poster by : ZhyaART @YooRa Art Design
Chapter 4
Judul : Houses of God
Author : Choi Yoo Rin
Main Cast : Seo Joohyun / Lee Joohyun, Lee Kyuhyun / Cho Kyuhyun
Other Cast : Shim Changmin, Choi Sooyoung, etc.
Genre : romance, friendship, family, sad.
Type : chapter
Disclaimer : this story IS MINE !!!!! hahahahahah .. dilarang keras MENGCOPAST ide cerita tanpa ataupun dengan seijin saya. 😛
Saya balik lagi membawa ff kelanjutan Houses Of God.. ada yang setia menunggu ff ini?? jeongmal mianhae lama postingnya.. hehe… lagi gak ada ide.. Kekeke… judul ff ini yang bila diartikan adalah Jodoh dari Tuhan, author dapat dari sebuah film.. namun jalan ceritanya 100 % berbeda… oke lah hanya segitu dulu informasinya..
Happy reading J jangan lupa komen ya
“Ehem!!” suara seseorang menghentikan aktivitas mereka. Sontak keduanya menoleh ke arah sumber suara. Taeyeon terkesiap kaget, gadis mungil itu lantas berdiri. Begitupun Seohyun.
“Sa-sajangnim.” Ucap Taeyeon.
“Ada yang ingin ku bicarakan padamu Taeyeon-ssi. Hanya sebentar.” Mereka berdua lantas sedikit menjauh. Seohyun masih diam terpaku di tempatnya. Tatapannya masih tertuju pada namja yang baru saja mengajak Taeyeon berbicara. Namja yang di panggil sajangnim oleh teman barunya itu. Wajah namja itu, mengingatkan Seohyun akan seseorang. Wajah yang tidak asing lagi baginya. Seseorang yang amat sangat ia rindukan 17 tahun ini. Namun ia tidak mau berfikir yang macam-macam dulu. Mungkin wajahnya hanya mirip. Toh terakhir ia bertemu dengan namjanya saat usia gadis itu 6 tahun sedangkan sang namja 7 tahun. Seohyun menggelengkan kepalanya pelan. Kalau memang itu ‘evil oppanya’, pasti akan langsung mengenali Seohyun. Seohyun terkesiap dari segala pemikirannya saat dilihatnya Taeyeon berjalan mendekat ke arahnya. Sedangkan namja itu, kembali meninggalkan mereka berdua. Seohyun terus memandangi punggung namja tersebut hingga hilang di balik pintu.
“Hhhhh….” terdengar helaan nafas Taeyeon yang kini sudah duduk di sebelahnya.
“Ada masalah apa?” Tanya Seohyun. Gadis itu ingin sahabat barunya ini sekedar membagi masalah yang dihadapi, mungkin akan bisa sedikit mengurangi bebannya.
“Bukan masalah yang fatal kok. Hanya permintaan bantuan seorang bos kepada sekretarisnya.”
“Bantuan apa? Oya, tadi itu bos kita?” Taeyeon seketika menoleh pada Seohyun, menatap Seohyun heran. Kemudian Taeyeon menepuk jidatnya sendiri.
“Aigoo, aku lupa memberitahumu. Iya, tadi itu atasan kita. Presiden Direktur perusahaan ini. Cucu dari pemilik perusahaan. Namanya Lee Kyuhyun.”
‘Oo jadi namanya Kyuhyun.’ Gumam Seohyun sambil mengangguk.
“Lantas bantuan apa yang diminta oleh namja itu padamu?”
“Berbohong pada istrinya.”
“Mwo???” Seohyun membulatkan matanya tak percaya. Kali ini ia merasa hatinya sakit tertusuk ribuan jarum. Rasanya dadanya sesak. Ia bingung kenapa merasakan seperti itu setelah mendengar bahwa namja tadi telah mempunyai seorang istri. Tanpa Taeyeon sadari Seohyun telah menghapus sudut matanya yang mengeluarkan air mata.
‘Itu bukan dia. Namja itu bukan evil oppaku. Evil oppaku tidak mungkin telah meninggalkanku bersama gadis lain.’ Gumamnya dalam hati.
“Ne, Kyuhyun sajangnim memintaku untuk mengatakan pada istrinya bahwa dirinya ada pertemuan di Daegu dan akan pulang terlambat.”
“Eeee, aku masih sedikit bingung eonni..”
“Setiap hari saat jam istirahat makan siang seperti ini, istri Kyuhyun sajangnim selalu datang ke kantor untuk mengantarkan makan siangnya. Jadi jika nanti istrinya bertanya padaku, aku harus mengatakan seperti yang ku bilang tadi.”
“Kenapa harus berbohong??”
“Mollaseo Seohyun-ah. Ah, sudahlah kajja kita turun. Sepertinya sebentar lagi istri Kyuhyun sajangnim akan tiba di kantor ini. Dan aku harus sudah ada di ruanganku.”
“Baiklah kajja.” Sejujurnya Seohyun masih penasaran, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Namun ia tak mau mengintrogasi Taeyeon lebih dalam karena itu menyangkut pribadi orang lain. Apalagi kehidupan pribadi atasannya.
*****
Changmin telah sampai di alamat yang tertera pada kertas yang diberikan ibunya. Namun ia masih diam, berdiri di depan pagar besi setengah badan yang menjadi pembatas sebuah rumah. Rumah sederhana yang terlihat sudah tak berpenghuni lagi.
“Apa benar ini rumahnya?” sekali lagi namja itu mencocokkan nomor rumah yang ada di tembok sebelah pagar dengan nomor rumah yang tertulis pada kertas. Cocok. Itulah kesimpulan yang ia dapat. ia melihat sekelilingnya, mencari seseorang untuk menanyakan sesuatu. Seorang pria paruh baya mendekat ke arahnya dengan membawa sapu lidi.
“Permisi ahjussi, apa benar rumah ini panti asuhan?”
“Ne, benar. Tapi sekarang sudah tidak dijadikan panti asuhan lagi. Anda ada perlu apa?”
“Saya ingin bertemu dengan ibu panti di sini. Bisakah saya menemui beliau?”
“Sayang sekali, panti asuhan disini sudah pindah semenjak 10 tahun yang lalu. Saya disini setiap hari hanya bertugas membersihkan saja.” Changmin terhenyak. Jauh-jauh ia datang ke Busan, ternyata hanya mendapatkan harapan kosong. Kemanakah lagi ia akan mencari saudara sepupunya yang ‘asli’ ?
“Tapi saya bisa memberikan alamat panti asuhan yang baru pada anda.”
“Ne ahjussi. Saya memang sangat memerlukan alamat itu. Ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan ibu pemilik panti.”
“Baiklah, mari ikut ke rumah saya terlebih dahulu. Letaknya ada di belakang rumah ini.” Changmin mengangguk. Ia mengekor pria paruh baya yang berjalan mendahuluinya. Mereka memasuki gang sempit di sebelah rumah yang dulunya panti asuhan itu. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di depan sebuah rumah sederhana.
“Kajja masuklah dulu.” Changmin mengedarkan pandangannya. Perabotan di rumah itu sangat sederhana.
“Duduklah, akan ku buatkan minum.”
“Tidak perlu repot-repot ahjussi.”
“Tidak apa-apa. Duduklah saja.” Changmin mendudukkan tubuhnya pada sebuah kursi kayu yang usang. Ia menatap foto-foto di dinding ruang tamu itu. Sebuah foto menyita perhatiannya. Foto yang menampakkan sekitar 20 anak kecil yang berjejer.
“Ini, minumlah. Maaf hanya bisa menyajikan sekedarnya.”
“Ah, ne. Gwaenchana ahjussi.”
“Oya, ini aku sudah menuliskan alamat panti asuhan yang baru.” Pria itu menyerahkan secarik kertas. Changmin menerimanya, setelah meminum teh suguhan dari pria itu. Changmin tersenyum menatap pria itu.
“Kamsahamnida ahjussi.”
“Ya, sama-sama. Nama mu siapa anak muda?”
“Saya, Changmin.”
Ahjussi itu mengangguk.
“Ahjussi saya permisi dulu kalau begitu. Sekali lagi terimakasih banyak ahjussi.”
“Ne, ne sama-sama.”
*****
Kyuhyun terus memacu mobilnya. Istirahat siang ini ingin ia gunakan untuk menenangkan fikiran. Ia sedang tidak mood untuk bertemu istrinya yang selalu datang saat jam makan siang. Ia sedikit melonggarkan dasi yang ia kenakan. Sebenarnya ia bingung akan ke mana. Namun, tanpa ia sadari ia telah tiba di sebuah pantai. Siang yang begitu terik tak membuatnya tetap berdiam di dalam mobil. Namja yang berusia 24 tahun itu telah berjalan menyusuri pasir pantai. Ia sedikit tersenyum memandangi pantai itu. Laut, adalah pemandangan yang disukai gadis kecilnya. Namun detik berikutnya ia tersenyum miris. Ia amat sangat menyesal seandainya saat itu tidak meninggalkan gadis kecilnya, mungkin mereka tidak akan berpisah.
“Maafkan aku Joo, tidak bisa memenuhi janjiku padamu.” Gumamnya. Kyuhyun terus berjalan, hingga ia tiba di depan sebuah toko pernak-pernik. Gantungan kunci dari kerang, lampu, hiasan kaca, hingga boneka-boneka berbentuk hewan-hewan laut ada disana. Mata Kyuhyun terpaku pada sebuah boneka lumba-lumba berwarna biru. Boneka yang pernah ia berikan pada gadis kecilnya saat berulang tahun.
“Ahjumma, aku membeli boneka ini.” Ucapnya pada ahjumma penjaga toko.
“Ne tuan. Sini saya bungkus.” Setelah membayar, Kyuhyun kembali ke mobilnya. Jam istirahat telah habis. Meskipun ia masih enggan kembali ke kantor, tapi ia harus tetap profesional. Pekerjaan yang utama baginya.
Seohyun POV
Setumpuk kertas yang ku bawa ini benar-benar membuatku kerepotan untuk melihat jalan di depanku. Setelah memfotocopykannya, aku berniat menyerahkan hasilnya pada salah seorang karyawan di sini. Jalanku sedikit limbung. Aisshh jinjja, aku tidak bisa melihat ke depan. Aku terus berjalan dengan sangat hati-hati. Untungnya saat ini lalu lalang karyawan tak terlalu ramai jadi tak terlalu menyusahkanku.
Brruuaakkk
Aku terjatuh, begitu pun kertas-kertas itu jatuh berserakan di lantai.
“Bagaimana sih kau ini? Kalau jalan lihat-lihat dong. Hampir saja aku jatuh terjengkang.” Yeoja yang ku tabrak lebih dulu menyemprotku. Aku segera bangkit berdiri, membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf pada yeoja yang tak sengaja ku tabrak.
“Mianhae, jeongmal mianhaeyo. Saya tadi kesusahan untuk melihat karena tumpukan kertas itu terlalu tinggi. Mianhae.”
“Alasan.”
“Aniyo, saya mengatakan yang sejujurnya.”
“Hah, sudahlah. Aku malas meladeni karyawan rendahan sepertimu.” Yeoja bertubuh tinggi itu berlalu meninggalkanku. Ku tundukkan kepalaku. Ya, memang aku hanya karyawan rendah, namun tak seperti itu juga orang bersikap padaku.
“Seohyun-ah.” Seseorang menepuk bahuku pelan. Aku mendongak.
“Eonni…”
“Kau harus sabar. Tadi itu adalah istri dari Presdir. Sebenarnya ia baik, namun mungkin moodnya tadi sedang tidak baik. Kau tahu sendiri kan jika orang yang ingin dia temui sedang ‘kabur’.” Aku mengangguk. Mungkin memang seperti itu.
“Kajja aku bantu untuk membawa kertas-kertas ini.”
“Gomawo eonni.” Taeyeon eonni mengangguk sambil tersenyum manis padaku. Kami lantas memunguti kertas-kertas yang berserakan kemudian membawanya ke tempat karyawan yang membutuhkan kertas-kertas ini.
Seohyun POV END
*****
Jaeshin baru saja keluar dari area pemakaman tempat dimana kakaknya di makamkan. Ia teringat akan sesuatu. Dulu saat wanita paruh baya itu menghadiri upacara pernikahan sang kakak, disana ia melihat ada seorang sahabat dari istri kakaknya. Ia masih bingung mengapa ayahnya mengira anak dari kakaknya adalah namja, padahal sebenarnya yeoja. Ia ingin mencari tau penyebab kesalah pahaman ini. Mungkin sahabat istri almarhum kakaknya dapat memberitaukan sesuatu. Jaeshin lantas masuk ke dalam mobilnya. Mudah-mudahan saja sahabat kakak iparnya itu belum pindah rumah.
Tak butuh waktu lama, Jaeshin telah sampai di depan sebuah rumah. Rumah sederhana. Namun Jaeshin lebih terpaku pada rumah yang ada di sebelah rumah yang ia tuju. Ya, rumah kakaknya dan istrinya dulu tinggal ada di sebelah rumah yang ia tuju saat ini.
Jaeshin melangkahkan kakinya memasuki rumah yang menjadi tujuan awalnya. Seorang wanita yang usianya tak jauh berbeda darinya tengah menyapu.
“Permisi..”
“Iya, ada yang bisa saya bantu?” wanita yang tengah menyapu tadi menghampiri Jaeshin.
“Saya Jaeshin. Lee Jaeshin.”
Wanita itu tampak berfikir, namun detik berikutnya matanya melebar menatap tak percaya seseorang yang ada dihadapannya.
“Aigoo, anda Jaeshin adik dari Jaebum?” Jaeshin mengangguk.
“Kajja silahkan masuk” Jaeshin mengikuti langkah wanita itu. Jaeshin masih ingat betul wajah sahabat kakak iparnya. Wanita inilah sahabat kakaknya.
“Silahkan duduk.” Jaeshin menurut saja. Wanita tadi menuju dapur. Mata Jaeshin tak sengaja menangkap sebuah foto yang tergantung di dinding. Ia sangat tau betul siapa yang ada di foto itu. Kakaknya Jaebum, istrinya Yoon Mi serta wanita tadi. Foto itu ia yakini diambil setelah upacara pernikahan kakaknya karena pakaian yang mereka kenakan. Lamunan Jaeshin seketika menghilang saat wanita tadi kembali membawa secangkir teh.
“Gomawo. Maaf merepotkan.” Ucap Jaeshin.
“Ah tidak. Aku senang kau datang kemari.” Jaeshin tersenyum.
“Hana-ssi, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu.” Jaeshin mulai menyampaikan niatnya mendatangi wanita yang bernama Hana itu. Hana, tersenyum. Ia sudah dapat mengira ada yang akan Jaeshin katakan atau tanyakan padanya. wanita itu sudah siap menjawab semua pertanyaan yang akan Jaeshin lontarkan.
”Ini mengenai istri kakakku serta putri mereka.” Jaeshin tak lantas melanjutkan ucapannya. Melihat ekspresi Hana, Jaeshin semakin yakin bahwa Hana telah mengetahui sesuatu. Sesuatu yang tidak ia ketahui sejak 17 tahun yang lalu.
“17 tahun yang lalu, ayahku Lee Jaeha telah mencoba mencari anak dari Jaebum oppa. ia menemukannya di sebuah panti asuhan yang terletak di Busan. Namun bukan seorang anak gadis yang ayah bawa, melainkan namja.” Lagi-lagi Jaeshin berhenti. Hana menatapanya miris.
“Bukankah anak dari Jaebum oppa dan Yoon Mi eonni adalah seorang yeoja. Lantas kenapa ayahku bisa salah mengadopsi?”
“Lantas anda diam selama 17 tahun?” pertanyaan Hana, seketika membuat Jaeshin terlonjak. Tak ia sangka jika Hana akan mempertanyakan hal itu. Ah tidak, bukan pertanyaan. Melainkan sebuah kalimat sindiran.
“ayah sudah sangat yakin dengan anak yang ia bawa adalah anak dari Jaebum oppa. ia bilang bahwa Yoon Mi eonni sendiri yang memberitahunya. Saat itu aku hanya bisa membungkam mulutku. Kebingungan terus melandaku selama ini. Bagaimana mungkin Yoon Mi eonni mengatakan hal itu pada ayah? Aku juga tak bisa meminta penjelasan dari Yoon Mi eonni karena dua tahun sebelumnya ia telah meninggal kecelakaan.”
“Memang Yoon Mi telah berbohong pada ayahmu. Hal itu terjadi sesaat setelah kau dipaksa pulang dari rumah Yoon Mi setelah kematian Jaebum”
Flashback On
“Setelah Jaebum, kini kau mencoba mendekati Jaeshin agar bisa masuk ke dalam keluargaku, hah?” lelaki paruh baya itu, Jaeha memaki Yoon Mi yang masih berkabung atas kepergian suaminya yang sekaligus putra lelaki yang memakinya ini.
“Sedikitpun saya tidak ada niat untuk mendekati apalagi mempengaruhi Jaeshin tuan. Dia adik dari suami saya jadi wajar saya baik dengannya. Apa itu salah?”
“Ya itu salah. Pernikahanmu dengan putraku sama sekali aku tak merestuinya. Dan karena dirimulah putraku pergi. Dia pergi untuk selama-lamanya.” Yoon Mi menunduk. Menatap bayi mungil yang ia gendong. Kali ini ia tak dapat membalas perkataan lelaki itu.
“Cih, bahkan kini kau telah memiliki anak. Aku tidak akan berbuat buruk padamu dan anakmu jika kau berhenti mendekati Jaeshin dan keluargaku. Aku ingin kau pergi dari kota ini. Menjauhlah dari keluargaku. Aku akan memberimu uang.” Yoon Mi mendongak. Ia tatap nanar lelaki itu.
“Sebegitu rendahnya anda melihat saya tuan. Sedikitpun saya tidak menginginkan uang dan belas kasih anda.”
Jaeha tersenyum mengejek. “Hilangkan jual mahalmu itu. aku tak mau tau, besok rumah ini harus segera kosong. Karena aku sudah membelinya pada pemilik kontrakan. Dan satu lagi, jangan sekali-sekali kau memberi nama margaku pada anakmu itu.”
“Baiklah. Sampai kapanpun anda tidak akan bisa melihat anak saya lagi. PUTRA saya dengan anak anda ini sampai kapanpun tidak akan tau siapa kakeknya.” Wanita itu, Yoon Mi menekankan ucapannya saat menyebut putra pada anaknya. Ia sangat tau bahwa lelaki yang di hadapannya ini sangatlah menginginkan cucu laki-laki. Yoon Mi sebenarnya ingin anaknya dapat hidup layak bersama kakeknya. Namun harapannya pupus setelah mendengar ucapan lelaki itu. Yoon Mi kembali menatap anaknya.
“Hyun-ah…sampai kapanpun eomma tidak akan membiarkanmu dekat atau mengenal keluarga tuan ini.” Ucapnya.
Flashback Off
“Jadi karena hal itu, Yoon Mi eonni berbohong pada aboeji?” Hana mengangguk lemah.
“Tapi anak namja yang diadopsi ayahku yang dikira putra dari Jaebum oppa juga bernama Hyun. Menurut ayah, namja itu hanya memiliki nama hyun. Dan di panti asuhan itu yang bernama hyun tanpa marga hanyalah anak namja itu.” Hana masih diam.
“Atau ayahku salah panti asuhan?” Hana menggeleng.
“Ayahmu tidak salah. Memang benar Yoon Mi menitipkan putrinya di panti asuhan itu sebelum ia meninggal. Saat itu usia putrinya 4 tahun.”
“Hana-ssi, ku mohon jangan membuatku semakin bingung. Jebal…katakanlah siapa nama anak dari Yoon Mi eonni dan Jaebum oppa?” hana menatap Jaeshin. Mungkin sudah saatnya semua ini terungkap. Dan sudah saatnya putri dari sahabatnya Yoon Mi merasakan kasih sayang keluarga yang sebenarnya.
******
Kyuhyun baru saja sampai di kantornya setelah berjalan-jalan di pantai tadi.
“Taeyeon-ssi, apa tadi Sooyoung kesini?” tanyanya saat sampai di depan meja sekretarisnya.
“Ne sajangnim. Dan seperti yang anda suruh, saya mengatakan anda sedang ada meeting di Daegu. Namun sepertinya nona Sooyoung tidak begitu percaya.”
“Biarkan saja.”
“Sajangnim itu boneka untuk siapa?” Taeyeon melihat boneka lumba-lumba yang dibawa oleh bosnya itu.
“Oh ini, bukan untuk siapa-siapa. Ini ambillah.” Kyuhyun meletakkan begitu saja boneka itu di meja Taeyeon lantas berlalu menuju ruangan pribadinya.
“Tapi kan aku tidak suka boneka lumba-lumba.” Gumam Taeyeon. Ia lantas membiarkan boneka itu dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Tililit..tililit…bunyi telepon di meja gadis mungil itu menyeruak.
“Ne, ada yang bisa saya bantu?”
“…………………….”
“Ne sajangnim.” Yang meneleponnya barusan adalah Kyuhyun, memintanya untuk memberitau ob agar membuatkan kopi seperti tadi pagi. Taeyeon segera menghubungi telepon yang memang terpasang di ruangan bagian ob agar ia tak perlu repot berjalan ke sana.
“Seohyun-ah, tolong kau butakan kopi untuk Presdir seperti kopi yang tadi pagi kau buat ya.”
“…………………”
“Ne, gomawo.”
Tak berapa lama Seohyun datang membawa secangkir kopi.
“Eonni ini kopinya.”
“Langsung kau bawa masuk saja Seohyun-ah.”
“Eonni aku takut bertemu secara langsung dengan Presdir. Eonni saja ya yang bawakan masuk. Jebal…”
“Hhhh ne baiklah. Sini.” Taeyeon mengambil alih cangkir berisi kopi itu dan membawanya masuk ke dalam ruangan Kyuhyun. Sedangkan Seohyun masih menunggunya di depan meja Taeyeon. Tatapan Seohyun terpaku pada sebuah boneka lumba-lumba yang ada di meja Taeyeon.
“Ini nampannya.” Taeyeon telah kembali dan membawa nampan kosong.
“Jeongmal gomawoyo eonni.”
“Ne, sama-sama.”
“Enggg, boneka lumba-lumba itu milik eonni?”
“Oh, aniyo. Itu bukan milikku. Apa kau mau?” kedua mata Seohyun seketika berbinar setelah mendengar tawaran dari Taeyeon. Ia mengangguk mantap.
“Ya sudah ambil saja.”
“Gomawo eonni. Aku memang suka sekali dengan boneka lumba-lumba.”
“Haha, baguslah kalau begitu.”
“Ne eonni. Aku permisi dulu. Terimakasih untuk semuanya.”
“Ne, ne Seohyun-ah.” Taeyeon menggelenglan kepalanya sambil tersenyum karena sikap Seohyun.
*****
“Aku tau oppa tadi siang tidak pergi ke Daegu.” Sooyoung menyambut kedatangan Kyuhyun dari kantor dengan ucapan dinginnya. Sooyoung tau suaminya itu berbohong karena setelah dari kantor tadi ia bertanya pada kakek Lee apakah ada proyek di Daegu atau tidak dan ternyata proyek di Daegu akan di mulai tahun depan.
Kyuhyun tak bergeming. Ia hanya diam menanggapi ucapan Sooyoung barusan. Kyuhyun lebih memilih melepas dasi dan jas kantornya lantas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
“Oppa sampai kapan akan terus seperti ini??” menahan lengan suaminya. Terlihat gadis itu tengah menahan amarahnya.
“Tidak bisakah kau merubah sikapmu padaku oppa? aku ini istrimu. Istri sahmu.” Kyuhyun menghempaskan pegangan Sooyoung pada lengannya.
“Oppa!! Aku tersiksa dengan sikapmu yang terus menerus seperti ini.”
“Bukankah sebelum pernikahan itu terjadi aku telah memperingatkanmu bahwa sampai kapanpun aku tidak akan bisa menerimamu Choi Sooyoung!!” Sooyoung menangis terisak. Tak disangka Kyuhyun akan mengatakan hal itu padanya.
“Baiklah. Jika kau tidak ingin merasa tersiksa dan terbebani olehku lagi, aku akan menceraikanmu.”
TBC