Black Soshi 7정 – Game Over (Part B) [FINAL CHAPTER]

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
7정 – Game Over (Part B)

Author :
Cho Hyeyoung

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Minho
– Choi Seunghyun
– Super Junior Member
– SNSD Member
– Lee Hongjoo [OC]
– Unknown Character (Will Annouced In This Chapter) [OC]
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, Romance, Action

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung

Referensi :
– Sherlock Holmes: The Crime Tricks
– Sherlock Holmes: The End
– 名探偵コナン (Detective Conan)

Disclaimer :
Plot is My and the Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY FANFICTION!!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya. But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6 | FINAL Chapter: 7 A – 7 B

Sebelum membaca, jawab dulu pertanyaan dibawah ini;
1. Apakah hubungan ‘Dalang’ alias ‘Unknown Character’ dengan Jessica?
a. Kerabat
b. Keluarga
c. Teman
d. … (Isi sendiri)

A-Yo! dijawab, dan tulis dikomentar setelah membaca~ *JanganGantiJawabanSetelahBaca

*P.S : Ini adalah chapter terpanjang ._.v
—–

HaeSica Final copy

Unknown Place…

“Jadi bagaimana?”

“Persiapannya sudah matang sajangnim, kami hanya menunggu matahari bersinar dibalik awan hitam saat ini.” Namja dengan sebutan sajangnim itu tersenyum puas—sekaligus licik—mendengar jawaban dari kaki tangan terpercayanya—saat ini, “Good job boy. Kau memang bisa diandalkan. Tak salah aku memberimu upah tinggi.”

Dengan membungkuk sopan ala lelaki terhormat, orang itu—sang kaki tangan—berkata, “Ne. Rencanamu saat ini adalah pekerjaan terhormat bagiku, sajangnim.” Ia kembali tegap, “Sajangnim, apakah ‘plan B’ akan dilakukan?”

“With my pleasure, Falcon. Of Course. (Dengan senang hati, Falcon. Tentu saja)”
Orang itu—Falcon—mengangguk serta tersenyum licik. Ia yakin ‘plan B’ akan sangat diperlukan, begitu juga sang Sajangnim.

“Berapa jam lagi?”

“11 jam, 30 menit lagi sajangnim.”

“Geurae. Kau boleh keluar.” ucapnya, “Ah, ya. Untuk ‘plan B’ temanmu akan membantu bukan?”

“He will, Sajangnim. Phantom will come.” Setelah menjawab, Falcon membungkuk sopan dan meninggalkan ruangan sajangnimnya.

Sementara itu, sang Sajangnim tersenyum licik ke arah sebuah lembaran—seperti sertifikat. Didalam hatinya, ia sangat senang atas apa yang akan ia capai esok.

“JJ-ah, besok aku akan mengantar ‘music’ kebanggaanmu keperaduan terakhirnya.”

Friday, October 5th 2012
Lee’s Old Mansion

Pagi ini tepat pukul 8.00 para penghuni mansion—kecuali yang pergi sekolah—sudah berada di ruang makan dengan seporsi waffle dan cappuccino dihadapan mereka, sembari berbincang tentang dua orang penghuni baru.

“Morning.” ucap Minho yang baru datang bersama dua orang asing dibelakangnya.

“Morning. Duduklah! Aku akan menyiapkan 3 porsi lagi untuk kalian.” Hyoyeon langsung bergegas kembali ke dapur setelah mengatakannya. Orang asing tersebut hanya tersenyum dan duduk di kursi kosong. Semuanya—kecuali Minho—menatap kearah dua pendatang baru tersebut, bertanya-tanya siapa orang asing yang bermalam di mansion ini.

“Minho-ya, siapa mereka?”

Merasa diperhatikan, dua orang itu memperkenalkan diri mereka. Dan author yakin, kalian tau siapa mereka. Sungmin dan Eunhyuk—sebut saja seperti itu.

Pagi itu semuanya berjalan normal. Hingar bingar burung yang berkicau, udara kaya oksigen menyeruak masuk melalui jendela, para penghuni mansion yang menikmati pagi mereka. Semuanya terjadi seperti biasanya. Sampai sebuah deringan telpon terdengar bagaikan pertanda buruk.

Yoona mengangkatnya, mendekatkan gagang telpon tersebut ke telingannya, “Hello?”. Gagang telpon itu jatuh seketika. Bagaikan tersambar petir, ekspresi wajah cantik itu datar seketika, menyiratkan sebuah ketakutan dan kepanikan teramat sangat tatkala mendengar suara–panik–disebrang sana.

“Kita harus bergegas. Seorang siswa terbunuh.”

***
Minho POV

Pikiranku kini kacau. Sandi-sandi aneh itu saja saat ini belum terpecahkan, muncul pembunuhan yang terjadi didepan mata rekanku, dilingkungan yang sama dengan keberadaan klien kami. Pada akhirnya, aku menyerahkan tentang pembunuhan itu pada yang lain–walau tetap dibawah pengetahuanku, memikirkan sandi-sandi aneh itu sudah cukup menyita waktuku.

“Tinggalkan laptopmu dulu!” Sungmin menepuk pundakku, “Ikutlah kami mengambil amunisi baru.”

Aku hanya mengangguk dan kami—juga Eunhyuk—pun pergi.

***

Kami sudah dalam perjalanan pulang dengan sejumlah amunisi dan kemudi ditangan Eunhyuk. Namun pikiranku masih tertuju dengan kasus-kasus rumit itu. Dan entah mengapa feeling ku selalu berkata ini ada sangkut pautnya dengan salah satu dari kami. Dan bagaimanapun juga, aku harus menyelesaikan kasus rumit yang menghantuiku berbulan-bulan ini. Jika tidak, hangus sudah impianku menjadi detektif FBI.

“Hya, JSAXII, Y.NSWUD arro? (Hey, kau tau JSAXII?)” aku menanyakannya, setidaknya mungkin mereka bisa membantu. Atau tidak sama sekali.

“Sandi ya?” Eunhyuk berfikir, beberapa saat kemudian ia menggeleng “Molla.”

“Jika itu sandi, mungkin saja setiap hurufnya diambil dari huruf awal sebuah kata, mungkin juga sandi itu adalah sebuah kata yang disembunyikan. Kau tau, seperti system sandi ROT1, Caesar atau Vignére. Tapi jika itu Vignére, aku rasa akan menjadi bencana kau tau sendiri kita harus tau keywordnya”

Aku sedikit berfikir, apa yang dikatakan Sungmin ada benarnya. Tapi patut dicoba. Kembali, aku teringat PR yang Tiffany berikan.

“Sica?”

“Mwol?” ujar Sungmin yang terkaget atas apa yang kuucap. Sica. Entah mengapa mulutku mengucap kata tersebut–tanpa kehendakku.

“Sica-ga… Jessica? Kau memikirkanya? Jessica Jung?” sontak aku mendongak ke arah mereka yang tertawa lepas, memprotes tidakan itu, “Anirago! Tiffany menyuruhku mencari arti kata itu. Dan– Ya! Ya! *Geumanhae! (Berhenti!)” aku memekik seraya tawa mereka makin meledak.

“Ah, geunyang igeo– Aigoo! Jinjja! Neo babojanha? (Ah tapi ini– Astaga! Benar-benar! Apa kau bodoh?)”

“Ya! Apa kau tidak bisa bahasa spanyol? Aku jadi tidak percaya FBI memberikanmu kesempatan untuk masuk.”

“Eh? Spanish?” aku menyiritkan dahi tanda tidak mengerti. Bahasa spanyolku memang kurang lancar, namun seingatku tidak ada kata ‘Sica’ dalam bahasa spanyol.

“Music. Sica itu Music. Diambil dari kata musica dalam–”

Music? Aku tersadar, ternyata semua ini benar ada hubunganya. Didalam hati, aku tertawa meremehkan diriku sendiri, betapa payahnya diriku ini. Kini aku mencoba memecahkan JSAXII.

Instingku mengibaratkan J adalah Judo—seperti sebelumnya, S adalah Sica—tapi aku meragukannya, A aku belum tau ini apa–mungkin Anyang?, dan XII aku kira adalah romawi untuk angka 12. Tapi ini sungguh mudah bukan? Dan aku tidak percaya dengan kemudahan ini. Terlebih dengan Judo-Sica-Anyang-12 yang tidak aku mengerti.

Dan yang terpenting dari semua itu, I’m on Frustrated.

Aku meraih block note dan penaku, menuliskan beberapa kata yang berhubungan dengan sandi-sandi itu. Tapi entah mengapa otakku memikirkan beberapa kata. Falcon, Vignere dan… Sica.

“Hey ada kemajuan?”

“Isseoyo*. Tapi aku masih ragu tentang ini. JSAXII adalah Judo-Sica-Anyang-12. Beberapa kata itu mungkin ada artinya bukan? Dan, aku berfikir kalau aku akan menggunakan metode Vignere untuk sandi Y.NSWUD (*Ada)” jelasku, “Dan mungkin itu memakan waktu yang cukup lama.”

“Hmm, kau benar karna kau harus menebak keyword nya terlebih dahulu” ucap Sungmin

“Dan menebak adalah sesuatu yang mengandalkan peruntungan” tambah Eunhyuk. Aku hanya mengangguk sembari tenggelam dalam fikiran rumit ini. Sebagai seorang detektif pro, aku harus menyelesaikan kasus yang telah aku ambil segala resikonya.

“Cobalah ini Minho-ya! Kau pasti terkejut!” Sungmin mengagetkanku dengan menyodorkan sebuah sniper scoop baru–hanya scoopnya. Dan benar saja, aku terkejut. Scoop dengan perbesaran 25x dengan jangkauan 250 yard.

Aku mengarahkan nya keluar jendela sembari berdecak kagum, “Sungmin hyung, ige jinjja daebak!”

“250 yard menurutku buka apa-apa. Buronan kami–FBI, Phantom, dia membuat sebuah sniper scoop dengan perbesaran 100x—yang tentunya illegal. Saat ia tertangkap kami tidak sempat—”

Aku tidak mendengar kelanjutan kalimat Sungmin, semua indraku bagai teralihkan oleh pandangan—yang aku lihat dengan scoop ini—menyeramkan di atas sebuah gedung 5 lantai. Sontak aku terkaget. Seseorang berpakaian hitam tak lupa topi dan kacamata yang serba hitam dengan long-rifle-sniper ditangannya.

Seperti semuanya terlihat jelas dimataku. Namun kejelasan itu membuatku panic. “Ya! Berhenti! Gedung itu, tepat di utara Anyang High School bukan?!”

“Ne, kira-kira kurang dari 1 kilometer dari—”

“Eunhyuk hyung, putar mobilnya, PPALI!”

***
Author POV
Anyang High School

Seorang gadis dengan rambut coklat dikuncir kuda berjalan riang melewati lorong sekolahnya. Ia baru saja selesai melepas kegelisahannya(?).

Tapi ia terhenti begitu mendengar music yang berdentum samar-samar ditelinganya. Siapa yang menyalakan music ini? pikirnya. Atas rasa penasarannya, tubuhnya bergerak mencari asal music itu. Sampai ia memasuki dance room dan berdiri terpaku disana. Namja yang akhir-akhir ini bersamanya tengah menari ria seakan dunia miliknya seorang.

Gadis itu tersedar—sekaligus kaget—tatkala music dan gerak namja itu berhenti. Kekagetannya makin bertambah dengan sadarnya namja itu akan kehadirannya. “Itu akan jadi pembuka porseni kategori menari. Eotte, Kim Taeyeon?”

“Eung… Meotjin. (Hebat)” ucap Taeyeon dengan gugup. Gugup? Entah mengapa rasa itu menggerayanginya disaat seperti ini. Namja itu dengan keadaan rambut yang basah oleh keringat, nafas terengah, dan… Ah! Bahkan Taeyeon tidak mampu mendeskripsikannya lebih lengkap.

“Ah jeongmal? Kalau begitu, kau harus melihatku di atas panggung! Aku janji akan menampilkan yang terbaik untukmu!”

‘Terbaik? Untukku?’. Taeyeon kembali membeku. Kata-kata namja itu terlalu indah untuk dilontarkan. Tanpa sadar, rona merah muda menghiasi wajah cantik Taeyeon. Dan tanpa sadar juga, namja itu sudah berlari meninggalkannya sendiri. Bermaksud mengajak Taeyeon bermain-main.

“Taeyeon-ah! Kalau kau sampai aula duluan, aku akan meneraktirmu!”

Dan Taeyeon mengikuti permaian itu.

Namja itu tiba-tiba berhenti, menatap keluar koridor dengan alis terangkat. Diikuti Taeyeon yang juga berhenti, menatap ke arah yang sama. Disana, ada dua orang namja—dengan pakaian serba hitam dan wajah tertutup—membawa sebuah koper hitam yang panjangnya hampir sama dengan gitar dan sebuah suit case yang juga berwarna hitam.

“Taeyeon-ah, apa mereka yang membawa properti porseni? Tapi bukankah aula berada didepan?”

“Nan molla, Jungsoo-ya (Aku tidak tau)” Taeyeon menggeleng.

Dengan inisiatifnya, Jungsoo—namja itu—menarik Taeyeon ke arah dua orang namja misterius tersebut. Jungsoo meneriaki 2 orang namja itu berkali-kali, namun anehnya 2 namja itu pura-pura tidak mendengar. Mereka malah berhenti disebuah pohon besar dan membuka koper-koper mereka.

Salah satu namja itu meraih sebuah benda dari suit case-nya, lalu berbalik dan menodongkan benda itu ke arah Taeyeon dan Jungsoo. Membuat keduanya terperanjat kaget, terlebih lagi Taeyeon. Benda itu… Handgun.

“Ya! Kalian in—”

“Shut up!! Get down! Or die?! (Diam!! Tiarap! Atau Mati?!)” Salah satu dari namja misterius itu memotong perkataan Jungsoo dengan logat Chinese nya juga handgun yang siap ditarik pelatuknya kapanpun ia mau.

Jungsoo mengikuti instruksi namja itu, dan meminta Taeyeon untuk melakukan hal yang sama. Tapi apadaya, Taeyeon yang selalu didik oleh Black Eyes untuk tidak mengikuti instruksi apapun dari orang yang mencurigakan, tetap berdiri tegak. Dan itu menarik perhatian namja misterius itu.

“Kill him! She’s one of Black Eyes! (Habisi dia! Dia salah satu dari Black Eyes!)” pekik namja satunya

“Try if you can! (Cobalah kalau bisa!)” tantang Taeyeon. Sedetik kemudian, namja dengan handgun ditangannya meringis kesakitan direrumputan. Taeyeon berhasil menyerang namja itu dengan sejumlah jurus andalannya. Tinggal satu lagi, pikirnya.

Taeyeon mengeluarkan handgun miliknya dari saku cardigan yang ia kenakan, “Throw your gun and get down now!! (Buang pistolmu dan tiarap sekarang!!)” ucapnya.

Jungsoo yang melihatnya terkaget. Perlahan ia berdiri. Berfikir untuk membantu. Ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi, namun ia tidak akan membiarkan Taeyeon berjuang sendirian dan juga ia tidak mau melanggar janjinya.

“Never!!”

‘DAARR!

Taeyeon memejamkan mata. Namun ia tidak merasakan sakit disekujur tubuhnya. Yang terdengar hanyalah suara letupan handgun dan… Suara benda berat yang terjatuh.

“Should I kill that girl now, Falcon?”

“Not now. That brat is waiting. And we can’t waste our time just for this girl. Hurry up! (Tidak sekarang. Bocah itu sudah menunggu. Dan kita tak bisa membuang waktu hanya untuk gadis ini. Cepatlah!)”

Taeyeon sudah membuka matanya. Lututnya lemas seketika melihat seseorang dengan darah yang mengalir–tepat dari dada–dihadapannya. Kini ia tidak perduli dengan orang-orang misterius itu.

“Bertahanlah, Jungsoo-ya! Aku akan memanggil bantuan.” Jari-jemari Taeyeon sudah menekan 119 pada ponselnya, namun sebuah tangan berlumuran darah mencegahnya.

“Tugasku sudah selesai.” Jungsoo berbicara tergagap dengan darah segar mengalir dari mulutnya, “Taeyeon-ah, Jung-il menjemputku.”

Taeyeon menggeleng lemah, air matanya mulai berjatuhan.

“Uljimayo” tingkat kesadaran Jungsoo mulai menghilang perlahan, tak berapa lama, ia mengucapkan kata terakhirnya “Saranghae.”

“Park Jungsoo! Ireonayo! Park Jungsoo!” tangis Taeyeon pecah seketika, “Cukup Jung-il saja! Mengapa kau juga!? Park Jungsoo—”

“Stop it Kim Taeyeon, he passed.”

***

Dengan langkah riangnya, seorang namja berjalan menaiki anak tangga yang membawanya ke sebuah pintu menuju ruangan terbuka. Tangannya meraih kenop pintu tersebut dan mendorongnya perlahan. Melabaikan tangannya pada seseorang yang sudah menunggunya, “Yo!”

Namja itu berhenti tepat dihadapan orang berbalut seragam yang sama dengannya tanpa menduga apa yang akan terjadi setelahnya, “Jadi ada—hmmpph! Hhmmphh!! Hh”

Orang itu menyunggingkan smirknya setelah suskes membuat namja periang tadi pingsan dengan obat biusnya. Segera dengan gerakan cepat, ia meraih ponselnya, menghubungi beberapa rekannya.

“I got the fake target. So get ready, the real target will come as soon as possible (Aku mendapatkan ‘fake’ targetnya. Jadi bersiaplah, sang ‘real’ target akan datang secepat mungkin)”

***

Seorang gadis berwajah European menelusuri koridor sekolah dengan wajah ditekuk dan mulut yang bergumam tak jelas. Mencari seseorang. Khawatir dirasakannya sedari ada laporan tentang menghilangnya orang tersebut. Dan rasa khawatir itu juga dapat disembunyikannya dengan baik dibalik wajah tertekuknya.

Langkahnya terhenti saat ia mencapai koridor lantai 5 gedung sekolahnya. Lagi-lagi ia mendecak kesal “Lee Donghae! Eodiga?!!”

Koridor lantai 5 memang tidak ada apa-apanya selain 2 ruang konseling dan deretan anak tangga menuju rooftop. Berbicara tentang rooftop, gadis itu mempunyai feeling kalau namja yang dicarinya–Donghae, ada disana.

Kakinya kembali melangkah namun kali ini menaiki anak tangga menuju rooftop itu. Tangannya meraih kenop pintu dan membukanya. Dan ia menemukan sosok namja, bukan Donghae, melainkan teman sekelasnya. “Apa kau melihat Donghae, Cho Kyuhyun?”

“Donghae? I wonder where is he…” namja yang dipanggil Kyuhyun hanya menyunggingkan smirknya, membuat gadis itu menyiritkan matanya.

“Don’t joke— Hey! Ya! Ya! Let me go!” gadis itu memekik kencang, seseorang telah mengikatnya dari belakang. Gadis itu didudukkan dengan paksa disebuah kursi dan kembali diikat dan tepat dibelakangnya seorang namja dengan keadaan tak sadar juga terikat dikursi. Lee Donghae.

“Hey! You Bastard! Siapa sebenarnya kau?!”

“Falcon, that’s my famous name.” gadis itu tercenggang, kini penjahat nomor satu didunia tengah berdiri dengan membawa hawa pembunuhan dihadapanya. Dan tanpa sadarnya orang-orang disana, tingkat kesadaran Donghae mulai meningkat.

“Haha, good job my boy.” Seorang namja dengan kisaran umur 40-50 tahun muncul, memuji Falcon juga memancarkan aura penuh kebencian pada gadis itu.
Sontak saja gadis itu kembali tercenggang, walaupun terkena kilauan matahari gadis itu tetap masih bisa mengenalnya dengan baik, “Ajhussi?”

“Eeh, it’s so impressive that you remember me, Jessica. Ah, I mean, Jung Sooyeon?” Aura kebencian, seriangan penuh dendam, tampak begitu jelas dari namja itu.

“Kau… Sooyeon?” Donghae terbelalak tak percaya. Gadis yang juga terikat dibelakangnya adalah teman masa kecilnya.

Jessica kembali memekik, “What do you want?!!”
Pemikirannya—Jessica—selama ini benar bahwa yang diincar bukanlah Donghae tapi dirinya. Dan lebih mengejutkannya lagi, dalang dari semua ini adalah orang yang berstatus sebagai teman dekat ayahnya.

Berfikiran untuk melarikan diri memang ada baik dalam benak Jessica maupun Donghae. Namun disituasi sempit seperti ini bagaimana mungkin? Orang-orang bersenjata lengkap di setiap sudutnya, Falcon–alias Kyuhyun–yang tak jauh dari posisi mereka, dan seseorang dengan pistol berjenis SIG Mosquito dilengkapi peredam suara tepat di ambang satu-satunya jalan keluar. Dengan mereka semua yang siaga seperti itu, kecil kemungkinannya untuk melarikan diri.

“What I want? Aku hanya ingin keadilan dan—”

‘DAARR! DAARRR! DAARRR!

Suara tembakan yang terdengar samar-samar membuat tegang suasana. Belum lagi dengan tiga kali tembakan yang menembus pintu membuat tewas ditempatnya orang diambang pintu diikuti dengan runtuhnya pintu tersebut. Dan muncullah sekelompok orang dengan lencana Black Eyes didadanya.

“Beraninya kau!!” Namja itu terlihat murka, ia mengerahkan anak-anak buahnya untuk menyerang orang-orang Black Eyes, dan akhirnya pertarungan sengit terjadi disana.
Melihat situasi tersebut, Jessica yang terikat dikursi tanpa pikir panjang memundurkan kursinya dan mencoba melepaskan ikatan tangan Donghae. Dan itu membuat Donghae terkaget, dengan berbisik ia berkata “Jessica-ya, apa kau gila? Bagaimana kalau ketauan?”

Jessica hanya terus mencoba membuka ikatan tangan Donghae dengan tangannya yang juga terikat tanpa mengubris perkataan Donghae. Sampai akhirnya seseorang memotongnya dengan pisau lipat. Jessica menghela nafas leganya.

“Cepat pergi dari sini!” pekik seorang namja bernama Kangin. Sebagai balasannya, Jessica hanya mengangguk kemudian ia menarik tangan Donghae untuk kabur namun sebelum itu, Falcon mencegat mereka, “You two can’t go before die!”

“Dan aku tidak akan mati karna aku tidak mau!” Jessica menyerang Falcon dengan serangkaian hasil latihan karate nya. Sementara Donghae, sibuk melindungi diri dari beberapa serangan lain.

Disisi lain, terdapat Minho dan ‘Sang Dalang’ yang sedang beradu bela diri. Tak berapa lama, Minho pun berhasil menjatuhkan lawannya. Begitu pula dengan Jessica yang dapat menjatuhkan Falcon dibantu dengan Kangin dan Eunhyuk.

Tidak terima dengan kondisi berbalik seperti ini, Falcon memekik pada walkie-talkie kecil yang menempel ditelinganya, “Falcon to Phantom! Do the B plan! *Kuài! (*Cepat! [Chinese])”

“Phantom? It’s useless! Pria china bernama Henry itu sudah kami bekuk!” Minho menyeringai, “Now, atas nama Kepolisian Korea Selatan, Black Eyes serta FBI, Anda: Falcon, ditangkap atas banyak tuduhan–yang kau pasti tau itu apa. Sedangkan Anda: Jacob Park, atas tuduhan pembunuhan berencana dan mungkin akan menjadi pembunuhan serial jika anda berhasil membunuh Jessica.”

“Darimana kau tau semua itu?”

Minho menyeringai penuh kemenangan, “Tentang kejadian 10 tahun lalu aku tidak tau pasti–namun aku punya bukti kuat. Kalau tentang penyelesaian kasus ini kuncinya adalah pesan-pesanmu, music dan memori masa lalu. Dan tentang namamu…” Minho menghela nafasnya, “Hah… Aku tidak menyangka kalau itu adalah Vignére dengan kata kunci Jessica. Apa sebegitu terobsesinya kau pada nama Jessica?”

Jacob tampak menyerah, begitu juga dengan Falcon, potongan baja aluminium sudah mengikat tangannya. Tapi tidak dengan Jacob, dengan gerakan gesitnya, ia merampas pistol namja yang memeganginya, kemudian mengarahkannya pada Jessica.

‘DDAARRR!!

Letupan pistol itu membuat semuanya terkaget. Namun Jessica sama sekali tidak merasakan sakit disekujur tubuhnya, ia hanya meraskan pelukan hangat dan bisikan berupa “Gwenchanna” ditelinganya.

“Oh, Shit!” Jacob kembali memekik saat orang-orang Black Eyes membekuknya dan saat ia tau Jessica tidak terkena tembakannya.

Sementara itu, gemetar dan rasa takut Jessica menguap tatkala pelukan hangat itu mengendur dan terlepas darinya. Sedetik kemudian, tubuh yang memeluknya itupun terjatuh, tak sadarkan diri.

“LEE DONGHAE!”

***

“Apa motif mu?”

“Keadilan.”

“Tolong lebih spesifik.”

Namja dengan umur 40 tahun itu–yang sedang dimintai keterangan oleh pihak B.E dan FBI—hanya menyeringai, “Spesifik? Adakah reward nya untuk itu? Kalau—”

‘BRAAKK

“Mengapa ajhussi ingin membunuh seluruh keluargaku? Dendam? Berikan alasan yang jelas!” Seorang gadis tiba-tiba masuk–dengan membanting pintu—sebuah ruangan yang terdapat kaca tebal ditengah untuk membatasi antara sang tersangka—namja 40 tahun itu—dan Minho serta berapa pihak FBI—termasuk Sungmin dan Kangin.

“Ya, dendam.”

“Atas apa?”

“Ayahmu dan keluarga asli kami. Mungkin kau sudah dengar kalau aku dan ayahmu kembar dan—”

“Aku baru mendengarnya” ucap gadis itu memotong, “Lanjutkan.”

“Sebelumnya saya ingin bertanya, Minho-ssi, bagaimana anda tau tetang semua ini?”

“Tidak semua Park Sangchul-ssi,” Minho meregangkan otot-ototnya, mencoba untuk lebih santai, “Pertama, mengenai tempat. Saya sangat berterimakasih pada Tiffany—yang memberiku PR, juga pada Sungmin serta kaki-tanganmu, Phantom—alias Henry. JSAXII? Terkadang sandi yang terlihat sukar seperti ini tidak sesukar yang dibayangkan. Awalnya saya hanya menebak namun semuanya tampak begitu jelas saat mengingat kata sica dan porseni. Jika J adalah Judo, S adalah Sica, A adalah Anyang dan XII untuk 12. Hubungannya? Judo adalah cabang olahraga, Sica adalah Spanish untuk musik, Anyang? Tentu saja nama kota dan 12 adalah tetap. Semua itu mengarah pada pesta olahraga dan seni tahunan Anyang Highschool ke-12.”

“Selanjutnya, nama anda.” lanjutnya, “Sesuatu yang menarik dari Y.NSWUD adalah metode Vignére. Seperti yang kita tau, sandi Vignére tidak akan bisa dipecahkan tanpa keyword, dan keyword pasti berupa kata dengan jumlah huruf yang sama dengan sandi tersebut. Saya mencoba beberapa kata dalam sandi JSAXII. Judo dan Sica memiliki 4 huruf, Duabelas itu 8 huruf sementara Anyang adalah 6 huruf, sama besarnya dengan Y.NSWUD. Tapi keywordnya bukan Anyang, namun Sica.”

Orang-orang didalam ruangan itu tercenggang, dan Minho hanya menyeringai.
“So desuka*. Awalnya ini memang ganjil, tapi saya berfikir keras untuk mengetahuinya. Dan saya mendapat pencerahan saat mengingat kalimat yang ditulis dalam diary berbentuk disket milik ayah Jessica. (*Benar [Japanese])”

Jessica hanya tercenggang mendengarnya, “Ayahku?” Bahkan ia tidak pernah membaca–lebih tepatnya mengetahui—tentang diary ayahnya yang sudah meninggal.

Minho mulai berbicara kembali, “‘18 April 1995. My First Daughter was born! Hope she’ll be a beautiful music.’ seperti itu bunyinya. Mari kita analisa ini, She adalah kata ganti untuk perempuan. Lee Donghae adalah pria—tentu saja, tanggal lahirnya pun bukan 18 April 1995—jadi tidak mungkin Donghae, jadi saya berfikir mungkin anak perempuan yang dimaksud adalah orang yang dekat dengan Donghae. Karna berdasarkan Donghae pemilik disket itu adalah salau satu kerabatnya. Dan seorang perempuan yang dekat dengannya yang juga mempunyai unsur kata musik dalam namanya danlahir tanggal 18 April 1995 adalah Jessica, jadi saya menjadikannya keyword dan dari Y.NSWUD adalah P.Jacob. Karna tanda titik yang seharusnya sejajar dengan huruf e —pada Jessica—tetaplah tanda titik. Dan jika P adalah Park, kerabat Donghae yang bermarga Park hanyalah anda, Park Sangchul.”

Merasa menang, Minho menyeringai, “Sekarang, apakah anda keberatan jika saya meminta anda menceritakan apa motif anda dan juga spesifikasi tentang tragedy ‘Jung`s Family’ 10 tahun lalu di Los Angeles?”

“Huh. Membunuh untuk balas dendam adalah sebuah langkah yang sangat besar, dan saya adalah tipe orang yang selalu berfikir sebelum bertindak. 10 tahun lalu, saya datang kekediaman Jung dengan rencana besar.”

“Membunuh maksudmu?” potong Minho

“Let me first, Sir.” sergah Sangchul, “Ya, bisa disebut begitu. Sebenarnya saya tidak berniat untuk melenyapkan John malam itu, saya hanya ingin keluarganya. John telah merampas semua yang berharga bagi saya. Keluarga, harta, bahkan Cinta! Dan saya ingin dia merasakan hal yang sama.” Sangchul memekik, amarahnya tersulut.

“Sebelumnya saya akan menceritakan tentang hubungan saya dengan John. My born-name is Jacobo Johnson, and of course his born-name is Jonathan Johnson. Kami besar dipanti asuhan tanpa tau siapa orang tua kandung kami. Suatu ketika, saya mengalami kecelakaan dihari saya diadopsi dan karna itu saya harus mengalami oprasi plastik. Sejak saat itu, saya tinggal di Seoul dan saya bertemu kembali dengan John tanpa mengenalinya—saya tidak mengingat apapun tentangnya—dan kami berteman baik setelahnya bersama Lee Hong Joo—ayah Donghae, dan Choi Seunghyun. Dan disinilah semua bermulai,”

“The first cause, Love. Saat menjadi mahasiswa, saya jatuh cinta pada seorang mahasiswi bernama Kim Haneul. Saya dan Haneul sempat berpacaran beberapa bulan sampai dimalam kelulusan, dia mencampakkan saya dan dua bulan setelahnya, John menjadikannya seorang tunangan dan akhirnya mereka menikah.”

Jessica yang mendengarnya tercenggang untuk sekian kalinya, namun ia menyembunyikannya dengan baik dibalik raut wajahnya yang dingin.

“The second cause, Wealth. 12 Agustus 1997, hari dimana kami berulang tahun. Hari itu saya menyempatkan diri ke Los Angeles untuk bertemu dengan ibu pengasuh saya. Tidak ada yang aneh memang, tapi sebuah ketidak sengajaan mengantar saya menjumpai sebuah berkas warisan orang tua kandung kami yang disana hanya dituliskan nama Johnathan disana—tanpa nama saya. Dan dihari itu juga, aku ingat semua tentang saudara kembarku yang ternyata teman baikku. Saya merasa sangat tidak diingankan dan saya mulai membencinya.”

“The last cause, my beloved Family. 24 Oktober 1997, terjadi kecelakaan beruntun di Seoul. John ada disana— tentu saja! Istri dan anak saya menumpangi mobil John untuk sampai ke kantor saya, namun sebelum sampai disana, John berhenti untuk keluar membeli kue pesanan istrinya sementara istri dan anak saya. Truk dengan 12 roda menabrak mobilnya yang terparkir di trotoar yang ditumpangi anak dan istri saya—yang sedang hamil. Dan semua itu salah John! Ia meninggalkan istri dan anakku disana tanpa membantu mereka!”

Lagi-lagi Jessica tercenggang dan kali ini disertai dengan pekikan, “Kau bodoh, Ajhussi! Asal kau tau, ayahku selalu dihantui rasa bersalah sejak itu! Dan—”

‘BRRAAAKK

Bantingan pintu yang dibuat Lee Hongjoo dan Choi Seunghyun dari sisi ruang tempat Sangchul duduk. Dengan cekatan, Seunghyun menarik kerah kemeja Sangchul, “Jangan asal bicara kau hyung! Hanya orang bodoh seperti kau yang membalas dendam dengan membunuh!!”

‘BUGH . Satu tinjuan melayang tepat di wajah Sangchul. Seunghyun yang melakukannya, “Itu untuk kebodohanmu!” ‘BUGH . Satu tinjuan lagi disisi yang berbeda, “Dan itu untuk prasangka burukmu!!”

“Seunghyun-ah hajima!” Hongjoo mencoba menenangkan Seunghyun. Namun Seunghyun tetap menampar Sangchul dengan tumpukan kertas usang, “Apa yang kau bicarakan tentang John tidak benar! Baca itu!! Surat yang ditulisnya untuk menjadi ahli waris! Bahkan ia memberikan e-Jung`s dan seluruh isinya padamu!! Bukan pada anak-anaknya!”
Sangchul terlonjak kaget, kakinya lemas begitu saja.

“Dan kau bilang apa tadi? Tidak diinginkan? Jangan bodoh! Disalah satu surat itu, ada akta tanah atas namamu! Dan orang tua kandungmu yang memberikannya!!” Seunghyun mengerang, “Aku akan pastikan kau dipidana mati! Atau paling ringan, penjara seumur hidup. Selamat siang.”

“Kau pantas mendapatkan tinjuan itu, Park Sangchul-ssi” Jessica bangkit, memegang gagang pintu, berniat pergi seperti Seunghyun, sebelum Sangchul meneriaki sesuatu “Mengenai e-Jung`s, aku menyerahkannya padamu.”

“Oh, itu memang hakku. Selamat siang.”

Jessica melangkah keluar, berlari mengejar Seunghyun, “Ajhussi! Seunghyun ajhussi!”
Seunghyun berbalik, “Ada apa?”

“Ajhussi, manhi-manhi khamsahamnida. Berkat kau dan Black Eyes, semuanya terungkap. Dan untuk Park Sangchul, tolong hukum dia seberat-beratnya, dan–”

“Jessica-ya, aku tau kau membenci Sangchul hyung, tapi bukankah ia satu-satunya keluargamu? Masalah hukuman, biar hakim yang menentukan. Maafkanlah dia, dia sudah cukup mendapat pelajaran.”

“Dia bukan keluargaku. Keluarga akan melindungi anggota keluarga lain, tapi orang itu tidak. Lagipula selama ini aku mempunyai keluarga yang lebih besar.” Jessica tersenyum dengan tulus, “Kalian.”

Seunghyun pun ikut tersenyum karenanya, “Kau sudah besar, Sooyeon-ah.”

“Ah iya, aku punya sesuatu untuk mu. Tapi jangan dibuka sekarang” Seunghyun menyodorkan sebuah amplop, “Sudah waktunya kau berhenti dari dunia investigasi setelah kau mengetahui segalanya tentang orang tuamu.”

“Hey hey! Ajhussi memecatku?”

“Aku hanya ingin membantumu agar kau dapat duduk dengan tenang di kursi besar e-Jung`s”

Jessica terbelalak kaget, “Untuk apa?”

“It’s Game Over. e-Jung`s tidur selama sepuluh tahun ini sudah waktunya untuk bangkit. Walaupun nama Sangchul hyung tertulis sebagai pemilik e-Jung`s atas permintaan ayahmu, namun karna hukuman pidana yang akan dijalaninya, secara hukum, kaulah yang akan mengendalikan e-Jung`s. Dan sekarang semua terserah padamu. Hubungi aku jika kau sudah memutuskan. Annyeong, Sooyeon-ah.”

Jessica hanya tersenyum, melambaikan tangannya pada Seunghyun yang lambat-laun tak terlihat.

03.00 pm KST

Beep… Beep… Beep…
Suara seperti itu terdengar jelas disebuah ruangan serba putih dengan sebuah ranjang, sofa dan alat-alat kedokteran. Disana, terdapat seorang namja terbaring lemah dengan selang kecil dihidung dan lengannya. Disampingnya, seorang yeoja duduk dan mengelus tangannya terus-menerus, berharap namja itu bangun dan menatapnya.
Seseorang tiba-tiba masuk dan duduk disamping Jessica, “Bagaimana keadaannya, Jessica?”

“Tidak ada perubahan, Sooyoung-ah. Ah, Bagaimana denganmu? Kudengar dari Seohyun, kau tidak percaya Kyuhyun adalah Falcon?”

“Sampai detik inipun aku tidak percaya. Secara fisik Kyuhyun adalah Falcon dan Falcon adalah Kyuhyun sedangkan secara psikis Kyuhyun adalah Falcon dan Falcon bukanlah Kyuhyun. Bukankah semua ini membingungkan?”

Jessica terkikik pelan, dugaannya benar bahwa Sooyoung sedang jatuh cinta, “Berfikirlah dengan jernih. Otakmu telah terbius oleh namja itu.”

“Enak saja,” ujar Sooyoung, “Dan kau? Bagaimana denganmu? Namja ini… Bukankah kau mencintainya?”

“Aiden… Hmm, aku tidak dapat memungkirinya.” Jessica merenung, “Sooyoung-ah, aku akan keluar dari Black Eyes.” Perkataan itu sukses membuat Sooyoung yang mendengarnya terkaget, “Waeyo?”

“Aku punya banyak alasan untuk itu.” Jessica beranjak, menyodorkan sepucuk surat pada Sooyoung, “Saat Donghae mencariku, berikan ini padanya.”

“Ada apa ini?”

“Tidak ada.” Jessica mengulurkan tangannya pada Sooyoung dan Sooyoung dengan ragu menjabatnya, “Cha, dengan ini kita resmi menyampaikan salam perpisahan. Tolong sampaikan juga salam dan maafku ini untuk Black Soshi, Kyungsoo, Jonghyun dan Minho. Gomawo, Choi Sooyoung.”

Sooyoung menyiritkan matanya tanda bingung. Apa maksud dari semua ini? Perpisahan? Semua itu berputar dibenak Sooyoung. Tanpa sadarnya, Jessica sudah pergi dari hadapannya.

“Ngh, dimana aku?” gumam Donghae yang baru siuman. Sooyoung yang melihatnya hanya berkta, “Rumah sakit. Kau tertembak tadi, pelurunya menembus cardigan anti-peluru mu, tapi untung saja tidak menembus jantungmu. Dan—”

“Dimana Jessica?” Donghae memotong perkataan Sooyoung. “Pergi entah kemana, tapi ia meninggalkan surat untukmu. Cha”

Dengan cekatan dan jantung yang berdebar, Donghae membaca suratnya.
Sementara itu ditempat lain, Jessica sudah berada dalam sebuah taxi. Ditangannya sudah ada passport, visa dan sebuah amplop berlabelkan California Institute of Technology.

Jessica memandang keluar jendela, tersenyum miris. Sungguh berat meninggalkan Korea setelah apa yang dilaluinya selama 2 bulan ini. Ia mengingat-ingat surat yang dituliskannya untuk Donghae dan disaat yang sama, ia menitikkan air mata.

‘For: Aiden

Aku tidak tau harus mulai darimana tapi sebelumnya, gomawo karna telah melindungiku, memperhatikanku dan peduli padaku.
Setelah 10 tahun kita berpisah dan baru bertemu 2 bulan ini, rasanya mengatakan ini sangat kejam, tapi… aku akan pergi dan aku tidak tau kapan aku akan menemuimu lagi.
Suatu saat nanti, aku yakin kita akan bertemu lagi. Dan ketika saat itu tiba, aku yakin kita tidak akan terpisah lagi. Maka jangan cari aku untuk saat ini.
Maaf jika aku selalu merepotkanmu. Maaf jika aku selalu dingin dan acuh padamu. Maaf jika aku membohongimu.

With Love,
Jung Sooyeon

Seiring dengan berakhirnya surat itu, air mata Jessica mengalir dengan deras. Ia takut jalan yang diambilnya salah, namun disisi lain, Jessica harus melakukan apa yang ia sudah perhitungkan resikonya. Termasuk meninggalkan namja yang ia dambakan.

‘Annyeonghi, Lee Donghae’

*******
Hng, udah selesai belum ya FF nya? ‘-‘ *digebukinreader
Jangan marah dulu, masih ada kok ._.v
Lanjuut!
*******

7 Years Later…

Seorang gadis dengan sebucket bunga ditangannya, berjalan menelusuri pemakaman di salah satu distrik di Shibuya, Jepang. Ia berhenti di dua buah makam yang sangat berarti untuknya.

“Annyeong Jung-il-ah, Jungsoo-ya. Aku datang lagi”

Sudah 7 tahun terakhir sejak kematian Jungsoo, Kim Taeyeon–nama gadis itu—menetap di Jepang dan selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke kedua makam ini setiap harinya. Seperti sekarang ini, dengan senyuman tulus–namun terkesan pahit, ia menyapa 2 orang yang teramat sangat berarti untuknya yang sudah terpendam didalam sana.
Selalu begitu setiap harinya tanpa pernah bosan. Akan tetapi, setiap harinya ia juga selalu berdoa di hadapan dua makam tersebut,

‘Semoga aku dapat menemukan kebahagiaan walalu kalian telah tiada’

Los Angeles, California.

Dibelahan bumi yang berbeda namun dalam situasi yang sama, seorang gadis berjalan merunduk dengan 3 bucket lily putih ditangannya. Suasana damai menyapanya begitu ia memasuki area pemakaman. Langkahnya terhenti dihadapan tiga buah makam.
“Dad, Mom, Sis, I’m coming!”

Dengan senyuman tipis diwajahnya, ia menaruh bunga di masing-masing makam. Sampai ia membeku karena terkejut atas adanya sebuah tangan yang meletakkan bucket bunga di makam didepannya.

Perlahan gadis itu menoleh dan mendapati seorang namja dengan postur tubuh tegap disampingnya. Sontak saja, ia terkejut dan gadis itu berdiri, dengan tetap menaruh tatapan pada namja yang kini dihadapannya.

Sama kagetnya dengan gadis itu, namja itu terkejut dalam diam. Entah bagaimana harus bereaksi apa. Namun tek beberapa lama, ia mendekap gadis dihadapannya dengan erat. Menyalurkan seluruh rasa rindunya lewat dekapan yang ia buat, “Bogoshippeoseo, Jung Sooyeon”

Didalam hatinya, gadis itu sungguh bersyukur. Akhirnya, setelah 7 tahun berlalu, mereka kembali dipertemukan. Dan seakan-akan mereka bisa ber-telephaty, mereka menyalurkan perasaan masing-masing tanpa harus berucap.

‘Kau tau aku sangat menantikan ini, Donghae-ya. Aku sangat merindukanmu.’

‘Selama 7 tahun ini aku tidak bisa tidur dengan tenang, Sooyeon-ah. Dan aku pikir aku bisa tidur nyenyak malam ini karna kau kembali.’

‘Aku tidak akan pergi lagi, Aiden.’

‘Tidak akan, karna aku mencintaimu.’

***
THE END

Ah, Ugh, So The Story Has Ended With Sad-Happy Ending.
Dan Dengan Ini, Author Nyatakan, Case Closed!! *kykConanaja–“

2. Cha, Karna FF ini sudah habis, apa yang kalian inginkan dari Author untuk ditulis setelah ini?
a. Before Story ‘Black Soshi’
b. FF Baru
c. After Story ‘Black Soshi’


Sebelumnya, author ga nyangka bakal bisa ngeselesain ini ._.
Jujur aja, FF Black Soshi ini *menurutku* adalah FF yang paling butuh pemikiran serius dari FF yang lain ㅜ.ㅜ . Makanya kadang lama nge-post, Kelamaan nge-post juga karna faktor tugas sekolah yang numpuk ㅠ_ㅠ

Jangan lupa sertakan Kritik + Saran + Jawabannya >< Author tungu loh ^^/

*P.S:
Author mengucapkan banyak terimakasih untuk para reader yang udah setia nungguin FF ini sampe habis *terharu.

Annyeong~~! *lambailambai

Black Soshi 6정 – Disc and Twins

HaeSica 6

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
6정 – Disc and Twins

Author :
Cho Hyeyoung

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Minho
– Do Kyungsoo
– Kim Jonghyun
– Choi Sooyoung
– Kim Taeyeon
– Choi Seunghyun
– Park Jungsoo
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, Romance, dll~

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung

Disclaimer :
Plot is My and the Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY FANFICTION!!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

Sedikit Curcol,
Maaf banget buat reader-deul karna kelamaan nge-post, Author punya banyak tugas akhir-akhir ini 😥 Hueeeee ><

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya. But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6

Baca lebih lanjut

Black Soshi 4정 – Complicated?

Complicated

Title :
Baclk Soshi

Sub-Title :
4정 – Complicated?

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Main Cast :
– Jessica Jung
– Lee Donghae

Other Cast :
– Choi Seunghyun
– Choi Minho
– Do Kyungsoo
– Kim Jonghyun
– Cho Kyuhyun
– Park Jungsoo
– Choi Sooyoung
– Kim Taeyeon
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense, Friendship, School Life,

Rating :
T (Teenager)

Poster :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Disclaimer :
Plot is My, Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam FanFiction ini *deepbow

Sedikit Curcol ._.v , jujur aja Sub-Title chapter ini ngga nyambung banget sama alur -_-. Awalnya bingung mau ngasih judul apaan, dan jadilah ‘Complicated’ karna otak yang udah complicated ._.v

#Warning : Mungkin FF ini bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya, Semua POV diambil alih Author ._.v . But pokoknya,

*Note :
UTC = Zona Waktu Daerah Bagian Amerika.

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4

Black Eyes Main Office, Seoul

“Sepertinya tekniknya sama, hanya penyampaianya saja yang berbeda. Dugaanku untuk sementara, mungkin kasus yang kutangani sekarang ini ada hubungannya dengan salah satu kasus yang ditangani B.E 10 tahun lalu” Minho memberikan berkas-berkas yang berhubungan dengan kasus yang ia bicarakan kepada Seunghyun yang duduk didepannya.
Seunghyun membaca dengan teliti berkas-berkas yang diberi Minho. Dengan sesekali menampakkan wajah keterkejutannya dan sedikit bergumam “Ini…”

“10 tahun lalu, diperkirakan kelompok ataupun individu membantai habis sebuah keluarga yang beralamat di California. Tubuh sepasang suami-istri dan seorang anak perempuan ditemukan tak bernyawa di awal musim gugur 2002. Awalnya keluarga itu diperkirakan hanya 3 orang yang terbunuh tersebut, namun tim B.E amerika menemukan beberapa berkas yang menyatakan bahwa keluarga itu terdiri dari 4 orang. Dan, setelahnya tim B.E amerika menduga kalau salah satu anak keluarga itu dibunuh ditempat lain, atau di asingkan dengan tujuan tertentu. Jalur buntu adalah kendala kasus ini selama 10 tahun terakhir. Berdsasarkan informasi, kaus ini akan kadaluarsa 5 tahun lagi di kepolisian” jelas Minho panjang lebar mengenai kaus 10 tahun lalu yang ia pelajari semalaman.

“Lalu apa kesimpulanmu tentang 2 kasus ini?” tanya Seunghyun dengan mata yang masih terpaku dengan berkas-berkas kasus ini. Ia sudah tau mengenai semua itu lantaran saat kasus terjadi, Seunghyun lah salah satu orang yang menanganinya. Namun Seunghyun masih belum sepenuhnya mengerti tentang hubungan antara 2 kasus tersebut.

“Bangkai. Bisa dilihat, item bangkai kelinci dalam kotak yang ditemukan beberapa minggu lalu sama persis dengan 10 tahun lalu. Aku khawatir jika beberapa hari lagi klien kita akan menjadi korban” Minho menjelaskan lagi dengan fasihnya dan setelah itu ia menanyakan “Hmm… Seunghyun-nim, weekend ini Donghae akan menggantikan ayahnya pada sebuah meeting di Amerika. Jonghyun dan Kyungsoo akan ikut serta. Dan–”
“Jessica too, right? Aku tau itu. Jangan khawatir, dia bisa jaga diri” ucap Seunghyun memotong perkataan Minho.

“Tapi, bolehkah aku ikut untuk mengawasinya?”

Thursday, September 20th – 2012
Lee’s Old Mansion, Anyang

Jessica baru keluar dari kamarnya. Ia pagi ini bangun lebih cepat 15 menit dari biasanya lantaran takut terkena dekrit yang dibuat oleh para penghuni mansion ini. 2 orang yang terakhir bangun di pagi hari (lewat dari pukul 5.30) harus membersihkan dapur, ruang rekreasi dan kamar seluruh mansion ini ditambah memasakkan makan malam dan mencuci mobil sebagai denda, kurang lebih isinya seperti itu.

Baru Jessica memijak sebuah anak tangga, Taeyeon sudah meneriakinya dari lantai bawah “Ya Jessica Jung! Kau didenda!”. Hening. Tak ada jawaban dari Jessica atas teriakan Taeyeon itu. Jessica pun kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap pergi sekolah sebagai reaksinya. Sementara penghuni mansion lain terkekeh geli melihat Jessica yang seperti itu. Walaupun sudah bangun lebih awal dari biasanya namun Jessica tetap saja terlambat, pikir mereka.

Tak lama berselang, Donghae pun baru keluar kamarnya. Kini giliran Jonghyun yang berteriak “Ya Tuan Muda Lee! Kau didenda!”. Gelak tawa pun kembali terdengar saat melihat ekspresi Donghae yang kelewat lucu karna kaget itu.

Anyang High School, –Canteen–

Sooyoung berjalan masuk ke area kantin. Dan ia langsung mengantri di antrian untuk mengambil jatah makan siang yang disediakan sekolah. Saat hendak mengambil susu kotak, sebuah tangan meraih susu kotak–yang kebetulan terakhir–berbarengan dengan tangannya. “Kau bisa ambil” ucap mereka bersamaan. Hening. Tidak ada yang berkata di antara mereka, sampai namja itu menaruh susu kotak di nampan milik Sooyoung “Lebih baik kau yang mengambilnya”

Beberapa menit kemudian dengan tanpa sadar, mereka sudah duduk di meja kantin yang sama. Dan namja itu mulai membuka pembicaraan “Kau Choi Sooyoung bukan? Ingat aku?”.
Sooyoung terdiam, sedikit memperhatikan wajah namja yang duduk tepat didepannya. Kemudian ia mengangguk dan sedikit terkekeh “Cho Kyuhyun, kelas XI-B. Yang tempo hari aku tabrak bukan?”

“Kau mengingatnya. Daya ingatmu bagus juga” ucap Kyuhyun entah itu dengan tujuan memuji ataupun mengejek.

“Geurom, kau anak baru ya?” tanya Sooyoung sembari memakan makanannya. “Begitulah” jawab Kyuhyun santai. Mendegar itu, Sooyoung kembali mengajukan pertanyaannya “Kau berasal darimana?”

“Yang pasti dari belahan dunia ini” Kyuhyun menunjukkan smirknya. Sooyoung sedikit sebal “Kau ini, aku kan bertanya serius”

Tapi selanjutnya, mereka saling berbincang dan tertawa bersama seakan mereka adalah kenalan lama. Sampai bel berakhirnya waktu istirahat menyudahi perbincangan mereka berdua.

Anyang High School, –XI-D Class–

“Taeyeon-ah, pulang sekolah nanti tolong ajari aku tentang momentum. Aku belum mengerti dengan itu”

Untuk kesekian kalinya, semenjak Park Jungsoo meminta Taeyeon untuk menjadi partner bimbingnya dalam pelajaran fisika, Jungsoo selalu meminta Taeyeon mengajarinya tentang hal-hal yang ia tidak mengerti tentang fisika, sedikitnya 2 hari sekali.

Dan sebagai respon, Taeyeon hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju tanpa berpaling dari novel tebal ditanganya. Melihat itu, Jungsoo menambah perkataannya “Tapi, bisakah kita belajar dirumahmu?”. Pertanyaan Jungsoo sukses membuat Taeyeon berpaling dari novelnya ke wajah Jungsoo dengan tatapan bingungnya.

“Terlalu ramai jika kita belajar dirumahku karna keluarga besarku sedang berada dirumahku” ucap Jungsoo yang mengerti tatapan bingung Taeyeon. Taeyeon memutar otaknya, berfikir. Bagaimana mungkin Taeyeon mengajak Jungsoo ke tempat tinggalnya?

“Dirumahku juga tidak bisa” ucap Taeyeon pada akhirnya. Kini giliran Jungsoo yang memutar otaknya mendengar ucapan Taeyeon. Dimana tempat yang cocok untuk belajar nanti, pikirnya. Sampai sebuah bayangan terlintas dibenaknya.

“Aku tau tempat yang nyaman untuk belajar”

03.00 pm KST
Lee’s Old Mansion

Terlihat Donghae tengah mencuci mobil para penghuni mansion sebagai denda atas keterlambatan bangun paginya. Sementara Jessica, sudah mulai mencuci piring dalam rangka (?) yang sama dengan Donghae. Mereka berdua merasa hal yang mereka jalani ini tidak adil memang, namun mereka tidak bisa menolaknya lantaran para penghuni mansion lainnya selalu mewanti-wanti mereka agar mereka menjalani tugas mereka.

Perkerjaan cuci-mencuci itu pun selesai, dan keduanya bertemu diruang rekreasi dengan peralatan kebersihan seperti vacuum cleaner, lap, ember berisi air ditangan mereka.

Keduanya melakukan perkerjaannya dalam diam. Jessica yang menyumpal telinga dengan headsetnya, tidak berniat berkata apa-apa. Berbeda dengan Donghae, dari wajahnya pun terlihat jelas bahwa ia ingin mengajak Jessica untuk sekedar mengobrol. Dan sayangnya, Donghae tidak dapat mewujudkan itu.

Setelah beberapa lama, mereka selesai dengan ruang rekreasi. Mereka pun memutuskan untuk membersihkan kamar demi kamar para penghuni mansion ini. Dan kamar Jessica adalah kamar yang menjadi tujuan pertama mereka untuk dibersihkan.

“Kamarku tidak perlu dibersihkan” ucap Jessica dingin saat mereka masuk ke kamar nya.

“Ah, I see. Tap– Eh? Koper? Kau mau pergi?” respon Donghae melihat sebuah koper berukuran sedang tergeletak diatas ranjang Jessica. Sementara Jessica hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Donghae.

“Eodie?” tanya Donghae lagi. Dan Jessica mendesah pelan. Anak ini terlalu banyak bertanya, pikirnya.

“Kau tidak perlu tau”

Kembali ke pukul 03.00 pm KST

Sebuah mobil hitam terlihat melintasi jalanan yang lengang menuju kawasan diluar kota Anyang. Sudah sekitar 30 menit kiranya mobil itu melaju, namun sepertinya tempat tujuan mobil itu masih belum terlihat. Dan itu membuat penumpangnya sedikit khawatir.

“Jungsoo-ya, sebenarnya kita mau kemana? Jika lurus terus, bukankah sudah memasuki jalan tol menuju Seoul?” tanya Taeyeon dengan raut khawatirnya. Sementara Jungsoo yang sedang fokus menyetir mobilnya, hanya tersenyum misterius menanggapi pertanyaan Taeyeon.

“Diamlah, nantinya kau akan terpesona melihat tempat itu. Cha! Kita akan belok sekarang” lampu sen kiri itu sudah berkedip, laju mobil pun sudah mulai melambat dan setelahnya, mobil itu berbelok ke jalan yang agak tertupi rerumputan kuning tinggi yang sepertinya jarang dilewati. Sampai mobil itu tepat berhenti 10 meter didepan sebuah pohon maple tua di tengah-tengah padang rumput luas yang baru saja mobil itu lewati.

Jungsoo keluar dan sedikit berlari kecil memutari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Taeyeon sambil berkata “Turunlah”. Taeyeon hanya diam, terlalu terpaku dan terkejut dengan tempat dimana ia berada sekarang.

Taeyeon turun dengan perlahan dari mobil Jungsoo, ekspresinya masih terbelalak tidak percaya dengan tempat ini. Sebuah rumah pohon yang terlihat masih kokoh bertengger pohon maple tua dengan daun lebat walaupun sedang musim gugur. Tapi bukan itu yang menjadi objek keterkejutan Taeyeon.

Pikiran Taeyeon mulai berkecamuk dengan sekelibat gambaran masa lalu. Seorang anak laki-laki dan anak perempuan bermain dengan riangnya di rumah pohon itu. Hanya berdua. Bermain dengan senyuman yang selalu mengembang di wajah keduanya. Canda tawa pun selalu mengiringi permainan yang dimainkan keduanya. Hari demi hari mereka habiskan hanya untuk bermain di pohon itu. Bermain seperti anak lainnya yang tidak pernah mengenal batasan waktu.

“Taeyeon-ah! Naiklah!” teriakan Jungsoo membuyarkan lamunan Taeyeon. Ternyata Jungsoo sudah menunggu Taeyeon diatas rumah pohon itu. Segera, dalam diam dengan langkah gemetarnya, Taeyeon mulai menaiki tangga tali yang akan membawanya ke rumah pohon itu. Taeyeon pun sampai dan ia makin terkejut dengan apa yang matanya lihat. Mainan-mainan tertata rapi di sebuah rak kayu, sebuah rumah-rumahan yang disusun dari balok kayu dan sebuah kotak seperti harta karun yang berisi mainan. Semua masih sama seperti dulu, pikir Taeyeon.

Dengan tidak sadar, Taeyeon berjalan mengelilingi satu-satunya ruangan di rumah pohon itu. Sampai matanya yang mulai berkaca-kaca menangkap beberapa foto usang yang tertempel di dinding. “Ini…” tangan Taeyeon yang sejak tadi gemetar, menyentuh sebuah foto usang tersebut. Seorang anak laki-laki dan anak perempuan tersenyum bahagia di foto itu. Seketika lutut Taeyeon lemas, ia terduduk begitu saja. Air matapun hampir jatuh jika ia tidak menahannya.

Jungsoo yang melihatnya menampakkan ekspresi bingungnya dan bertanya “Gwenchannayo?”. Dan sebagai respon, Taeyeon hanya mengeleng pelan sambil mencoba berdiri tegap menghadap Jungsoo.

“Kau… Leeteukie?”

07.45 pm KST
Lee’s Old Mansion

Semua penghuni mansion–minus Jessica dan Donghae–duduk di hadapan meja makan panjang di ruang makan. Sambil menunggu makanan yang belum kujung ada di meja makan.

“Hya, mana 2 manusia itu? Beli makanan saja lamanya satu abad” protes Jonghyun yang sudah kelaparan karna belum makan dari siang tadi -_-.

“Jika kau protes terus seperti itu, kau tidak akan dapat jatah” ucap Jessica yang baru datang bersama Donghae dibelakangnya dengan berkantung-kantung makanan ditangan mereka.

“Kalian membeli apa?” tanya Yoona antusias. “Kimbap, Salad, French Fries, Tteokbokki, Kimchi, Odeng dan Ayam. Aku pastikan kalian semua akan kenyang” Donghae menaruh makanan-makanan yang mereka beli di atas meja makan. Mereka pun mulai makan bersama.

Anak remaja umumnya kalau sedang makan tetap saja mengobrol walaupun ada petuah yang menentang berbicara saat makan, sama halnya seperti para penghuni mansion ini yang tengah berbincang satu sama lain sembari memakan makanannya.

“Hmm, modu-reul, week end ini aku ingin menggantikan appa ku meeting di Amerika. Jadi appa ku ingin 2 orang dari kalian menemaiku. Siapa yang tidak mempunyai Schedule di Weekend ini?” ucap Donghae yang membuat yang lainnya berfikir tentang schedule masing-masing.

Beberapa terlihat menggelengkan kepalanya. Terkecuali Kyungsoo dan Jonghyun, mereka berdua mengangkat tangan dan berkata “Uri duri, seukhejuleun eobseosseo (Kami berdua tidak punya schedule)”

“Jadi, Kyungsoo dan Jonghyun akan menemani Donghae ke Amerika?” tanya Minho memastikan. Sebagai jawabannya, Jonghyun dan Kyungsoo hanya mengangguk mengiyakan.
Acara makan malam bersama pun itu berlanjut. Semuanya berbincang-bincang, terkecuali Taeyeon. Ia bahkan tidak menyentuh makanan yang terhidang di atas meja. Pikirannya terlalu kacau untuk saat ini. Sampai-sampai Tiffany menegurnya “Taeyeon-ah, wae an meoggoeyo? (Taeyeon, mengapa tidak makan?)”

Taeyeon tidak merespon perkataan Tiffany, ia malah mendorong kursinya ke belakang, kemudian berdiri dan berkata “Aku selesai” dan pergi ke kamarnya. Semua penghuni mansion pun heran melihat tingkah Taeyeon yang mendadak aneh itu. Berbagai pertanyaan dengan inti yang sama pun siap untuk dilontarkan penghuni mansion lain.

Bagaimana tidak? Sejak satu jam lalu Taeyeon pulang ke mansion dengan mata sembab tanpa berkata apapun. Sunny, Tiffany, Seohyun sempat menanyakan apa yang terjadi namun Taeyeon hanya menjawab Suatu hal membuatku sangat berduka hari ini.

Sementara itu, seseorang yang notabene nya Shikshin juga berlaku sama, tidak nafsu makan. Sejak beberapa jam yang lalu ia pulang ke mansion ini, Sooyoung yang dikenal salah satu mood maker itu mendadak diam seribu bahasa. Ekspresi wajahnya pun tidak dapat di artikan, antara kesal, bingung, kecewa. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

“Tumben tidak makan?” teguran Yoona menyentakkan Sooyoung dari keterdiamannya. Sooyoung tidak menjawabnya, ia malah memikirkan perkataan oppa nya beberapa jam lalu…

Kembali ke pukul 03.45 pm KST

“Aish, lama sekali” Sooyoung berdecak, sesekali ia melirik jam tangannya. Kesal. Itu pasti, sudah hampir 2 jam ia menunggu seseorang, namun orang yang ia tunggu belum kunjung datang.

Sebuah mobil sport berhenti tepat didepan Sooyoung. Pintu mobil itu terbuka dan seseorang memunculkan kepalanya disana. “Naiklah, aku akan mengantarmu pulang”

“Cho Kyuhyun?”

Namja itu tersenyum mendengar Sooyoung mengucapkan namanya. Dan Sooyoung pun mengangguk kecil tanda setuju. Saat Sooyoung hendak masuk ke mobil itu, suara berat menghentikan langkahnya “Ya Choi Sooyoung! Mau kemana kau?”

“O..oppa”

Namja berperawakan tegap dan tampan dengan baju kasual yang melekat ditubuhnya, dan topi yang sedikit menutupi wajahnya, namun itu tidak menutupi kharisma dan ketampanan yang dimilikinya, ia datang menghampiri adiknya. Melihat itu, Kyuhyun langsung turun dari mobilnya dan ikut menghampiri Sooyoung.

“Ah, jweseonghamnida, aku hanya ingin mengantarnya pulang. Karna–”

“Sooyoung-ah, mari kita pulang” namja itu memotong kalimat Kyuhyun yang belum selesai. Lalu namja itu menunjuk telunjuknya tepat diwajah Kyuhyun dan menambahkan “Dan kau! Jauhi adikku”. Kyuhyun diam ditempat. Kaget. Shock. Bingung. Speechless. Begitupun Sooyoung, ia tampak tidak terima dengan perlakuan oppa nya. Ingin saja Sooyoung protes, akan tetapi oppanya terlebih dulu menarik tubuhnya masuk kedalam mobil oppanya yang tepat berada dibelakang mobil Kyuhyun.

***

“Ya! Seunghyun oppa! Apa hakmu melarang Kyuhyun seperti itu?!” Sooyoung sedari tadi hanya mengomel tak jelas kepada oppanya, Seunghyun. Dan itu membuat Seunghyun agak jengkel. Mulut adik satu-satunya itu harus disumpal sesuatu.

“Diamlah! Aku punya hak seperti itu karna aku kakakmu! Jangan pernah dekat dengan namja itu!”

“Bahkan kalau kau orang tuaku atau bukan kakakku sekalipun, kau tidak akan punya hak seperti itu! Karna kita tidak tinggal di negara komunis!” Sooyoung merasa air matanya hampir keluar, bahkan ia meninggikan suaranya. Entah mengapa ia sangat marah dan kesal ketika Seunghyun melarangnya dekat dengan Kyuhyun. Padahal, ia baru beberapa hari mengenal Kyuhyun.

“Kau! Akh! Namja itu berbahaya!”

“Berbahaya apanya?! Bahakan kau tidak mengenalnya oppa!” Sooyoung makin bersikeras melawan. Ia makin tidak terima dengan perkataan Seunghyun.

“Karna aku tau siapa dia, makanya aku melarangmu untuk dekat de–”

“Tapi kau keterlaluan! Memang–”

“Diamlah!” Seunghyun membentak, dan itu membuat Sooyoung tersentak. Ini kali pertama Seunghyun membentaknya. “Oppa…” lirih Sooyoung dengan matanya yang sudah berkaca-kaca
“Oppa mohon, jangan dekati namja itu, Sooyoung-ah. Ia berbahaya. Jika kau mau tau alasannya, jauhi namja itu dan tekuni misimu. Dengan begitu, kau tau siapa dia sebenarnya. Hah…”

Seunghyun menghela nafas, ia tau Sooyoung sedari tadi menahan air matanya. Tapi ia hanya ingin melindungi adiknya. Cukup dengan melibatkan adiknya kedalam kasus yang berbahaya, dan bukan berarti Sooyoung harus ikut berada dalam bahaya besar.

Akan tetapi, Sooyoung masih bingung maksud dari perkataan oppanya. Sooyoung tidak berkata apa-apa lagi. Sungguh saat ini ia kecewa dengan Seunghyun.

“Lebih baik aku mengantarmu ke mansion. Suasana hatimu tidak memungkinkan saat ini” Seunghyun memutar arah mobilnya kembali ke Anyang. Awalnya Seunghyun ingin mengajak Sooyoung ke Seoul karna suatu hal. Namun karna sudah seperti ini, Seunghyun membatalkan niatnya. Mungkin lain kali, pikirnya.

01.30 pm KST – Friday, September 21st 2012
Anyang High School –XI-B Class–

Bel pergantian pelajaran dibunyikan. Dan dengan sigap, Jessica keluar kelas dengan membawa tasnya, diikuti Donghae tanpa sepengetahuannya. Sampai Jessica menyadari itu dan berbalik. Donghae pun terkejut dan berhenti tepat selangkah di hadapan Jessica. “Mengapa kau mengikutiku?” tanya Jessica

“Aniya. Untuk apa aku mengikutimu? Aku ingin pergi ke ruang guru kok” mendengar jawaban Donghae, Jessica hanya mendesah pelan dan melanjutkan jalannya kembali tanpa berkata apapun. Ia tau apa tujuan Donghae ke ruang guru. Karna Jessica pun sama, ia ingin ke ruang guru untuk meminta izin tidak mengikuti pelajaran terakhir.

Sesampainya ditempat tujuan, Jessica langsung menemui wali kelasnya untuk meminta persetujuan. Sedangkan Donghae, ia masih bingung lantaran melihat Jessica melakukan hal yang sama dengan yang ingin ia lakukan. Saat Donghae masih terpaku didepan pintu ruang guru, tanpa sadar Jessica yang hendak keluar ruangan menepuk pelan pundak Donghae “Kau sudah di izinkan keluar. Cepat ganti pakaianmu dan bergegaslah ke Incheon, pesawatmu akan take off 3 jam lagi”

Jessica pergi meninggalkan Donghae dengan kebingungan yang melanda Donghae. Dan pada akhirnya dengan perlahan, Donghae berjalan ke toilet untuk mengganti pakaiannya, mengikuti apa yang Jessica katakan. Bersiap untuk perjalanan yang akan di lakukannya 3 jam lagi.

***

Jessica keluar dari gerbang sekolah. Seragam tidak lagi melekat ditubuhnya yang tergantikan oleh flat shoes, baju rajutan cream dilapisi jaket hijau tua tebal, jeans abu-abu. Dengan santainya, ia berjalan ke arah sebuah taksi yang terlihat menunggunya dan masuk kedalam taksi tersebut.

“Eotte? Koperku sudah bukan?” tanya Jessica saat baru menduduki jok penumpang. “Eung, sudah ada di bagasi” jawab seseorang yang duduk disamping Jessica. Jessica hanya menganggukkan kepalanya dan kembali bertanya “Omong-omong, kenapa kau mendadak ingin ikut Minho-ya?”

“Hanya ingin tau bagaimana kantor cabang di amerika”

Mendengar jawaban Minho, Jessica hanya ber-Oh ria. Setelahnya, ia tak berbicara lagi. Terlalu malas untuk berkata macam-macam. Lebih baik diam, pikirnya.

Beberapa jam kemudian…
Incheon Airport

Donghae, Kyungsoo, Jonghyun baru saja memasuki lobby salah satu bandara internasional Korea. Mereka langsung menuju terminal keberangkatan Amerika. Ani, lebih tepatnya New York. Setelah masuk dan check in, mereka duduk di ruang tunggu sebelum take off 40 menit lagi.

“Hya, sampai Newark nanti siapa yang akan menjemput kita?” tanya Jonghyun yang sedikit khawatir tentang hal itu. Donghae yang hanya memainkan iPhone nya memalingkan wajahnya sejenak menatap Jonghyun lalu kembali terpaku iPhone miliknya “Kkokjonghajima*, akan ada yang menunggu kita besok di Newark” (*Jangan Khawatir)

“Nugunde?”

“Molla. Appa bilang pastinya seseorang yang kukenal” Kyungsoo dan Jonghyun sedikit lega. Dan mereka bertiga akhirnya tenggelam pada kesibukan masing-masing. Jonghyun dengan percakapan telponnya. Donghae dengan iPhone nya. Kyungsoo dengan novel barunya.

“Lee Donghae?” Donghae menoleh ke asal suara saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mendapati Kyuhyun yang sedang melambai ke arahnya. Dan tak beberapa lama, Kyuhyun sudah berdiri didepannya.

“Hya Cho Kyuhyun, apa yang kau lakukan disini?” Donghae heran dengan keberadaan Kyuhyun di depannya, padahal tadi ia absen disekolah. “Nenekku sakit, dan aku di minta oleh eommaku untuk menjenguknya” Nenek? Donghae kembali heran. Sejak kapan Kyuhyun mempunyai Nenek di New York? Entahlah, author saja tidak tau, jadi anggap saja seperti itu. -_-

“Nenekmu di New York?”

“Ye, semua keluargaku tinggal di New York. Hanya aku yang di Korea” Donghae, Jonghyun, Kyungsoo mengangguk bersamaan, mereka punya sebuah pemikiran yang sama di benak masing-masing tentang Kyuhyun. Dan mereka berempat pun mengobrol dengan akrabnya.

“Kepada calon penumpang terhormat…”

Suara yang menyeruak dari speaker dipenjuru ruang tunggu menghentikan obrolan 4 namja itu. Salah satu diantara mereka memutuskan untuk berpisah. Dan 3 sisanya; Kyungsoo, Jonghyun dan Donghae berjalan menuju pesawat bersamaan.

07.10 am UTC – Saturday, September 22nd 2012
Newark International Airport, New York

16 jam duduk dipesawat di barengi dengan tidur di sela-selanya tak membuat Jessica jenuh ataupun lelah. Tentu saja Jessica excited dengan kepulangannya ke New York. Hampir dua bulan Jessica tidak berada ditempatnya dibesarkan hanya karna tuntutan pekerjaan yang entah kapan selesai. Oleh karna itu, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. 1 hari penuh dihitung dari sekarang, Jessica akan melakukan hal-hal yang sudah ia catat dengan titel ‘What To Do in USA’-nya.

Jessica dan Minho sudah mengambil barang bawaan mereka. Dan mereka memutuskan untuk mengisi lambung kelaparan mereka sebelum meninggalkan bandara. Walaupun mereka sudah makan di pesawat, namun itu belum mampu membuat cacing di perut mereka meronta.

“Minho-ya, aku titip koperku” Jessica sedikit tergesa berjalan menuju toilet terdekat. Sementara Minho memegangi 2 koper ditangannya, sembari melihat sekelilingnya dengan teliti. Matanya menangkap orang mencurigakan dengan pakaian serba hitam-coklat berdiri terpaut 15 meter dengannya di arah jam 7. Sesaat Minho teringat akan kliennya yang berada di tempat yang sama dengannya, segera menghubungi rekannya dengan walkie-talkie yang mirip bluetooth earphone ditelinganya. “This is MinsPector. LA-Lady, ThatJjong, Kyungs, kode 12! Waspada akan seseorang di arah jam 7!” Minho melirik sekilas kebelakang, “Ia bersenjata!”

Entah orang sepintar dan licik apa yang bisa memasukkan senjata api ke dalam area bandara. Senjata api sejenis Handgun tercetak pada kantung hoodie coklat yang dikenakannya. Walaupun tidak begitu jelas, namun Minho yakin itu adalah salah satu jenis senjata api. Lagi, Minho terpikirkan kliennya, lantaran ia tidak melihat Donghae dipenjuru lobby “ThatJjong, Kyungs, dimana anak itu?”

“Toilet”

Mata tajam Minho melirik lorong yang terdapat toilet. Sepi. Hanya ada segelintir orang yang berlalu-lalang. Kemudian ia menghubungi Jessica “LA Lady, Where are you now?”

“Toilet”

Minho mendapatkan jawaban yang sama. Dan kini otaknya berfikir keras untuk mengamankan kliennya. Entah kepercayaan darimana menurut Minho, lelaki diarah jam 7 itu akan mengakibatkan suatu hal yang berdampak buruk bagi orang-orang disekitar Minho. “Kyungs, pergi ke toilet, amankan kli–”

“Akh!”

Pekikan Jessica memotong perkataan Minho. Dengan segera mata Minho kembali menoleh ke arah pukul 7. Dan sebuah kejanggalan membuat ia merutuki diri sendiri.

‘Sial! Dia menghilang!’

To Be Contiuned

Jeng jeng jjeeeng~! Chapter 4 nih..!
Gimana-gimana? Penasaran sama chapter selanjutnya? Minta Saran + Kritiknya ne? Diwajibkan. Jangan jadi Siders!
Author bingung mau bilang apa lagi… But, thanks for waiting this Fan Fiction all…

Dan ini bonus poster! TaeTeuk Special! ^^

BS TaeTeuk Special

Black Soshi 3정 – Recover

Black Soshi Recover

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
3정 – Recover

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Cast :
– SNSD Member –Known as Black Soshi–
– Super Junior Member
– Choi Minho –Known as Inspektur Choi–
– Do Kyungsoo
– Park Jungsoo-
– Mr. Lee –Known as Donghae’s Father–
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU, Chaptered

Genre :
Suspense *←Maybe*, Friendship, School Life, Little Thriller (?)

Rating :
T

Poster :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Disclaimer :
Plot is My, Characters are belong to God
And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

Jweseonghamnida kalau ada yang tidak suka dengan pairing di dalam Fan Fiction ini *deepbow

#Warning : Mungkin FF ini akan bertemakan Serius, Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing, Alur seadanya, Semua POV diambil alih Author ._.v . But pokoknya,

Happy Reading!

Part Sebelumnya :
Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3

Read!

Black Soshi 1정 – Mission?

브라크 소시

Title :
Black Soshi

Sub-Title :
1정 – Mission?

Author :
Cho Hyeyoung (@YoungKkuma)

Cast :
– SNSD Member –Known as Black Soshi–
– SJ Member
– Choi Seung Hyun –Known as Choi-nim or Seunghyun-nim–
– Choi Minho
– Kim Jong Hyun
– Do Kyung Soo
– Unknown Character
– And Other…

Type :
AU (Alternative Universal)

Genre :
Suspense, Friends, Action (?), etc…

Rating :
T (Teenager)

Disclaimer :

Plot is My, Character are belong to God

And DO NOT TRY TO RE-POST MY PURE(?) FF!

#P.S : Mungkin FF ini akan bertemakan Serius, tapi nanti juga ada-banyak-sisi Romance nya kok! ^^. Dan di Chap ini, akan ada -lumayan banyak- dialog bahasa asing, tapi tenang, ada translate nya

Prologue | Chapter 1

Happy Reading! ^^

Read More