Don’t Forget Me Part 5 (End)

DON’T FORGET ME PART 5 (END)

Cast:
• Hyoyeon
• Eunhyuk

Other Cast:
• SNSD members
• Super Junior members

Author: Park Ye Lin/ tatabrigita01

~HYOYEON’S POV~

Menikah?

Aku bergidik mendengarnya. Aku tidak pernah untuk memikirkan menikah dalam usia seperti sekarang. Aku masih ingin meneruskan karierku sebagai model, dan mungkin sebagai penari juga kalau bisa. Tapi, menikah? Dan dengan Eunhyuk?

Mungkin aku mencintainya. Mungkin aku setengah senang dengan berpura-pura pacaran seperti ini. Tapi, tunggu sebentar! Menikah—itu adalah tahap yang benar-benar lain! Itu membutuhkan komitmen yang besar; sekarang saja aku tidak yakin apakah aku benar-benar mencintai Lee Eunhyuk!

“Appa, jangan konyol. Aku tidak akan menikah. Aku masih muda,” gerutuku. Aku berdiri dan meraih cangkir dan mulai membuat teh, memunggungi Appa.

Appa tertawa. “Umurmu berapa sekarang, Hyo-ah? 22 tahun, kan? Tidak ada salahnya menikah muda, ya kan?”

Aku cemberut, meski Appa tidak bisa melihatnya. Seandainya beliau tahu yang sesungguhnya. “Sudahlah, aku akan menikah dengannya kalau aku siap.” Lalu aku menyadari kebodohanku.

Bagaimana aku bisa menjanjikan sesuatu yang seperti itu? Bahwa pada suatu hari, kami akan benar-benar menikah? Astaga, apa yang baru saja kukatakan?!

Tapi sepertinya sudah terlambat untuk menariknya kembali. Begitu aku berbalik dengan secangkir teh di tangan, Appa sudah tersenyum bahagia seperti orang gila. Dia pasti senang sekali, mengetahui anak tunggalnya akan segera menikah… Aish, apa yang kupikirkan?!

Aku kembali duduk di kursi putar sambil mengaduk-aduk teh, ketika Appa berkata, “Kalian kelihatan bahagia satu sama lain. Itu benar-benar terlihat seperti orang yang jatuh cinta.”

Benar-benar jatuh cinta? Hmph.

Sebenarnya, itu semua hanya akting. Aku dan Eunhyuk membahas bagaimana caranya memperlihatkan kepada orang lain bahwa kami pacaran, padahal sebenarnya tidak. Eunhyuk begitu bersemangat membahas hal ini; mungkin karena dia memang telah mengakui cintanya padaku. Tapi aku? Ini akan terasa canggung dan aneh sekali bagiku.

Tapi… Kalau aku memang benar-benar mencintainya… Mengapa aku sendiri tidak mau mengakuinya?

***

~AUTHOR’S POV~

“Hyoyeon-ah!”

“Hmm?”

“Ayo kita pergi!”

“Ke mana?”

“Keliling Incheon. Aku ingin menguji diriku sendiri.”

“Apa maksudmu?”

“Dulu kan aku tinggal di sini. Aku ingin mengetes apakah aku masih ingat tempat-tempat di Incheon atau tidak.”

Hyoyeon mendongak ke arah Eunhyuk yang baru saja berbicara. “Aku capek,” kata Hyoyeon murung. “Lagi pula, sekarang hujan, kan?”

Eunhyuk nyengir. Hyoyeon tidak suka cengiran itu—itu berarti Eunhyuk sedang merencanakan sesuatu. Sesuatu yang pasti tidak baik. “Ayo!” Tahu-tahu Eunhyuk menarik Hyoyeon keluar kamar, dan akhirnya keluar rumah.

Eunhyuk membawanya ke sebuah mal yang sudah lama berada di situ. Meski begitu, mal itu masih megah dan banyak dikunjungi orang. “Dulu kita sering ke sini, bukan? Sekeluarga,” jelas Eunhyuk, memasang senyum lebar. “Kita akan berkumpul di restoran fast food—kau akan memesan es krim sementara aku memesan hamburger… Kita lebih memilih duduk di dekat jendela karena bisa melihat pemandangan luar.”

Hyoyeon tersentak. “Ki—Kita?”

Eunhyuk mengangguk. “Ayo, kita masuk!” Dia menarik Hyoyeon masuk ke dalam. Eunhyuk menyeretnya kali ini ke sebuah department store. Mereka berjalan ke bagian pakaian namja dan Eunhyuk berputar supaya dia menghadap Hyoyeon. “Aku akan membeli baju. Kau harus memilihkan sesuatu yang bagus untukku.”

Hyoyeon cemberut. “Yah, aku terlalu capek untuk—”

“Sekarang!” Eunhyuk mendorong Hyoyeon ke deretan pakaian. Sambil merutuk kesal, Hyoyeon asal memilih pakaian dan menyerahkannya kepada Eunhyuk untuk dicoba. Tidak diduga, ternyata Eunhyuk terlihat tampan sekali dalam pakaian pilihan Hyoyeon, meski Hyoyeon asal memilih.

Eunhyuk melemparkan senyum menggodanya. “Bagaimana? Aku tampan, kan?”

Hyoyeon melongo sesaat. Seakan dia baru saja melihat seorang malaikat. Tapi dia langsung disadarkan oleh jantungnya yang berdegup kencang. Pipinya terasa panas, bersemu merah. Hyoyeon menempelkan kedua tangannya di wajahnya. Astaga! “Yah… Kau… Hmm, oke?” ujar Hyoyeon gugup.

Eunhyuk tertawa. Hyoyeon akhirnya memilihkan beberapa potong pakaian lagi untuk Eunhyuk, tapi kali ini dia berusaha untuk menikmati harinya. Siapa tahu, kegiatan ini akan menjadi menyenangkan bila dia tidak cemberut setiap saat.

Setelah Eunhyuk puas mencoba-coba pakaian dan memutuskan untuk membeli beberapa di antaranya, mereka masuk ke bagian pakaian yeoja. Kali ini, Eunhyuk yang memilihkan pakaian untuk Hyoyeon. Hyoyeon menolak mencoba bila Eunhyuk memilihkan mini dress atau celana yang terlalu pendek.

“Yah! Apa maksudmu dengan ini?” bentak Hyoyeon begitu melihat mini dress di genggaman Eunhyuk.

“Lho, kita pacaran, kan? Apa ini hal yang tidak wajar?” kata Eunhyuk polos.

Hyoyeon cemberut. Eunhyuk menganggapnya lucu sekali. “Aku tidak akan mencobanya,” ujar yeoja itu keras kepala. “Cepat, pilih yang lain! Atau tidak, kita pergi saja ke tempat lain!”

Mereka akhirnya keluar dari department store sambil menenteng belanjaan, yang kebanyakan belanjaan Eunhyuk. Hyoyeon mengira mereka akan makan di salah satu restoran di mal, tapi dia salah. Eunhyuk berjalan terus menyusuri trotoar, menjauh dari mal. Hyoyeon berlari kecil-kecil di belakangnya supaya bisa menyamai langkahnya.

Mereka sampai di sebuah restoran kecil yang tidak begitu mencolok. Terlihat dari poster di bagian depan bangunan, restoran itu menjual jjajangmyun. Hyoyeon terkejut melihatnya. Jjajangmyun kan makanan yang sering dimakannya bersama Hyukjae dulu…

Eunhyuk tersenyum. “Ah, senang rasanya bisa ke sini lagi bersamamu. Ayo!” Dia menarik tangan Hyoyeon, menariknya masuk ke dalam.

Hyoyeon merasa senang karena Eunhyuk memilih tempat duduk yang biasanya mereka duduki sewaktu kecil, dan memesan makanan yang sama. Hyoyeon tidak tahu bahwa Eunhyuk masih mengingat hal itu, hal sepele yang pasti gampang dilupakan. Tapi Eunhyuk tetap mengingatnya.

Pesanan mereka tiba. Hyoyeon tersenyum. “Kamsahamnida, Hyuk-ssi,” ujarnya.

Eunhyuk cemberut. “Kita pacaran sekarang. Panggil aku ‘oppa’.”

“Mwo?” balas Hyoyeon kaget. “Yah, kita tidak benar-benar pacaran. Kita hanya berpura-pura saja. Jadi aku tidak akan memanggilmu ‘oppa’ kecuali bila berhadapan dengan keluargaku. Di luar itu, kita tidak berpacaran.”

Eunhyuk hanya manggut-manggut, tapi dia melihat sedikit kesedihan di mata Hyoyeon. Apa jangan-jangan dia sudah jatuh hati padaku?

Mereka makan dalam diam. Lalu Eunhyuk tersenyum dan memanggil nama Hyoyeon. Yeoja itu mendongak.

“Buka mulutmu,” kata Eunhyuk ceria, tangannya memegang sumpit yang menjepit jjajangmyun. Hyoyeon kelihatan kaget, tapi dia mencondongkan tubuh dan Eunhyuk menyuapinya.

Lucunya, mereka berdua mengalami waktu yang menyenangkan seharian itu. Hyoyeon mau tak mau percaya bahwa Eunhyuk benar-benar Hyukjae. Eunhyuk mengajaknya ke sungai tempat mereka bermain bersama, rute mereka saat bersepedaan—itu membuat Hyoyeon senang.

***

~HYOYEON’S POV~

“Eunhyuk-ssi.” Kupanggil dia.

“Hmm?” Eunhyuk merespons. Kami berdua sedang duduk di kursi penumpang taksi dalam perjalanan kembali ke rumah keluargaku.

“Terima kasih untuk hari ini.”

Eunhyuk, yang tadi memejamkan matanya, sekarang membukanya lebar-lebar. Dia tersenyum dan mengacak-acak rambutku. “Sekarang kau melunak.”

“Melunak? Apa maksudnya?” tanyaku.

“Awalnya kau bersikap, yah…” Eunhyuk mengibaskan tangannya untuk menjelaskan maksudnya. “Tapi sekarang kau bersikap baik padaku.”

Aku mendesah. Ya, aku bersikap baik padanya. Apa itu berarti aku menyukainya? Atau mungkin, mencintainya?

***

Arrgh!

Aku semakin bingung dengan perasaanku. Apa aku mencintai Eunhyuk? Jelas-jelas dia sudah membuktikan bahwa dia Hyukjae. Dan aku sudah mendengarkan penjelasannya. Itu berarti dia memang benar-benar Hyukjae.

Jantungku selalu berdegup kencang setiap kali berada di dekatnya. Apa itu tanda jatuh cinta?

Aku selalu tersenyum—yah, terkadang—ketika memikirkannya. Apa itu tanda jatuh cinta?

Aku menyukai bagaimana dia tersenyum dan memperlakukanku, meski aku bersikap buruk padanya. Apa itu tanda jatuh cinta?

Sepertinya begitu.

Begitu waktunya makan malam di rumah keluargaku, sebagian kerabat-kerabatku sudah pulang, sehingga tinggal appa, ahjussi, ahjumma, dan beberapa sepupuku. Eunhyuk, seperti biasa, bersikap ramah dan humoris. Dia diterima dengan baik di keluargaku. Sebagai namja-chingu-ku. Ralat, sebagai namja-chingu bohonganku.

Eunhyuk dan yang lain sibuk berbicara, sementara aku diam saja dan menghabiskan makananku, mendengarkan. Tiba-tiba appa berkata, “Jadi, Eunhyuk-ssi, sudah berapa lama kau dan Hyoyeon berpacaran?”

Aku tersentak kaget, nyaris tersedak makanan yang kumakan. Perhatian Eunhyuk sedikit teralihkan dari pertanyaan appa, dan bergantian menepuk-nepuk punggungku. Setelah aku meminum segelas air, aku menoleh ke arah appa.

“Eh, kami…”

“Dua tahun,” Eunhyuk menjawab. “Sudah dua tahun.”

Rasanya aku ingin mati saja.

“Dua tahun? Dan kalian tidak pernah berpikir untuk menikah?” lanjut appa.

Eunhyuk tersenyum lebar. “Sebenarnya kita sudah pernah berbicara tentangnya, ya kan, Hyo?” Dia melirikku. Ah, jangan libatkan aku!

“Ehm, sepertinya begitu.” Aku menunduk menatap makananku.

Appa tersenyum. “Jadi, kalian akan menikah, kan?”

“Ne,” jawab Eunhyuk.

***

Menikah?

Benar-benar!

Aku duduk di atas ranjang, masih memikirkan acara makan malam kemarin. Eunhyuk menjanjikan kepada appa bahwa kami akan menikah.

Tapi… Bukankah aku mencintainya?

Ya, itu benar.

Aku mencintai Eunhyuk.

Eunhyuk memang benar-benar Hyukjae. Aku mempercayai hal itu sekarang. Aku sudah menerima segala penjelasan, dan semuanya kelihatan jelas.

Dan aku mengakui kepada diriku sendiri bahwa aku memang benar-benar mencintai Eunhyuk.

Dia membuatku tersenyum tanpa alasan. Dia membuatku gugup setiap kali berhadapan dengannya. Dia membuat jantungku berdegup kencang. Dia membuatku bahagia, hanya dengan berdiri di sana dan tersenyum.

Tapi aku bersikap sangat buruk padanya…

Hatiku terasa sesak. Rasanya aku ingin menangis saja. Bagaimana aku bisa bersikap seburuk itu padanya? Bagaimana aku akan membayar kesalahanku?

Dan di mana dia sekarang?!

Aku berlari keluar kamar. Pikiranku tidak akan terasa tenang sebelum aku meminta maaf. Aku minta maaf, aku benar-benar mencintainya…

Tahu-tahu ponselku berbunyi. Aku mengeluarkannya dari saku celana jinsku dan melihat penelponnya. Aku menekan tombol “Jawab”. “Hyukjae-ssi!”

Aku baru sadar bahwa aku baru saja memanggil Eunhyuk dengan nama aslinya.

“Hyukjae?” ulang Eunhyuk di ujung lain.

“Bukankah… kau dia?” bisikku. Aku tegang menantikan jawabannya. Bagaimana kalau dia ternyata bukan Hyukjae? Bagaimana kalau selama ini, dia hanya mempermainkanku? Padahal aku sudah mengakui kepada diriku sendiri, bahwa aku mencintainya…

“Tentu saja aku Hyukjae, tapi kau tidak pernah memanggilku seperti itu.”

Syukurlah! “Kalau begitu, di mana kau sekarang?”

Sepertinya Eunhyuk tertawa. “Datanglah ke padang rumput tempat kita dulu bermain. Aku menunggumu di sana.”

Padang rumput? “Padang rumput man—oh,” kataku, ingat. “Kau tidak merencanakan sesuatu, kan?”

Eunhyuk tertawa. “Datang dan lihat saja sendiri.” Lalu dia menutup telpon.

Aku cemberut dan memasukkan ponselku kembali ke saku. Dasar namja sok rahasia!

Padang rumput yang kutuju sekarang adalah padang rumput di pinggiran Incheon. Aku tidak tahu sekarang padang rumput itu masih ada. Padang rumput itu berbatasan dengan hutan, yang berbatasan dengan gunung yang menjulang tinggi dan berkabut, sehingga terlihat berwarna ungu. Dulu aku dan Hyukjae—Eunhyuk, atau apapun namanya—sering berangan-angan akan memanjat gunung itu suatu kali nanti.

Begitu aku turun dari taksi yang kutumpangi, aku berlari menyusuri jalanan sempit dan menurun. Agak terjal, tapi aku merentangkan lenganku ke samping sehingga aku tidak gampang jatuh.

Akhirnya aku sampai di padang rumput yang luas itu. Tidak ada apa-apa di sana. Masih kosong, masih lapang, masih hijau seperti dulu. Tapi aku melihat titik hitam di tengah-tengah padang.

“HYOYEON-AH!” Suara itu berasal dari titik tersebut. Pasti itu Eunhyuk.

Aku tersenyum dan berlari ke arahnya, tapi baru beberapa meter aku berlari, Eunhyuk berteriak, “Stop! Berhenti di situ! Jangan mendekat!”

Hah?

Aku menghentikan langkahku, kebingungan. Jangan mendekat? Jangan-jangan dia terkena penyakit atau semacamnya? Apa maksudnya? Aku baru saja akan meminta maaf dan mengakui perasaanku, tapi dia malah bersikap aneh dan tidak jelas seperti ini.

Dari jauh, aku bisa melihat Eunhyuk menekankan sisi kedua telapak tangannya di pipi dan berteriak sekeras mungkin. “Apa kau masih ingat? Dulu kita sering ke sini dan berteriak seperti ini!”

Aku ingat. Dulu, aku berada di satu ujung padang, dan Eunhyuk di sisi yang lain. Kami berteriak dan memberitahu apa yang kami lakukan seharian dengan cara seperti itu—berteriak. Suara kami bergaung, dipantulkan oleh pepohonan di hutan yang agak jauh.

Aku ikut menempelkan kedua sisi telapak tanganku di pipi. “Ne, aku masih ingat!” teriakku sekeras mungkin.

“Kalau begitu, lihat ke atas!”

Mwo?

Begitu aku melihat ke atas, aku tidak lagi melihat langit biru berawan seperti yang kuharapkan. Tapi aku melihat sebuah pesawat udara putih terbang melingkar-lingkar di angkasa. Pesawat itu terbang dalam suatu pola, dan aku tidak tahu pola apa itu.

Lalu pesawat itu menghilang, terbang menyingkir dari pandangan. Tapi aku melongo tak percaya begitu melihat tulisan… di langit.

Aku tahu pesawat itu tidak benar-benar menuliskannya di langit, tapi pesawat itu mengeluarkan semacam uap atau busa atau apa itu—yang jelas warnanya putih—dan membentuk tulisan “Saranghae” di langit, sebelum akhirnya tulisan itu lenyap.

Dan Eunhyuk mau melakukan hal ini untukku?

Aku kembali menatap ke depan. Dari jauh pun, aku bisa melihat Eunhyuk tersenyum lebar. “Bagaimana menurutmu?” teriaknya.

Aku tidak bisa untuk tidak tersenyum lebar. “Terima kasih banyak!”

“Hanya itu yang ingin kaukatakan?”

“Tidak, aku ingin bertanya sesuatu!”

“Biarkan aku bertanya lebih dulu!”

“Yak! Aku dulu!”

“Aku dulu!” teriak Eunhyuk keras kepala.

Aku cemberut. “Baiklah! Apa yang ingin kautanyakan, hah?”

Kali ini senyum Eunhyuk lebih lebar. “Hyoyeon-ah, maukah kau menikah denganku?”

JLEB.

Mendadak jantungku berdegup cepat, terlalu cepat. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku terlalu terkejut.

Tiba-tiba aku menangis.

Aku tidak tahu kenapa aku menangis. Lalu aku sadar bahwa aku merasa sangat bahagia. Lebih bahagia daripada sebelum-sebelumnya. Bahwa ternyata Eunhyuk melamarku. Aku menangis karena aku bahagia.

Aku nyaris saja roboh ke tanah berumput, bila seseorang tidak memelukku. Aku membuka mataku dan mengusap air mata di pipiku. Ternyata Eunhyuk. Bukankah tadi dia satu kilometer jauhnya? Kenapa dia bisa berada di sampingku begitu cepat?

Tapi aku tidak peduli. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya dan menangis kencang.

“Hyoyeon-ah?” Eunhyuk kebingungan. “Jebal, jangan menangis…”

Aku menarik diri dari pelukan Eunhyuk, sementara dia menghapus air mataku. Sentuhannya hangat, membuatku merasa lebih gugup. Dia benar-benar peduli padaku.

Aku menatap matanya. Mengapa aku baru sadar sekarang? Mengapa aku baru sadar bahwa matanya ternyata indah sekali?

Lalu aku mengangguk.

“Ne.”

Hening selama beberapa saat, tapi aku ikut tersenyum begitu melihat Eunhyuk tersenyum. Senyum bahagia yang pasti sama dengan senyum yang kukenakan sekarang. Dia memelukku erat sekali, dan aku balas memeluknya sampai aku terangkat dari tanah.

Aku menarik diri, tapi Eunhyuk tidak melepaskan rangkulannya di pinggangku. Aku kembali memijak tanah, lenganku masih memeluk lehernya.

“Mianhaeyo. Aku bersikap sangat buruk padamu. Aku baru sadar sekarang bahwa aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu,” kataku pelan.

Eunhyuk tersenyum dan mengusap air mata yang masih membasahi pipiku. “Gwenchana. Dan aku senang akhirnya kau jatuh dalam pesonaku, ya kan? Setelah kita menikah, kau yang bersih-bersih rumah, oke?”

Aku memukul bahunya.

Eunhyuk tertawa. “Aku hanya bercanda. Kau yang membersihkan rumah dan pekarangannya.”

Kupukul bahunya lebih keras.

“Aduh! Oke, oke, aku hanya bercanda!” keluh Eunhyuk kesakitan, dan aku tertawa. Eunhyuk cemberut dan aku menepuk pipinya.

“Aegyo-mu berhasil, Eunhyuk-ssi. Atau Hyukjae?”

Eunhyuk mengeratkan rangkulannya di pinggangku. “Aku punya panggilan yang lebih baik. ‘Oppa’.”

Aku merengut.

“Bukankah kau sudah setuju ingin menikah denganku?” goda Eunhyuk.

“Aish, baiklah, oppa.” Aku sengaja menekankan kata terakhir.

Eunhyuk tersenyum dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. “Nan neol saranghae.”

“Nado saranghae,” bisikku, sebelum bibir Eunhyuk menyentuh bibirku, membuat ciuman pertama kami tidak terlupakan.

*** THE END ***

WAAAA~

Hyuk so sweet sekali 😀 Dan mian untuk part 5 yang pendek O_O

Hwaa, FF ini sudah berakhir, author juga ikut sedih meski HyoHyuk-nya happy ending… Tapi readers mau nggak, kalo author bikin sekuelnya? Lanjutannya sih MUNGKIN bukan series, TAPI MUNGKIN one-shot aja cuma panjang… Kalo mau, nanti author bikinin kelanjutan cerita HyoHyuk ini *senyum pepsodent*

Dan untuk Lovesquare, kayaknya author nggak bisa nge-update part 2 minggu depan… Soalnya author lagi mau menghadapi ujian semester! 2 minggu lagi! Jadi ini adalah “FF goodbye author” sebelum tanggal 12 Desember (ujiannya selesai pada tanggal itu) jadi Lovesquare-nya mungkin bakal author terbitkan (?) tanggal 13, 14, ato 15.

Author juga mau bikin FF baru, lhoo! Author kasih bocoran deh soal pairing-nya. Pairing-nya itu SiFany, YoonHae, SeoKyu, dan SunSun. Author juga pengin minta maaf sebesar-besarnya buat Jungie yang minta series YoonWon… Gimana kalau author bikin one-shot-nya dulu aja? Series-nya mungkin nanti setelah yang SiFany-YoonHae-SeoKyu-SunSun itu ><

Readers comment, ya, kalau mau dibikinin sekuel! 🙂

Tolong jangan jadi silent readers, ya! Hargain author yang udah nulis capek-capek, tapi malah nggak direspons/ dikasih feedback. Memang kalo FF-nya udah selesai ya kabur aja, udah nggak baca lagi, tapi setidaknya comment tentang FF-nya, misalnya “Daebak!” gitu XD

Oke deh, itu aja… Author akan belajar dulu sebelum melanjutkan FF author lainnya! Doakan author supaya bisa menjalankan ujian dengan baik… Buat readers yang juga mau ujian semester, author doain juga, tapi doain author juga, hehe… Jadi kita sama-sama ngedoain gitu… Biar Hyoyeon dan Eunhyuk ngedoain kita juga (?)

Yowis, author belajar dulu… Pai pai, jangan kangen yaa! Kekeke ^^

20 pemikiran pada “Don’t Forget Me Part 5 (End)

  1. Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa eunhyuk so sweet banget …
    Cie cie Hyohyuk kawin … ❤
    emang sih thor yg ini agak pendek 😦 tapi gak apa deh sebagai pengobat rindu dgn FF ini meskipun udh end 😦 Tapi KEREN !!
    kalo bole buat sequelnya Dong ?? 😀
    ditunggu ya sequelnya 😀

  2. Sequel!!! pengennya sequelnya series….supaya ada ff hyohyuk yang ditunggu..
    author mau bikin ff baru? sifany, yoonhae, sunsun, seokyu? ahhhh.. itu couple favoriteku… +hyohyuk tentunya….

  3. Wahahaha, keren chingu. Akhirnya rasa gengsi n jaim Hyo luntur juga n melunak pada unyuk n endingnya brakhir romantis. Ane juga gak nyangka Hyo yang jahil, cangak, n humoris serta unyuk yang sifatnya juga sama kayak Hyo bisa romantis begini, wkwkwk. Sequel? Wah pasti dong chingu. Jarang2 nih ada ff HyoHyuk yang sebagus ini, jadi author wajib bikin sequelnya #maksa. Wkwkwkwk. Oiy, ff Love Suare part 2 n ff barunya ditunggu ya chingu. 😀

  4. Aigoo.. Jeongmal thor!!
    Kerennya gak ketulungan. Aishh ampe nangis saking romantisnya Eunhyuk. Hadeuhhh
    Rasanya melayang gitu.
    Daebak dah! Karakternya rasa pas banget gitu. Endingnya daebak plus plus!!!
    Ihihihi kisseu.nya romaantis 😀

Tinggalkan Balasan ke dysa relianaa Batalkan balasan