaan banyak semalam dan appa lupa tidak mencas ponsel. Habiskan sarapannya sebelum bis sekolah datang.”

“Appa tidak kerja?” Jongwoon menggeleng.

“Appa mau istirahat dulu.” anak-anaknya mengangguk paham. Mereka menikmati sarapan dengan perasaan lega karena sang ayah sudah bersama mereka saat ini.

Tin…tin…

Terdengar klakson bis sekolah mereka, Jongwoon dan Yuri sengaja menyuruh mereka naik bis sekolah karena khawatir para rival Jongwoon tahu tentang anak-anak mereka jika Jongwoon mengantarkan ke sekolah.

Mereka berempat bergegas untuk bersiap keluar rumah dan tak lupa pamit kedua orang tuanya. Yuri dan Jongwoon mengantar mereka sampai ke pintu gerbang.

“Bye eomma bye appa…”

“Bye kim siblings, hati-hati ya.” Kata Jongwoon dan Yuri kompak.

Jongwoon masuk terlebih dulu, ia menengok sekilas ke kamar mereka dan melihat si bungsu masih tertidur pulas. Ia pun berjalan ke meja makan, membawa semua piring dan gelas kotor ke dapur lalu mulai mencucinya. Ia harus memanfaatkan hari cutinya dengan baik. Setelah insiden semalam ia merasa bersalah kepada Yuri dan anak-anaknya apalagi mereka menunggu di ruang tengah hingga tertidur.

“Oppa lagi apa?” Tanya Yuri dengan suara manja. Jongwoon terkejut karena Yuri memeluknya dari belakang dan menyandarkan wajahnya di punggung Yesung. Biasanya ia yang melakukan ini pada Yuri di setiap pagi tapi sekarang berbalik. Ia ingin membuat Yuri beristirahat.

“Kau mengagetkanku sayang.” Jongwoon mencuci semua piring dan gelas kotor lalu ditaruh di rak sebelah bak itu dan Yuri pun masih dalam posisi yang sama dengan setia memeluk punggung suaminya hingga pekerjaan suaminya itu selesai.

Setelah mengeringkan tangannya Jongwoon akan membalikan badannya namun punggungnya terasa berat dan sudah terdengar nafas teratur, ia yakin Yuri tertidur. Ia tertawa pelan karena istrinya ini lucu, bisa-bisanya tidur sambil berdiri untung saja punggungnya kokoh.

Jongwoon tau istrinya pasti tidak tidur nyenyak semalaman. Ia bergerak perlahan dan posisi tubuhnya sekarang menghadap Yuri lalu dengan sekali gerakan ia membopong tubuh Yuri ala bridal style ke kamar mereka.

Sssttt… mereka akan istirahat sebaiknya jangan ganggu mereka 😀

END

15 pemikiran pada “Baby’s Feeling [YeYul]

  1. tidak ada kata lain selain daebak ..
    Wow yeppa kya.ny semangat bngt buat anak ..
    Anakny aja smp 5 ..
    Padahal pekerjaanny brat ..
    Good job buat yeppa ..
    Haha
    kpan eonni buat ff lagi ..
    Semoga scpatny ..
    SCH Yuri eonni ..

  2. bingung mw komen apa, suka deh ceritanya.g ngebosenin…
    anaknya bnyk dn umurny deket2.jd seru tuh kayanya…

    pengen bnyk lg.ff pairing yulsung…hehehhe

  3. Ping balik: FF YeYul “DJ Yul” Oneshoot | Dian Senja

  4. kyaaa yulsung >< suka deh genre family gni ❤ good job thor! untg g trjdi apa2 ama yepa. btw yepa doyan bkin anak y ampe anaknya bnyk bgtu wkwk. bkin lg yeyul y thor,semangat 😀

  5. Dian Eonnie jebal ..
    Bca coment saeng yg satu ini ..

    Eonni msih pnya nomer hp saeng kn ..
    Eonnie knpa gk prnh sms saeng ..
    Tolong dong eonni sms saeng ..
    Nomer hp eonni ke hapus ..;(

We wait for your comment^^